28. Farewell Kiss

917 148 11
                                    

Rumah Ni-ki terlihat sepi, ibunya baru saja pergi ke pasar bersama adiknya yang sekarang kelas dua SMA bernama Ta-ki.

Sebenarnya Ni-ki bersikeras untuk ia saja yang menghantar ibunya meskipun Ta-ki sudah bisa dibilang dewasa. Namun ibunya melarang dengan berkata, "kamu di rumah aja, biar bunda pergi sama Ta-ki. Kasihan Sunoo yang baru dateng kamu tinggal gitu aja." Juga tak lupa memperingati mereka untuk berbuat sewajarnya saja selama rumah sepi.

Jadi di sinilah sekarang, Sunoo sedang sibuk menyiapkan bahan-bahan untuk ia memasak bersama ibu Ni-ki nanti sekaligus menyiapkan makan malam karena Sunoo berencana akan makan malam di sini. Karena itulah ibu Ni-ki bergegas ke pasar karena mendadak calon menantunya datang ke rumah.

"Kak, dateng kok gak bilang sih? Kalo gitu 'kan aku bisa jemput, biar kamu gak repot-repot nunggu bus."

Sunoo menoleh ke samping sebentar, tersenyum pada Ni-ki yang berdiri di sebelahnya sambil memperhatikannya, kemudian tatap mata Sunoo kembali ke talenan.

"Gak papa, sekali-sekali aku yang mandiri. Masa dijemput kamu mulu, gak tega lihat kamu bolak-balik mulu," jawab Sunoo sambil sibuk mengupas bawang.

Ni-ki mendengus, kemudian beringsut mendekat ke arah Sunoo, memeluk pinggangnya dari samping dan menyandarkan kepalanya ke pundak Sunoo.

Meskipun mengganggu, Sunoo tidak terusik dengan kelakuan pacarnya itu.

"Kenapa sih? Kamu gak kuliah? Masuk jam berapa?"

"Satu jam lagi kok, masih lama," jawab Ni-ki malas-malasan.

Sunoo menoleh ke samping, yang dilihatnya hanyalah rambut dan puncak kepala Ni-ki. Ia mendekat dan mengecup kepala pacarnya, "sana siap-siap, jangan malas-malasan, nanti telat."

Sedangkan Ni-ki yang diperlakukan seperti itu hanya bisa diam-diam tersenyum, "bentar lagi."

"Ni-ki jangan bandel, aku ke sini bukan mau bikin kamu jadi males ke kampus loh, aku cuma mau bantu bunda siapin makan malam."

Ni-ki mengubah posisinya menjadi dagunya yang bersandar di pundak Sunoo, menatap wajah pacarnya dari samping yang masih sibuk dengan alat-alat dapurnya itu.

"Mau cium dulu, boleh? Aku jarang banget dapet cium."

Sunoo menaruh pisaunya, "astaga, pacarku ini manja banget." Kemudian ia beralih mencuci tangannya meskipun agak kesusahan karena Ni-ki yang masih memeluknya.

Setelahnya ia berbalik menghadap kepada Ni-ki yang masih memeluk pinggangnya, kemudian Sunoo menangkup wajah Ni-ki dan melayangkan satu kecupan di bibir yang lebih muda.

Ni-ki tersenyum menjengkelkan, terlihat mengesalkan dimata Sunoo.

"Udah sana, kamu—"

Drrt drrt

Ni-ki mendengus, sekali-sekali seperti ini malah ada saja yang mengganggu. Contohnya saja ponsel Ni-ki yang bergetar entah siapa yang menelpon.

"Siapa? Angkat gih."

Baru saja Sunoo hendak berbalik, Ni-ki menahannya dengan memeluk pinggangnya lebih erat.

"Lepasin, Ni-ki. Angkat dulu sana telponnya, mana tau penting," protes Sunoo.

Ni-ki menggeleng pelan, matanya menatap Sunoo, "gak ada yang lebih penting dari kamu." Tangannya ia angkat untuk mengusap pipi Sunoo.

Sunoo merotasikan matanya, "gombal kamu tuh dihilangin, kek orang baru-baru pacaran aja. Lihat dulu, gak tau 'kan kalo misalnya tiba-tiba itu penting."

Tangan Sunoo merogoh saku celana Ni-ki, mengambil ponsel milik pacarnya untuk melihat siapa yang membuat ponselnya bergetar sedari tadi.

'Kak Jungwon'

𝐂𝐡𝐨𝐢𝐜𝐞 || 𝑆𝑢𝑛𝑔ℎ𝑜𝑜𝑛 𝑋 𝐽𝑢𝑛𝑔𝑤𝑜𝑛Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang