"Apa?jadi tadi kita berada di sebuah kubah transparan?", protes Taichi saat mereka sudah keluar dari tempat itu. Taichi melihat sekeliling dan mereka sekarang sudah keluar dari hutan. Mereka sampai di perbatasan hutan dan pantai.
"Hore! Joe-senpai keren!" sahut Mimi sambil menepuk punggung Joe. Kacamata Joe merosot ke bawah.
"Pantas saja tidak ada sinyal. Berarti...",Koshiro mengeluarkan tablet miliknya kembali dan menghela nafas lega.
"Syukurlah, sinyal sudah kembali. Dengan begini aman. Aku bisa mencari alasan kenapa kita bisa kembali ke sini", lanjut anak laki-laki berambut merah itu.
Sora menepuk lembut bahu Koshiro, "Semangat ya. Untuk sekarang lebih baik kita istirahat dan membangun shelter. Karena sepertinya akan turun hujan dan hari sudah mulai gelap" ujar Sora sambil tersenyum dengan teman-temannya.
"Oh, Sora Oka-san perhatian sekali dengan anak-anaknya", ledek Taichi
Sora mengerucutkan bibirnya
"Aku bukan Oka-san", sahut Sora kesal.
"Sudah,sudah. Sora benar, sepertinya kita harus cepat. Langit semakin gelap", ujar Yamato menengahi pertengkaran sahabat-sahabatnya.
Sora kembali menatap langit
'Seharusnya aku membawa tenda, bahan dan alat masakan, serta selimut. Teman-teman pasti kedinginan jika hujan benar-benar turun', batin Sora.
"Hei, bukan salahmu", ujar Mimi merangkul lengan Sora.
"Hah?apanya?", tanya Sora keheranan.
"Kau pasti berpikir seharusnya membawa perlengkapan untuk camping kan?", tebak Mimi tertawa.
Sora takjub mendengarnya. Darimana gadis ini bisa tahu pikirannya?
"Sora-san, kita sudah saling mengenal satu sama lain. Aku tahu apa yang kau pikirkan. Dan itu bukan salahmu. Kita tiba-tiba didatangkan ke Digital World tanpa persiapan apapun. Kita saja masih menggunakan seragam sekolah,kan", sahut Mimi lagi.
Sora tersenyum.
"Kau ini bicara apa Mimi-chan. Ya sudah, ayo kita bergegas", ujar Sora yang malu dan mulai mengalihkan pembicaraan.
Mimi tersenyum lembut sambil melihat sahabat nya itu pergi mengambil ranting-ranting kecil.
"Sora-san. Kau sungguh baik".****
"Wah, seperti Camping musim panas ya", ujar Takeru sambil memberikan ikan yang sudah ditangkap dan dibakar ke Patamon. Patamon makan dengan lahapnya.
Ternyata langit yang mendung kembali cerah. Anak-anak mengumpulkan kayu bakar dan membuat api unggun.
"Iya, tak terasa ya. Dulu Takeru dan Hikari masih sangat kecil dan cengeng", sahut Taichi sambil tertawa.
Hikari cemberut
"Aku tidak cengeng", ujar gadis manis itu.
"Mimi-san juga dulu selalu menangis dan berkata ingin pulang", ujar Tentomon sambil melahap ikan yang sudah matang.
"Hei, hentikan", ujar Mimi yang mukanya sudah merah karena malu.
Semua tertawa.
Sora tersenyum melihat pemandangan hangat di depannya. Ia mengambil ikan yang sudah matang dan memberikannya kepada Piyomon.
"Sebenarnya kenapa kita kembali lagi ke Digital World?apakah ada musuh baru?", tanya Yamato tiba-tiba memecah keheningan.
"Aku belum tahu, Yamato-san. Hanya saja yang kutahu, ini mungkin ada hubungannya dengan Gennai-san. Aku sudah berusaha untuk menghubunginya, namun belum ada jawaban", ujar Koshiro.Gennai-san ya, batin Sora.
Pikiran Sora Flashback saat ia, Piyomon, dan Meiko ingin mengambil Meicoomon kembali dari tangan Gennai. Dan saat itu, Gennai...
Sora memejamkan matanya dan menggelengkan kepalanya perlahan. Ia tidak mau memikirkan itu lagi. Ia takut. Tangannya gemetar.
"Sora, kau kenapa?kau berkeringat", ujar Piyomon khawatir.
Sora tidak bergeming. Ia masih berusaha melupakan kejadian saat Gennai menahannya di tanah dan menjilat pipinya.
Sungguh menjijikkan. Badan Sora gemetar dan dingin.
"Sora!"
Sora membuka matanya, kaget saat melihat mata teman-temannya memandangnya dengan cemas.
"Ya?ada apa?", tanya Sora tersenyum getir.
"Kau tidak apa-apa?", tanya Taichi dan Yamato serempak.
Sora berusaha untuk bersikap normal.
"Ya, tentu saja. Hanya sedikit mengantuk. Aku hampir tertidur tadi. Ha ha ha", sahut Sora tersenyum paksa sambil pura-pura menguap.
"Baiklah, sekarang kita coba untuk istirahat, mudah-mudahan besok kita mendapatkan jawaban mengapa kita kembali lagi ke sini", ujar Joe beranjak dari duduknya.
"Hah, aku rindu tidur di atas rumput", ujar Hikari tersenyum kepada Tailmon.
"Kau sungguh berusaha untuk tegar ya, Hikari-chan", sahut Takeru menepuk pundak hikari.
"Harus", ujar Hikari tersenyum jenaka.
Semua pun kembali tertawa.
Yamato memperhatikan Sora yang mulai melamun kembali.
"Kau sungguh tidak apa-apa?", tanya Yamato memastikan.
"Iya", ujar Sora mengangguk, berusaha meyakinkan teman-temannya bahwa dia tidak apa-apa. Berusaha untuk tidak gemetar dan berkeringat.
Namun,Piyomon tidak bisa dibohongi.****
"Kau kenapa Sora?", tanya Piyomon saat memastikan semua teman-temannya sudah tidur.
"Aku tidak apa-apa, Piyomon. Tidurlah, ini sudah larut", Ujar Sora memaksakan tersenyum pada partner kesayangannya.
"Kau tahu kan kalau kau tidak bisa membohongiku", ujar Piyomon.
Sora tertegun.
Haruskah ia bercerita?
Bahwa ia takut kembali lagi ke Digital World?bahwa ia takut melawan Digimon jahat yang kuat lagi?bahwa ia takut bertemu Gennai? Bahwa ia takut Piyomon akan terluka atau bahkan tidak mengingatnya lagi?
Bahwa ia takut, sendirian dan merasa tidak dibutuhkan oleh teman-temannya?
Tidak, ia hanya perlu menyimpannya sendiri. Toh, perasaan ini akan segera menguap dan ia akan kembali seperti Sora yang biasanya.
"Tidak ada apa-apa Piyomon, sungguh. Kau percaya padaku kan?", ujar Sora berusaha menjaga suaranya untuk tidak bergetar.
Piyomon menatap partnernya dan menghela nafas.
"Baiklah, tapi kau harus janji. Jika ada yang mengganggu pikiranmu, kau harus bercerita padaku", ujar digimon merah muda itu.
Sora mengangguk.
"Nah, sekarang tidurlah", ujar Sora menepuk kepala digimon tersayang-nya itu.
Yamato yang berbaring membelakangi mereka mendengar semuanya.
Ia pun berbalik dan menatap Sora yang berbaring tidak jauh dari posisinya dan Gabumon.
"Kau juga harus bercerita padaku jika ada yang mengganggu pikiranmu", ujar Yamato.
Jujur, ia sangat mengkhawatirkan gadis itu. Apapun yang berkaitan dengan gadis itu, ia selalu ingin tahu dan terlibat.
Entah kenapa ia menjadi sangat peduli dengan Sora. Lebih daripada teman-temannya yang lain.
Sora menoleh dan melihat Yamato masih terjaga. Mata Crimson-nya bertabrakan dengan mata biru cerah milik Yamato.
"Kau belum tidur?Tidurlah, Yamato-kun", ujar Sora tersenyum kikuk.
"Kau belum menjawab pernyataanku, Sora. Jangan mengalihkan pembicaraan. Kau selalu seperti itu", protes Yamato pelan. Ia takut Gabumon terbangun.
Sora bingung dengan pernyataan Yamato.
"Aku tidak apa-apa. Percayalah, aku bisa menyelesaikannya sendiri.", ujar Sora tegas sambil tersenyum.
Yamato menghela nafas. Betul kata Taichi, Sora tidak pernah mengatakan apa yang selalu mengganggu pikirannya, dan ia selalu bisa menyelesaikan masalahnya sendiri. Yamato mengakui bahwa Sora adalah wanita yang kuat dan mandiri. Ia tidak membutuhkan perlindungan siapapun. Ia bisa melindungi dirinya sendiri.
Namun, apakah salah jika Yamato ingin melindungi temannya?
Teman? Benarkah Yamato berpikir demikian?
"Selamat malam, Yamato-kun", ujar Sora tersenyum.
Yamato menatap punggung Sora yang membelakanginya.
Kenapa ia begitu khawatir jika gadis itu bertingkah aneh? apakah karena Sora adalah salah satu sahabat terbaiknya selain Taichi?
Ah, pasti itu alasannya.
"Selamat malam", bisik Yamato.
Ia pun ikut memejamkan matanya****

KAMU SEDANG MEMBACA
I'm exist too
FantasySora adalah seorang gadis yang baik dan penyayang. Selalu mementingkan kepentingan orang lain didepan kepentingannya sendiri. Tapi, sebaik-baiknya seseorang, pasti memiliki batas bukan?