Kepergian dan kejujuran

1 0 0
                                    

      Keadaan pun kembali normal lagi seperti biasa namun Toni terlihat masih marah kepada kembaran Juli,ia duduk didekat pintu sambil seskali ia menengok ke dalam ruangan dan yang ia lihat adalah dokter dokter itu tengah  membersihkan luka bekas tembakan yang di lontarkan oleh kembaran Juli.

Sedangkan kembarn Juli ia terlihat sedih atas tindaknnya sendiri,ia terlihat sangat menyesal dengan apa yang ia lakukan kepada Bu Laras.

Di sepanjang para dokter membersihkan luka Bu Laras ia hanya menangis dan menyesal.Ia berusaha berbicara dengan Toni namun Toni tak ingin melakukannya bahkan melihat pun Toni tidak mau,melihat hal itu Inspektur Adi pun membantu kembaran Juli.

"Toni,Anda ini kenapa? Juli itu sudah menyesali apa yang ia lakukannya! Tapi kenapa? Kenapa Andan tidak memaafkan dia?" ucap Inspektur Adi dengan berdiri di samping Toni.

Mendengar ucapan Inspektur Adi pada awalnya Toni hanya diam dengan raut muka marah dan kesal.

"Apa kamu memang tidak ingin menganggap Kakak kamu lagi? Kamu ingin membuang Kakak kamu."

Mendengar ucapan Inspektur Adi lama kelamaan ia pun tak bisa bersabar lagi.Ia langsung berdiri dengan penuh emosi, ia mempatkan tangan kanannya ke leher Inspektur Adi lalu ia membentur kan tubuh Inspektur Adi ke tembok yang berada di belakang Inspektur Adi dan tidak jauh dari dirinya.

Secara bersamaan kembaran Juli pun ikut berdiri dan berusaha memisahkan tangan Toni dari leher Inspektur Adi.

Setelah kembaran Juli memegangi tangan Toni dan berusaha menarik tangan namun ia tak berhasil melepas tangan Toni.Di situ Toni pun berkata dengan nada kesal dan bernada serius.

"Aku ucapan sekali lagi Inspektur, Kakak ku Juli sudah meninggal jadi jangan pernah kamu menyuruh aku untuk menganggap dia adalah Kakak ku,kalau aku masih mendengar Inspektur Adi memanggil dia atau menyuruh saya memanggil dia Juli maka saya tidak akan segan segan melakukan hal yang lebih parah dari ini!!!."

Inspektur Adi pun hanya menjawab anggukan selain itu ia berekspresi tidak bisa bernafas,setelah itu Toni pun melepaskan tangannya namun saat Inspektur Adi baru bisa bernafas baru beberapa detik Toni kembali mencekik lehernya dan ia kembali membenturkan tubuhnya ke tembok yang tak jauh dari dirinya dan kemudian melanjutkan berkata dengan ekspresi muka kesal dan serius.

" Ingat Inspektur,aku akan melakukan hal yang lebih kejam dari ini kalau Anda masih memaksa saya atau menyebut dia Juli lagi!!!."

Ia kemudian melepas tangannya dan pergi menjauhi kedua orang itu.Melihat tindakan Toni yang tidak ingin memanggil kembaran Juli sebagai Juli membuat kembaran Juli sangat sedih karena begitu kuatnya jalinan ikatan yang terjalinkan antara Juli dan Toni,ia pun akhirnya ia pun berpikiran untuk petgi setelah ia beberapa detik melihat ke arah Toni dan Inspektur Adi kembaran Juli pun memutuskan untuk pergi.Ia pun melangkahkan kakinya perlahan lahan dengan raut muka sedih ia meninggalkan Toni dan Inspektur Adi namun tak di duga tak di sangka ke perginya membuat keluarganya,dirinya dan keluarga Toni dalam bahaya.

      Beberapa menit kemudian kembaran Juli keluar dari rumah sakit, saat itu ia tengah berada di lobi rumah sakit ia berdiri di tiang rumah sakit dengan air mata yang terus mengalir.

"Andi buat apa kamu mengharapkan kasih sayang dari keluarga Toni dan keluarga kamu, seharusnya kamu sadar kamu itu penjahat.Kamu tega membunuh orang yang sangat di sayangi banyak orang, kenapa? Kenapa sekarang aku merasa bersalah atas semua yang aku lakukan?Bagaimana cara ku untuk memperbaiki semua yang terjadi?,apa aku harus pergi menjauh dari mereka semua?."

Saat Andi tengah mengatakan itu tiba tiba hujan pun turun dengan deras dengan di dampingi petir yang gemuruh dimana mana akhirnya ia pun memilih untuk pergi dari keluarga Toni dan keluarga Inspektur Adi.

          

Ia melangkahkan kakinya perlahan lahan melewati keringnya daratan rumah sakit dan merasakan dinginnya air hujan yang jatuh setetes demi setetes membasahi tubuhnya.Ia terus melangkahkan kakinya,di setiap langkah ia selalu teringat atas segala sesuatu yang pernah ia lakukan namun tiba tiba semua itu seketika sirna ketika Preman Kedua datang menghampiri dirinya.

"Andi,ada apa? Kenapa kamu hujan hujan?.Bagaimana kalau kamu sakit nanti itu akan membuat rencana balas dendam kita gagal?" ucap Preman Kedua.

"Dendam! Dendam! Dendam! Aku muak mendengar kata dendam.Dengar kan aku baik baik,Aku tidak ingin balas dendam lagi mengerti!."

Andi pun terlihat sangat marah saat preman kedua mengatakan dendam di depan Andi.Hal itu berbanding terbalik dengan preman kedua,preman kedua hanya terlihat kebingungan dan heran dengan apa yang ia dengar dari mulut Andi.

"Ada apa And? Kenapa dengan kamu?. Dulu kamu yang ingin balas dendam ini terjadi tapi apa? Apa sekarang, sekarang Andi yang aku kenal dulu menjadi Andi yang lemah dan tidak bisa apa apa," jawab preman kedua dengan nada bicara meninggi di bawah rerintikan hujan.Mendengar nada bicara preman kedua semakin meninggi Andi pun berbalik membentak preman kedua "Bukan itu permasalahannya,bukan perubahan sikap yang lemah atau lmbek atau apa pun itu,bukan!.Permasalahannya adalah aku menembak Bu Laras!!!."

Mendengar ucapan itu preman kedua pun langsung terkejut dan ia memegangi kedua lengan Andi dengan merasa tidak percaya.

"Kamu serius! Jawab aku Andi!"ucap Toni dengan serius dan kesal namun Andi tidak berani menjawab dengan berbicara ia pun hanya menjawab dengan sebuah anggukan.

Melihat jawaban itu preman kedua pun langsung terlihat pasrah ia kemudian melepaskn tangannya dari lengan Andi dan ia terlihat sangat sedih mendengar  ucapan Andi.Ia kemudian berusaha tegar dan ia pun langsung melayangkan sebuah pukulan ke pipi Andi lalu ia kembali memegang lengan Andi dengan mata menatap Andi penuh kemarahan.

"Sekarang Dimana dia?" ucap preman kedua namun Andi masih tak menjawab preman kedua ia kemudian melanjutkan membentak Andi. "Jawab aku Andi!!!"

Andi terlihat masih kesakitan namun ia tidak bisa membalasnya karena ia merasa bahwa apa yang di lakukan preman kedua itu benar.Ia kemudian menjawab dengan wajah hanya menunduk di depan preman kedua.

"Dia berada di rumah sakit itu," ucap Andi lalu ia melanjutkan menunjukkan sebuah rumah sakit yang tak jauh dari mereka.

       Di lobi rumah sakit terlihat Inspektur Adi terlihat kebingungan kesana kemari dengan menunjukkan sebuah poto di ponsel kepada orang yang ia temui saat di jalan namun mereka tidak bertemu dengan orang yang di tunjukkan oleh Inspektur Adi.

"Kamu kemana Dek?" ucap Inspektur Adi dengan memperlihat foto Juli di ponselnya.

Tiba tiba saat ia menunjuk kan foto itu kepada salah satu pengunjung dan pengunjung itu pun mengatakan kalau dirinya bertemu orang di foto itu pergi dari rumah sakit dan menerjang derasnya hujan.

Setelah mendengar ucapan orang itu Inspektur Adi pun berlari mengejar Andi dan di saat bersamaan preman kedua yang selama ini menjadi buronan pencarian polisi,ia nekat pergi kerumah sakit untuk menjenguk Bu Laras namun saat itu Inspektur Adi dan preman kedua saling berpapasan dimana Inspektur Adi keluar dari rumah sakit untuk mengejar Andi sedangkan preman kedua masuk kedalam rumah sakit.

Tak berselang lama Inspektur Adi pun melihat Andi yang tengan basah kuyup di bawah derasnya hujan, Inspektur Adi menghampiri Andi yang tengah bersedih dibawah derasnya hujan.

"Anda mau pergi kemana Juli?"tanya Inspektur Adi sambil menghentikan langkah Andi dengan memegangi salah satu lengannya.

"Saya mau Pergi inspektur,saya tidak bisa tinggal di sini!"jawab Andi dengan sedih.

Siapa Pelakunya?(completed)Dove le storie prendono vita. Scoprilo ora