Setelah makan malam bersama mama dan papanya Leksana langsung pamit ke kamar buat ngerjain tugas-tugas yang lain dan sudah sangat menumpuk itu karena selama ini terabaikan.
"Ini apa sih!" Kesel Leksana melihat rumus fisika yang ada didepannya
Fisika dan rumus-rumusnya itu Leksana sangat membencinya, membuatnya ingin muntah seketika! Lebih mending dia mengerjkan matematika daripada rumus fisika yang mematikan ini.
Cukup frustasi Leksana memutuskan buat melempar bukunya terus jalan ke balkon buat ngehirup udara malam yang bisa membantu menyegarkan pikirannya.
Tumben malam ini banyak bintang yang memunculkan wajahnya dan membuat langit malam jadi lebih indah, karena biasanya bintang-bintang tertutupi oleh polusi cahaya yang ada.
Entah Leksana yang terlalu stress karena fisika tadi atau apa, bayangan Fajar yang tersenyum manis tiba-tiba aja terlintas dikepalanya membuat Leksana melotot dan membenturkan pelan kepalanya kepagar balkon.
"Gue ngapain sih mikirin tu cowok aneh!" Leksana jadi tambah frustasi rasanya.
Tapi kalau boleh jujur dia cukup suka senyum cowok itu, rasanya adem aja lihatnya gitu, dia tersenyum dengan begitu bebas tanpa beban apapun membuat Leksana jadi sedikit iri, bagaimana cowok itu bisa terlihat menawan walau hanya dengan seulas senyum tipis.
"Leksana" Leksana langsung tersadar saat mendengar suara Fajar.
"Leksana hai...!" Menoleh kesana kemari mencari asal suara itu sampai mata Leksana gak sengaja ngelihat Fajar yang duduk santai diatas pohon yang berhadapan dengan balkon kamarnya.
Dia tersenyum senang bahkan melambaikan tangannya dengan santai membuat Leksana jadi lemas seketika rasanya.
"Ngapain lo disitu malam-malam gini anjir!!" Leksana berseru frustasi, bagaimana bisa Fajar dengan santainya nongkrong diatas pohon malam-malam gini, mau ngapelin mbak kunti?
"Leksana minggir" serunya membuat Leksana memandangnya heran.
"Mau ngapain lo?" Tanya Leksana was-was.
"Minggir dulu kamunya" pinta Fajar dan Leksana mencoba untuk menuruti saja melihat apa yang akan cowok itu lakukan.
Matanya seketika melotot saat melihat Fajar yang dengan bodohnya melompat dari dahan pohon tadi ke balkon kamarnya, dan yang lebih bodohnya lagi Leksana langsung menangkap Fajar sehingga dia terjatuh diatas tubuh Leksana.
"Aduh!" sakit banget anjir Fajar ini berat juga ya walau badannya kecil.
"Leksana kenapa aku ditangkap" seru Faajr khawatir sambil membantu Leksana untuk duduk.
"Lo ngapain loncat begitu bodoh! Mau ngeprank malaikat maut?!" Entah kenapa Leksana yang jadi emosi rasanya.
"Gak papa kok kan jaraknya dekat" ucap Fajar sambil menunjuk pohon tadi membuat gue gak tahan membuat menjitak kepala dia.
"Tetap aja bahaya goblok!"
"Digta kenapa ribut-ribut?" suara mama Leksana tiba-tiba terdengar dari balik pintu kamar.
"Leksana.." Fajar tiba-tiba terlihat gelisah dan takut bahkan cowok itu menggenggam tangan Leksana erat membuat Leksana memandangnya heran.
"Digta kamu gak papa kan sayang?" Mama semakin keras ngetuk pintu.
Leksana bisa lihat Fajar yang semakin gelisah lalu cowok itu berdiri dan ingin meloncat lagi dari balkon membuat Leksana melotot sampai matanya mau copot rasanya lalu tanpa banyak pikir langsung bergerak secepat kilat buat nangkap Fajar sebelum dia benar-benar ngelakuin hal gila.
KAMU SEDANG MEMBACA
Langit Sore || Renmin
Random"Sejak dimana aku mengenal dia, aku baru bisa mengerti apa yang dinamakan dengan kehangatan itu walau hanya dengan melihatnya tersenyum" Hasta Leksana Pradigta. Renmin Area⚠️ Top: Renjun Bot: Jaemin Ini ceritanya bertema lokal jadi harap disesuaikan...