Insiden belakang sekolah

49 11 1
                                    

  Song For to Day: Lost Control, By: Alan Walker

   "mau jadi apa kalian kalau sudah besar nanti, orang pada belajar dikelas, ini kalian malah berkeliaran gak jelas." Oceh bu Retno selaku guru konseling yang sedang bertugas hari ini.

  Geby dan Misya saling menyikut satu sama lain, mereka menunduk takut tidak berani melawan pada guru killer itu, tapi tidak dengan Alle yang memasang wajah bodo amat sembari memainkan kuku jarinya, itu adalah kebiasaan Alle jika sedang dimarahi gadis itu selalu memainkan kuku-kuku jarinya.

  Bu Retno yang geram melihat tingkah muridnya ini yang kelewat bandel menghembuskan nafas frustrasi.

  "kalau orang ngomong lihat matanya!" tekan bu Retno setengah menyindir Alle agar melihatnya.

  Alle yang merasa tersindir mengangkat kepala, ia menatap bu Retno dengan tampang malas.

  "apa lagi sih bu, kan saya udah bilang tadi kalau saya mau kekamar mandi sebentar aja kok, eh gak sengaja ketemu ama mereka." tukas Alle menunjuk kedua temannya dengan ujung dagu.

  "bener tuh buk, kita habis beli pulpen di ruang kopsis eh nggak sengaja ketemu Alle dijalan." ujar Geby dengan Misya yang mengiyakan ucapan gadis itu.

  "lalu mana pulpen yang kalian beli itu?" tanya bu Reto sarkas.

  Sukses membuat kedua gadis itu gelagapan, "ehmm kopsis nya tutup bu iyaah,  hehe." terbata kedua gadis itu cengengesan.

  Alle melirik kedua temannya itu bergantian, ia terkekeh geli.

  "banyak alesan, kalian berdua masuk kelas." titah bu Retno, "dan kamu ikut saya keruangan." lanjut bu Retno menunjuk Alle.

  Geby dan Misya lari terbirit menuju kelas sebelum bu Retno berubah pikiran, sedangkan Alle menatap tak terima pada bu Retno.

  "kok mereka boleh pergi, trus saya gimana dong bu?" tukas Alle tidak setuju.

  "ngga usah banyak tanya." ujar bu Retno berjalan mendahului Alle.

  Alle menggeram tidak suka, ia ikut berjalan dengan menghentak-hentakan kakinya kelantai. Nasip sial, kenapa ia harus ketahuan bolos tadi.

 
                              ©  ©  ©

  Disinilah Alle sekarang, berdiri dengan tampang mupeng menatap tembok putih yang ada dibelakang sekolah tepatnya disamping gudang tempat penyimpanan barang ntah lah ia juga tidak tahu.

  Gadis itu memasang wajah ogah pada benda yang tengah ia pegang, satu kaleng cat beserta kuas, yang benar saja Alle disuruh mencat seluruh tembok belakang sekolah yang ukurannya melebihi tembok kamar gadis itu.

  "emang dasarnya tuh guru dendam ama gue, masa disuruh ngecat tembok, kurang kerjaan." Alle bermonolog.

  "ngapain kamu kayak patung disana?!" bentak seseorang dari arah samping Alle.

  "kaget gue." ucap gadis itu.

  Ternyata bu Retno yang entah sejak kapan berada di sana, wanita paruh baya namun masih terlihat menawan itu berdiri sembari bertolak pinggang.

  "lakukan ini sampai semua nya benar-benar di cat habis, paham!" titah bu Retno.

  "baik buk." ujar Alle malas. "bentar lagi muka lo tu yang gue cat." lanjut Alle di dalam hati.

  Setelah itu bu Retno berjalan meninggalkan tempat itu, menyisakan Alle dengan hembusan nafas berat, tidak bisa apa-apa lagi Alle mulai melakukan tugas nya dengan ogahan.

Monokrom Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang