Menjadi sahabat dari murid tercantik di angkatannya, seringkali membuat Fiora merasa tengah memainkan sebuah peran figuran. Peran pendukung dari karakter utama yang cantik, pintar dan terkenal.
"Oh Fiora temennya Tania yang cantik itu?"
Atau..
"Oh...
Deze afbeelding leeft onze inhoudsrichtlijnen niet na. Verwijder de afbeelding of upload een andere om verder te gaan met publiceren.
Fiora tidak ingat jelas, kapan pertemuan pertamanya dengan cowok bernama Junio Ragardi Dirgantara itu. Cowok sejuta pesona yang menjadi idaman hampir seluruh murid perempuan SMAnya. Awalnya Fiora hanya mengenal nama Raga sebagai nation's crush para kaum hawa, namun ada satu kejadian yang membuatnya memandang seorang Raga sedikit berbeda. Yang jelas hanya butuh 3 kali pertemuan untuk bisa menjatuhkan hatinya pada sosok kapten basket sekolah itu.
Di sebuah sore di bulan Januari. Fiora berlari menembus derasnya hujan dari sekolahnya menuju halte yang berada tepat di seberang sekolah. Jemarinya terangkat menyisir rambut yang lepek akibat cipratan hujan. Hawa dingin menusuk kulit yang hanya berbalut seragam sekolah yang tipis. Tubuhnya sedikit bergetar kedinginan. Tangannya yang bebas terangkat memeluk tubuhnya sediri.
Matanya menyisir kendaraan yang lewat, berharap ada mobil fortuner hitam berhenti di depannya. Ray, ayah Fiora sudah menelepon 10 menit yang lalu, berpesan akan menjemput. Selagi matanya bergerak menatap jalanan, tak sengaja tatapannya jatuh pada seorang cowok yang tengah berjongkok di trotoar seberang. Cowok itu jelas tengah membuka payung hitam, namun kenapa dia membiarkan dirinya sendiri kehujanan?
Mata Fiora menyipit seolah memperjelas adegan yang menarik perhatiannya itu. Samar-samar terlihat seekor kucing liar yang tengah makan sambil berteduh di bawah payung cowok itu. Wajah cowok itu nampak tidak asing baginya. Ah! Cowok yang tengah memegang payung itu Raga, si kapten basket yang sangat populer di sekolahnya.
Di pertemuan kedua, berlatarkan di sebuah taman samping sekolah yang agak sepi. Fiora baru saja pulang dari kantin seusai membeli kopi kalengan untuk meredakan kantuknya akibat begadang tadi malam. Tidak hanya kopi, ia juga membeli roti coklat pesanan Dira, teman sebangkunya. Langkahnya terhenti ketika melewati koridor dekat taman. Sebuah suara tangisan anak kucing menyita perhatiannya. Kepalanya tertoleh menyisiri area taman yang tampak kosong. Dengan di liputi rasa penasaran, Fiora akhirnya menginjakkan kakinya di tanah berumput itu.
Ia berkeliling area taman sambil mengeong, berharap anak kucing itu muncul dengan sendirinya. Tidak perlu waktu lama, Fiora berhasil menemukan anak kucing kurus yang berlari masuk ke bawah tumpukan kursi kayu yang sudah tak terpakai. Dia mendekati anak kucing itu dengan hati-hati dan sebisa mungkin tidak menimbulkan suara berisik. Semakin Fiora mendekat, anak kucing itu semakin berlari masuk, bersembunyi di bawah tumpukan kursi. Tubuh kurus kucing itu membuatnya iba. Sontak ia langsung membuka bungkus roti coklat titipan Dira. Fiora akan membelinya lagi di kantin nanti.
Dia berjongkok agak jauh dari tumpukan kursi agar anak kucing itu tidak merasa terancam. Tangannya bergerak menyobek roti kemudian memberikannya pada anak kucing malang itu. Perlu sedikit waktu sebelum akhirnya dengan perlahan anak kucing itu mendekati roti yang di berikan Fiora. Menggigit dengan mulut kecilnya, kemudian membawa roti itu masuk ke kolong kursi. Anak kucing itu memakan rotinya dengan rakus, membuat hati Fiora teriris membayangkan perut kecil yang kelaparan itu entah sejak kapan.
"Sorry, boleh liat roti kamu?" Fiora tersentak kaget, saat sebuah suara menginterupsi kegiatannya. Rahangnya turun ketika mengetahui siapa sosok yang tiba-tiba berbicara padanya itu.
"Boleh lihat roti kamu sebentar?" ulang cowok itu, membuat Fiora mengangguk refleks beberapa kali lalu menyerahkan bungkusan roti yang sudah tak utuh.
Fiora masih melongo menatap Raga yang berdiri menjulang di atasnya. Iya, cowok itu Raga, Junio Ragardi Dirgantara yang beberapa hari lalu Fiora pergoki tengah memayungi kucing! Cowok itu ternyata sangat tampan ketika di lihatnya dari jarak dekat, membuat jantung Fiora berdebar kencang.
"Ini roti coklat, ga aman buat kucing karena coklat mengandung zat theobromine dan zat kafein yang sama aja jadi racun buat kucing. Kucing yang kamu kasih makan itu kayanya masih kecil sebagai gantinya kamu bisa kasih ini." Raga memberikan sebuah bungkusan makanan kucing kemasan pada Fiora.
Fiora mengerjap-kerjapkan matanya untuk kembali sadar. Ia hanya mengangguk cepat beberapa kali seperti sebuah hiasan kucing di toko cina. Lekas tangannya bergerak naik menerima makanan kucing pemberian Raga. Lidahnya terlalu kelu untuk sekedar mengeluarkan terimakasih.
"Aku lihat kucingnya kaya masih takut-takut gitu, mendingan kamu taruh makanannya di wadah terus di tinggal biar dia makan sendiri." Saran Raga dengan nada penuh kelembutan.
Demi apapun suara Raga ganteng bangettt!
Lain halnya di pertemuan ketiga Fiora dan Raga.
Di sore yang dingin itu harusnya Fiora masih bergelung dalam selimut sembari menyaksikan drama Korea lewat smart TV-nya. Tiba-tiba saja mama membuka pintu kamar dan meminta tolong pada Fiora untuk membelikan detergen. Sebagai anak satu-satunya yang sedang berada di rumah sekaligus tidak ingin menjadi anak durhaka, cewek itu mem-pause dramanya kemudian beranjak dari kasur.
Langkah kecilnya menyusuri jalanan kompleks. Beberapa tetangga yang mengenal Fiora menyapa duluan dan menanyakan kemana perginya. Sesekali gadis itu membalas dengan senyuman. Tujuan Fiora adalah minimarket di seberang kompleks. Karena tidak ada warung atau toko yang lebih dekat di sekitar tempat tinggalnya.
Minimarket itu tepat berada di kanan jalan. Di jam pulang kerja seperti ini kendaraan memang sedang padat-padatnya. Ramainya lalu lalang kendaraan bermotor membuat gadis itu kesulitan menyeberang. Beberapa kali ia di klakson kendaraan dari kejauhan saat baru mencapai bibir jalan. Beruntung, seorang satpam kompleks yang tengah berjaga membantunya menyeberang dengan aman.
"Terima kasih pak Nanang" ujar Fiora ramah. Setelah pak Nanang, satpam kompleks membantunya menyeberang hingga ke depan bangunan biru itu.
"Sama-sama neng."
Fiora mendorong pintu minimarket perlahan. Di dalam minimarket cukup sepi, hanya ada tiga pegawai dan dua orang pengunjung. Tak perlu waktu lama bagi Fiora menemukan rak berisikan berbagai macam brand detergen. Cewek itu mengambil sebuah detergen cair kemasan ungu. Saat akan berbalik pergi ke kasir, ekor matanya menangkap rak berisikan makanan kucing kemasan di bagian bawah.
Cewek itu tersenyum mengingat makanan kucing pemberian Raga tempo hari. Tanpa pikir panjang, tangannya mengambil beberapa makanan kucing kemasan dengan brand yang berbeda. Fiora juga baru teringat, ia tidak punya snack di rumah. Lantas gadis itu pergi menuju rak yang menampilkan berbagai macam snack. 10 menit kemudian gadis itu kembali ke kasir dengan tangan yang menenteng dua keranjang penuh berisi aneka barang belanjaannya.
Fiora agaknya kesulitan saat membuka pintu kaca minimarket. Dua kantong belanja besar yang ia bawa menghalangi jalannya. Tidak kehabisan akal, Fiora mendorong pintu minimarket dengan badan mungilnya. Di saat bersamaan, muncul tangan laki-laki yang membantunya membuka pintu dari dalam.
Fiora bisa merasakan seseorang tengah berdiri di belakangnya dengan jarak sangat dekat. Cewek itu menoleh, seorang cowok berseragam SMA Widyatama yang satu almamater dengannya berdiri menjulang di atasnya. Ia mengangkat wajah dan langsung terkesiap setelahnya.
Cowok itu malah tersenyum lebar menatap Fiora yang tak berkutik. Membuat kupu-kupu beterbangan di perutnya. Cowok yang tengah berdiri di belakangnya itu Raga, lebih tepatnya Junio Ragardi Dirgantara yang tempo hari memberinya makanan kucing.
"Fiora yaa..?" tanya Raga memastikan.
Jika ini mimpi sungguh Fiora tidak akan mau bangun meskipun harus di siram dingin air oleh mama.
Raga, memanggil namanya..
Cowok populer di sekolah mengetahui namanya..
Fiora ingin berteriak sekarang.
Dan di detik ketiga tatapan tak sengaja itu, Fiora menyadari satu hal.
Ia telah jatuh dalam pesona Junio Ragardi Dirgantara, sang kapten basket sekolah yang di gilai banyak kaum hawa.
Deze afbeelding leeft onze inhoudsrichtlijnen niet na. Verwijder de afbeelding of upload een andere om verder te gaan met publiceren.