#5. seleksi akhir

544 53 0
                                    

Keesokan harinya, dipagi hari yang cerah, sembari disembur oleh cahaya matahari yang begitu hangat, Tanjiro menikmati suasananya. Keheningan dipagi hari benar-benar membuat Tanjiro tenang. Kata-kata "keheningan dipagi hari" membuat Tanjiro teringat jurus baru yang ia buat.

Mate mate mate minna, let me explain first. Tanjiro buat 1 jurus pernapasan matahari. Nama jurusnya "keheningan dipagi hari ( asa no chinmoku )".

Tanjiro memutuskan untuk melatih teknik-teknik yang ia kuasai. Para Tsuguko yang sedang berlatih melihat Tanjiro sedang melatih teknik pernapasanya. Lalu Genya melihat Tanjiro yang sedang sedikit berlatih. Genya hanya melihat dengan kekaguman yang luarbiasa karena berhubung Genya tidak bisa menguasai pernapasan tetapi bisa memakan iblis.

Setelah Tanjiro selesai, ia melihat Genya yang sedang berdiri.

"Nee.. Tanjiro!" Genya memanggil

"Eh? Oh, Genya! Mate mate, aku akan segera mengambil pedang nichirinku." Tanjiro langsung mengambil pedang nichirinya. Lalu mendekati Genya dan para tsuguko yang tengah berlatih.

"Aku akan memberi kalian 2 tes, jika kalian lulus, aku perbolehkan kalian mengikuti seleksi akhir dan menjadi anggota pemburu iblis. Namun jika kalian gagal, kalian akan tetap melanjutkan latihan kalian hingga lulus tes ini." Tanjiro melontarkan kalimat yang membuat para tsugukonya senang. Para tsugukonya langsung bersiap-siap.

Lalu mereka diantar oleh Tanjiro kesebuah gunung.Tes terakhirnya masih sama, menuruni gunung pada malam hari. Tapi kali ini, mereka berada digunung yang berbeda. Udara disana jauh lebih tipis dibandingkan sebelumnya. Dan sepertinya Tanjiro telah memasang jebakan yang lebih susah dibandingkan sebelumnya.

"Sejak kapan mereka memasang ini??" Tanya Sabito yang terlihat sedang didesak oleh tipisnya oksigen disana.

"Entahlah. Akhir-akhir ini mereka memang selalu melatih kita." Jawab Kyojuro yang menggaruk Kepalanya tak gatal

Peraturanya sama. Menuruni gunung sebelum matahari terbit. Tanjiro dan Genya segera menghilang dan menyisakan debu. Mereka semua menuruni gunung itu, jebakan lebih sulit dari sebelumnya dan udara lebih tipis dari sebelumnya. Mereka melewati rintangan satu per satu.

"AAAGHH!!! UDARA DISINI MEREPOTKAN!" Teriak Sanemi geram.

"Tunggu sebentar..." Giyuu yang tiba-tiba berhenti ditengah perjalanan sedang memikirkan sesuatu.

"Ada apa?" Tanya Sabito yang ikut berhenti karena tidak mau meninggalkan sahabatnya. Lalu yang lainya juga ikut berhenti terkejut yang biasanya Giyuu hanya diam ikut bicara.

"Bukankah tes akhir kita membelah batu ya?" Tanya Giyuu

"Oi, oi. Membelah batu itu gampang. Jangan berhenti berjalan. Kau hanya membuang waktu!" Seru Sanemi kesal.

"Lalu kenapa kau ikut berhenti?" Tanya Giyuu.

"HAH? APA KATAMU?" Tanya Sanemi geram dan meninggikan nada bicaranya

"Tidak, bukan apa apa." Giyuu menggeleng dan mengarahkan pandanganya kesamping

Mereka semua melanjutkan perjalanan..

Setelah perjalanan 5 jam, akhirnya mereka sampai. Sang pilar matahari dengan sang pilar pemakan iblis sudah terlihat. Disana Tanjiro sedang melambai-lambaikan tangan sembari tersenyum. Dia sangat senang. Semua tsugukonya membalas melambai-lambaikan tangan.

Entahlah perasaan apa ini, seperti perasaan senang tetapi mereka seakan-akan mengetahui akan ada yang memisahkan mereka. Sepertinya seleksi akhir... mereka takut akan kehilangan satu sama lain. Sembari berpelukan bersama ( kecuali Genya dan Sanemi ) Tanjiro sangat bahagia melihat Para murid-muridnya berhasil melewati rintangan yang ia buat. Sekarang mereka harus melewati rintangan baru. Lalu mereka diantar ketempat tes ke2. Sembari diantar, para tsuguko harus bisa mengejar hashira yang tengah berlari lambat. Meski larinya lambat tapi bisa dibilang sangat cepat karena jika ke2 hashira itu berlari dengan sedikit tenaga, kecepatanya akan sangat meningkat. Para tsuguko terlihat santai, tapi perlu mengeluarkan banyak tenaga untuk mengejar mereka.

Kimetsu No Yaiba Life Of Hashira And TsugukoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang