Bagian Empat

2.5K 312 6
                                    

Tertawa lepas, senyum tak tertahan semua itu hilang sejak masa – masa paling berat Renjun lalui sendirian. Memendam masalahnya sendiri tanpa satu orangpun tau bahkan orang tuanya sekalipun

Untuk Renjun menceritakan masa sulitnya kepada orang lain bukan sesuatu hal yang harus dipamerkan membuat orang lain merasa iba dan kasihan kepadanya. Renjun tidak suka saat orang lain memandangnya sebagai sosok yang harus dikasihani

Bahkan sampai saat ini yang tau tentangnya masa lalunya hanya Haechan dan orang tuanya. Maka dari itu saat Haechan melihat Renjun tertawa lepas dengan Jeno ia merasa bersyukur akan hal itu ia sudah lama sekali tidak melihat sahabatnya tertawa ntah apa yang mereka bicarakan sampai Renjun tertawa

“Terima kasih” Renjun merasa ia harus berterima kasih kepada Jeno yang tanpa lelah mencari topik untuk bisa terus mengobrol, Renjun terhibur dengan itu

“Hm ? Untuk apa”

Renjun hanya membalas dengan senyuman diam sejenak lalu menghembuskan nafas berat. Bayangan masa lalunya tiba – tiba kembali menghantui di saat yang tidak terduga seperti saat ini seolah melarang Renjun untuk sejenak saja melupakan segala keperihan masa lalunya

“Renjun ssi, aku tidak suka basa basi tapi bolehkah aku berkata jujur padamu “ Jeno diam sejenak menguatkan segala mentalnya

“Aku ingin mengenalmu lebih dari sekedar rekan kerja apakah boleh?”

Untuk Renjun ini adalah makan siang paling menyenangkan dan membingungkan selama ia bekerja. Seseorang yang baru dua hari menjadi direktur baru tiba – tiba mengajaknya untuk lebih dekat. Dipandangnya wajah Jeno dalam, melihat semua lekuk wajah Jeno.

Renjun tersenyum penuh arti, menarik nafas panjang kembali lalu menghembuskannya perlahan untuk menenangkan diri. Kalau boleh jujur Renjun tidak menampik kalau pria dihadapannya ini adalah sosok yang tampan, tegas dan juga cerdas tapi Renjun terlalu takut untuk memulai sesuatu yang baru apalagi yang melibatkan perasaan. Renjun hanya belum siap, ia menutup hatinya rapat – rapat

“Pak Jeno, sebelumnya terima kasih tapi ... “

Renjun menggantungkan ucapannya, bergulat dalam hati mencari kalimat apa yang pas agar tidak melukai lelaki bermata bulan dihadapanya

“Kau tidak perlu menjawabnya sekarang Renjun ssi pikirkan saja dulu aku tau kau pasti terkejutkan” Jeno mengerti semua ia membacanya dengan mudah di wajah Renjun

“Ayo kita kembali”
.

.

.
Pekerjaan selesai semua karyawan berhamburan keluar kantor tentu saja Renjun pun begitu berjalan menuju parkiran untuk mengambil mobilnya lalu menjemput Jisung. Mengapa Renjun tidak memakai mobil jemputan sekolah saja, Renjun akan menggunakan mobil jemputan disaat – saat tertentu saja

Contohnya seperti kemarin ia harus pulang malam itu situasi yang tidak mendukungnya untuk menjemput Jisung. Dan menurut Renjun waktu yang ia habiskan dengan anaknya hanya pagi hari saat mengantar Jisung sekolah dan sore sampai malam saat Jisung dan dirinya dirumah

Ia pergunakan waktu sebaik mungkin untuk bisa mendengarkan cerita – cerita Jisung. Seperti saat ini Jisung dengan semangatnya bercerita bahwa ia dan Sungchan berhasil mencetak gol saat bermain bola dan mendapat nilai terbaik saat pelajaran olahraga

“Ibu, apa ibu tau saat aku mencetak gol semua berteriak senang dan memelukku. Wah rasanya luar biasa. Kalau ibu bagaimana hari ini ibu di kantor ?”

“Ibu hm, ibu bertemu bos baru dia seorang pria berkulit putih pucat, rahangnnya tajam seperti bisa memotong daging. Ibu makan siang dengan bos baru, dia orang yang baik” Renjun dan Jisung memang terbiasa membagi cerita bagaimana hari – hari mereka dan menurut Renjun itu hal yang sangat penting. Kalau boleh jujur Jisung seperti menggantikan sosok yang hilang yang selama ini selalu bertanya bagaimana hari – harinya dan Renjun menyadari itu

“Bu apa dia tampan ? Apa dia sudah punya pacar ? Kalau belum punya pacar dan dia tampan ibu pacaran saja dengan dia bu hahah”

Can we ? NORENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang