/dua belas - first met/

411 71 10
                                    

Remember when we first met,
You said "light my cigarette"

- strawberries and cigarettes, troye sivan

•••••

Azady berjalan tanpa arah, hanya bergerak mengikuti kemana kakinya hendak melangkah. Semua barang bawaannya ia tinggal di studio, yang ia bawa sekarang hanya satu benda kecil di saku jaketnya.

Matahari sudah siap pulang ke rumahnya saat Azady memberhentikan kakinya tepat di jalan layang. Ia kemudian menyandarkan tangannya di pagar pembatas selagi melihat pemandangan didepannya seraya berusaha menikmati semilir angin yang berhembus kepadanya.

Azady kemudian merogoh saku jaketnya dan mengeluarkan sekotak rokok yang baru saja ia beli di toko tadi siang.

Ia menimang-nimang kotak rokok itu, sedang berpikir apakah ia perlu mencicipi satu batang nikotin itu untuk membuat masalahnya menghilang.

Azady tak pernah merokok sebelumnya. Bahkan untuk menyentuhnya saja Azady sangat menghindarinya terlebih dia akan sangat membenci sikap Azady yang berani mendekati benda tersebut.

Sekala akan sangat membencinya, tentu hanya jika cowok itu bisa melihatnya.

Tapi kali ini Azady benar-benar lelah, bahkan angin sore dan pemandangan senja saja tak mampu membuatnya tenang. Katanya, dengan menghisap dan menghembuskan asap rokok itu seakan bisa membuat masalah kita ikut terlepas, jadi Azady hanya ingin mencobanya.

Apapun untuk membuat masalahnya terangkat sebentar saja.

Ia akhirnya mengeluarkan satu batang rokok tersebut dan diletakkannya di antara kedua jarinya. Namun belum sempat ia memantikkan korek api, sebuah suara lebih dulu mengalihkan perhatiannya.

"Lo ngerokok juga? Boleh tolong nyalain rokok gue nggak?" Azady menoleh, menatap sosok cowok dengan topi hitam itu dengan alis terangkat satu. Merasa terganggu.

Melihat Azady yang tak kunjung bersuara dan hanya menatapnya, cowok itu akhirnya kembali membuka suara. "Eh maksudnya boleh minjem korek lo nggak? Punya kan?"

Tanpa berbicara akhirnya Azady mengulurkan korek yang baru ia beli juga hanya karena ia enggan mendengar cowok itu berbicara lebih banyak.

Matanya yang sebelumnya menatap pemandangan jalanan kota didepannya lantas kembali teralih begitu cowok itu menyentuh lengannya dengan ujung korek api itu seraya berujar. "Udah nih, makasih ya."

Azady hanya mengangguk, kemudian ikut menyalakan rokok yang daritadi ada di sela-sela jarinya tanpa menyadari bahwa cowok itu masih setia disana, memandanginya.

Ia kemudian terkekeh kecil begitu menyadari Azady malah membakar sisi lain rokok yang seharusnya ia hisap. "Gue tebak, lo baru pertama kali ngerokok ya?"

Azady meliriknya lagi dan sesaat kemudian begitu ia mendengar pernyataan cowok itu, Azady benar-benar ingin melompat dari jalan layang ini karena malu tidak tertahan.

"Itu lo terbalik ngebakarnya. Kalau enggak bisa mending nggak usah nyoba-nyoba."

"Nggak usah ngasih gue nasihat, nggak butuh." Sahut Azady sambil melempar batang rokok itu ke tanah dan menginjaknya untuk memadamkan apinya.

"Ngerokok bukan jalan keluar dari masalah yang ada. So don't, kalau lo emang belum pernah ngerokok sebelumnya."

"Ngomong apa sih? Gajelas banget." Ujar Azady yang kini malah merasa jengkel.

"Dari yang gue lihat dan udah tebak, lo sedang menjadikan rokok sebagai pelarian lo dari masalah yang ada. Am i right?"

Azady mendelik kesal, menatap cowok itu sinis. "Gausah sok jadi cenayang. Gue nggak butuh sikap sok tau lo itu."

Ruang JedaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang