12. Jhoson

1K 77 2
                                    

Tap

Tap

Tap

Suara derap langkah kaki menggema di dalam lorong sepi rumah sakit. Malam yang seharusnya digunakan untuk istirahat dengan tenang. Siluet pria paruh baya berjalan pelan menuju ruangan rawat tepat di ujung lorong.

Cklek

Krieeeet
Pintu berderik terbuka

Blam!
Lalu ditutup cukup keras untuk malam yang sunyi.

Orang yang kini memejamkan mata di atas brankar ruangan itu membuka matanya perlahan. Melihat seorang pria berdiri tak jauh dari pintu cukup membuat orang itu penasaran. Pria itu memunggunginya.

"Siapa?"

Pria itu menghembuskan napas, lalu berbalik dan berjalan menuju orang itu dengan senyum penuh kepalsuan. "Halo, teman lama. Bagaimana kabarmu?" sapa pria itu.

Orang itu membelalakkan matanya, "John ..." lirihnya, tapi sedetik kemudian, "Jhoson?! Kau Jhoson! Apa yang kau lakukan di sini bajingan?!" Orang itu mengeratkan giginya terkejut.

Jadi pria itu, John / Jhonson?

"Rajuandra ... bagaimana kau tau ini aku? Hmm ... ah! Aku lupa jika kau sahabat karib adikku itu." Jhoson meletakkan telunjuknya ke dagu, seolah berpikir.

"Apa yang kau lakukan di sini brengsek! Di mana John?" tuntut Juan.

"Hey, hey, tenanglah sedikit 'pak tua sialan', bukankah itu panggilan kesayangan dari putramu?"

"Cih, bagaimana kau tau! Kita bahkan seumuran, kalau kau lupa." cibir Rajuandra atau bisa disebut Juan.

"Diam!" titah Jhoson dilanjut dengan, "ah, apa kau tadi menanyakan adikku? Dia sudah tiada puluhan tahun yang lalu."

Bagai disengat listrik bertegangan tinggi, Juan membolakan matanya terkejut. Jika John tiada, lalu siapa yang merawat putra-putrinya? Apakah bajingan ini? Pantas saja putranya begitu kurang ajar!

"Kau!"

"Benar sekali! Aku yang membunuh adikku, dan aku juga yang membuat anak-anakmu membecimu! Bukankah itu luar biasa, Juan?"

"Beraninya!" geram Juan mengepalkan tangannya.

"HAHAHAAA aku membencimu! Aku membenci adikku dan semua yang berhubungan dengan kalian! Akan ku hancurkan dan akan membuat kalian sengsara sedikit demi sedikit hidup kalian, hingga kalian bersujud meminta ampunanku!" rancau Jhoson bak orang gila.

"K-kau ... kau membunuh John? APA KAU WARAS?! Dia adikmu bajingan! Kau benar-benar brengsek!" bentak Juan.

"Hahaha ... dia merebut segalanya dariku, kasih sayang, harta, bahkan seseorang yang aku cintai! juga, dirimu ..." lirih jhoson di kalimat terakhir.

"Apa yang kau bicarakan! Sadarlah Jhoson! Kau tetap temanku dari dulu bahkan sampai saat ini! Ini ... di luar batas, Jhoson!"

"Tidak! Kalian munafik! Pembohong! Penghianat!" bentak Jhoson lalu bergegas pergi.

Berhenti diambang pintu, Jhoson berkata dengan nada rendah tanpa berbalik badan. "Nikmati hidupmu sebelum aku mengambilnya, Juan."

Blam!

Juan menatap nanar pintu yang kini sudah tertutup rapat. Hatinya sakit mendengar begitu banyak fakta mengejutkan dari sahabat lamanya itu. Pikirannya melayang ... (flashback)

"John, apa kau mau es krim sayang?" Seorang wanita memberikan satu cup es krim pada putranya.

"Mau mom!" Seorang anak kecil berusia sekitar 10 tahun itu berseru.

Si Kembar Zayn-Zyan [Tamat]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang