13| Masa Lalu Zay

735 65 8
                                    

"Jangan salahkan mereka yang pernah singgah kemudian pergi meninggalkan goresan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Jangan salahkan mereka yang pernah singgah kemudian pergi meninggalkan goresan. Kesedihan itu hadir saat kita tidak bisa ikhlas dan menerima apa dan dengan siapa yang sudah bersama kita saat ini."

-Addar Zayn Quthni-

...

"Mau berangkat sekarang?" tanya Zay memperhatikan Bunga yang tengah memasukkan buku-bukunya.

Sosok itu langsung mengangguk. Setelah memastikan Zay sarapan dan meminum obatnya, ia sudah bersiap untuk pergi ke kampus.

"Berangkatnya sama siapa? Gue anterin, ya?" tawar Zay.

"Nggak usah, Zay. Aku bisa berangkat sama Pak Joni. Kamu istirahat saja di rumah," tolak Bunga tidak ingin merepotkan. "Aku berangkat, ya. Assalamu'alaikum."

"Wa'alaikumussalam," jawab Zay diakhiri helaan napas panjang. Meski sangat ingin mengantar istrinya itu, tapi dia harus perbanyak istirahat agar cepat pulih. Hari ini, Zay tidak masuk kuliah karena keadaan perutnya belum benar-benar membaik.

Dengan diantar sopir keluarga, Bunga sampai kampus setengah jam sebelum kelas dimulai. Baru akan masuk gerbang fakultas, langkahnya terhenti dengan panggilan seseorang dari belakang.

"Hai, Bunga."

Pemilik nama itu langsung menoleh. Kedua alisnya bertaut melihat laki-laki yang sudah tersenyum manis ke arahnya.

"Masih ingat aku, kan?" tanya laki-laki itu.

"Hariz?" tebak Bunga.

Laki-laki Tere langsung mengangguk dengan senyum yang semakin lebar. "Syukurlah kamu nggak lupa. Mau masuk, kan?"

Bunga mengangguk cepat.

"Bareng, yuk. Kelas kita, kan, tetanggaan."

"Nggak usah. Kamu jalan aja duluan. Nggak enak sama yang liat. Nanti mikirnya yang enggak-enggak," tolaknya pelan.

"Masya Allah ... memang idaman," gumam Hariz menghentikan berhasil dibuat kagum dengan sosok di depannya.

"Oke. Kalau gitu sampai jumpa di fakultas, ya. Assalamu'alaikum, calon." Hariz langsung melenggang setelah mengucapkan kalimat tadi.

Bunga yang memandang punggung yang baru saja pergi itu hanya menggeleng pelan. Dia tidak ingin menyibukkan dirinya dengan apa yang baru saja laki-laki itu katakan. Sebelum melanjutkan langkah, ia menghela napas sebentar. Barulah Bunga benar-benar siap untuk memasuki gerbang yang sudah terbuka lebar.

Sayangnya, masih terdengar suara seseorang yang memanggil namanya. Alhasil, ia hanya menoleh sebentar dengan niat tetap melanjutkan perjalanan.

"Bunga!" panggil Rion menyusul perempuan itu.

"Assalamu'alaikum, Rion," ujar Bunga tanpa melihat lawan bicaranya.

Rion yang mendapat salam itu lantas menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. "Wa'alaikumsalam, Bunga," ucapnya kemudian sambil mensejajarkan langkah. "Kamu nggak sama Zay?"

Zawjaty [NEW VERSION]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang