5. Kata Dokter

109 15 2
                                    

Garaga lari dengan kecepatan kilat dari Kantor Guru karena takut akan menjadi sasaran Gea kembali. Dia mengakui tenaga gadis baru itu memang kuat, melebihi laki-laki di SMA Tamata.

Bisa jadi, Gea adalah pemilik sabuk hitam dalam ilmu bela diri, tetapi berpura-pura polos di balik wajah menyeramkan. Sudah, tidak penting kalau memikirkannya. Ada gadis cantik yang membutuhkan pertolongannya di UKS.

Seorang Dokter berlari di belakang Garaga dengan nafas tersengal-sengal, terlihat kelelahan, tetapi tidak mau berhenti. Mereka berlari tergesa-gesa setelah Garaga berkata kalau Syerlin sedang dalam keadaan kritis dan membutuhkan pertolongan segera. Padahal, faktanya adalah, Garaga ingin sang kekasih mendapatkan pertolongan secepat mungkin.

"Ayo, Dokter!" perintah Garaga sambil menarik pergelangan tangan Dokter itu, "Saya gak mau, pacar secantik Syerlin kenapa-napa."

Tidak lama kemudian, mereka semua sampai. Garaga tidak memasuki UKS dan hanya menunggu di dekat pintu, dia tidak tahan menatap wajah Gea yang datar dan menyeramkan.

Garaga menoleh menuju jendela UKS yang memperlihatkan wajah cantik dengan begitu jelas, dia tersenyum hangat. Wajah rupawan itu tidak bisa lepas dari fikiran sampai kapan pun. Mungkin, semua orang merasa sangat beruntung kalau bisa menjadi kekasih seperti Syerlin.

Dia sedikit menoleh menuju Gea kemudian senyuman yang sempat diukir langsung menghilang begitu saja. Wajah dia gadis itu sangat berbeda, bahkan karakter mereka sangat bertolak belakang.

Wajah datar Gea terlalu seram untuk disebut sebagai wajah perempuan. Garaga geleng-geleng, dia tidak mau menghina siapapun, tetapi wajah Gea memang meminta untuk diberikan umpatan.

***

"Gimana keadaan Syerlin, Dokter?" tanya Gea dengan ekspresi cemas.

Dokter berhenti memeriksa kelopak mata Syerlin yang tertutup dengan bantuan cahaya senter lalu menatap Gea sambil tersenyum kecil. "Dia cuma kelelahan, Dik."

Gea sempat bengong selama beberapa saat, dia masih teringat jelas dengan wajah pucat Syerlin sebelum dibawa menuju kemari. Wajah seperti itu sudah tidak asing lagi.

"Dia punya penyakit parah, ya?" Gea memberikan tatapan memelas, ada perasaan sedih ketika bertanya, dia sendiri tidak mengerti dengan gejolak rasa dalam dada. "Kok wajahnya beda sewaktu pingsan?"

Gea mengajukan pertanyaan tanpa fikir panjang. Dia ingin mengetahui segala informasi tentang gadis yang berusaha menolong di loteng tadi.

"Iya, dia memiliki riwayat penyakit serius," jawabnya.

Siapa saja akan terkejut dengan ucapan sang Dokter. Tidak ada yang akan percaya kalau gadis secantik Syerlin yang selalu memberikan tatapan ceria menderita penyakit serius, termasuk Gea.

Gea mengira kalau Syerlin hanyalah gadis cantik yang di kelilingi oleh kebahagiaan, pujian dan prestasi. Dia hampir saja ingin mengeluh kepada gadis rapuh ini. Tatapan sinis yang sempat diberikan berubah menjadi silih asih.

"Penyakit apa, Dok?"

"Penyakit serius, Dik—"

"Bisa diceritakan kepada saya?"

"Gak bisa, saya sudah berjanji kepada Syerlin supaya menjaga rahasia."

Gea menatap lantai dengan tubuh lemas bagaikan orang tidak makan berhari-hari, lesu setelah menerima fakta mengejutkan seperti itu. Ada rasa tidak tega kalau harus menerima pernyataan, sahabat baru mendapat cobaan sebesar ini.

Gea menatap Dokter dengan tatapan memelas, mulutnya tertutup karena tidak mampu memberikan kata-kata. Andai bisa melakukan sesuatu kepada kesembuhan Syerlin, tetapi mereka hanyalah teman baru. Orang lama saja masih bisa bercerai-berai, apalagi dirinya yang masih belum dianggap apa-apa.

Detik Depresi ( TAMAT )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang