Achtentwintig; Is Dit Het Einde?

416 65 33
                                    

Wait, mau menyapa dulu. Adakah yang nungguin cerita ini? Maaf banget ya belakangan ini saya sibuk bangett, jadi belum sempet kepegang :(

By the way, semangat yang mau ujian ya. Semangat juga yang lagi nunggu pengumuman! Apapun hasilnya, kamu udah ngelakuin yang terbaik.

Oh iya, chapter ini ada sekitar +2800 words. Enjoy! Dan kasih tau saya kalau ada typo ya hehe :(

ㅤㅤ

ㅤㅤ

***

ㅤㅤ

ㅤㅤ

Hampir empat hari dengan keadaan yang sama, atau justru semakin memburuk.

Renjun menyesal tidak mengunjungi Jeno minggu kemarin, setidaknya ia ingin berbincang secara langsung dengan Jeno sebelum Jeno tertidur begitu lama seperti saat ini.

Seharusnya Renjun sadar dengan perubahan suara Jeno yang terkadang terdengar aneh di telepon. Dan seharusnya Renjun menanyakan lebih lanjutㅡ bukan menaruh percaya lebih pada pemuda bongsor itu.
ㅤㅤ

ㅤㅤ
"Gapapa kok, aku capek aja," sahut Jeno hari itu.
ㅤㅤ

ㅤㅤ

ㅤㅤ

Bulan dan bintang kembali menyapa Renjun yang terdiam sendirian di dalam kamar tempat Jeno (masih) tertidur. Sehabis berbincang santai mengenai riuhnya dunia pekerjaan dengan Mama Tiff, kini Renjun kembali tinggal sendirian karena ia mengajukan diri untuk menjaga Jeno sebab Renjun mendapatkan shift siang. Jadilah Sang Ibu muda itu menuruti saja permintaan Renjun, terlebih karena tubuhnya mulai terasa lesu karena terlalu lama menghirup udara rumah sakit.

Renjun sengaja datang dengan pakaian yang lebih santai, bukan mengenakan jeans atau pakaian semi formal seperti biasa ia berkunjung. Ia pergi ke sofa pendek dan menyandarkan tubuhnya, taakut-takut tidurnya terlalu ribut jika ia tertidur di ranjang Jeno dan akan membuat kekacauan nantinya. Matanya mulai terasa berat setelah ia bercerita sedikit tentang harinya pada Jeno, setelah itu tanpa sengaja ia benar-benar terlelap sambil membuka aplikasi musik di handphone-nya.

Esoknya Renjun masih menemui Jeno yang belum berubah. Hanya suara dari salah satu monitor yang Renjun tau sebagai pemberi tanda bahwa masih ada kehidupan dalam tubuh Jeno. Setidaknya detak jantung Jeno masih bekerja dan menandakan jutaan sel masih bekerja keras demi Tuannya.

Renjun menyempatkan diri untuk mencium kening Jeno sejenak, sambil mengusap lembut kulit tangan Jeno yang halus, ia berbisik pelan pada Jeno, "Selamat pagi, Jeno. Aku kangenㅡayo bangun, aku beliin eskrim banyak-banyak deh buat kamu," lalu tersenyum hingga matanya seolah hanya garis tipis yang menghiasi wajahnya sejenak sebelum ia kembali menjauhkan wajahnya dan kembali melanjutkan aktivitasnya.

Renjun juga memang mempersiapkan pakaiannya untuk pergi bekerja, jadi ketika Mama Tiff datang, Renjun hanya perlu berbincang sebentar kemudian meninggalkan gedung berbau obat-obatan itu. Ia berharap ada keajaiban untuk hari ini, esok, atau esoknya lagi. Cukup menyadari tampaknya mustahil, Renjun tidak mengharapkan keajaiban yang begitu besar.

ㅤㅤ

ㅤㅤ

Ia hanya ingin berbicara dengan Jeno-nya lagi.

ㅤㅤ

ㅤㅤ
Terlepas dari itu, Renjun menjalankan harinya dengan baik. Tidak dapat dipungkiri, kinerja Renjun memang sangat bagus. Walaupun Renjun ini tampak sering naik darah, namun banyak orang mengakui bekerja sama dengan Renjun cukup membuat pekerjaan menjadi lebih mudah.

Bintang - [De Ster] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang