Begitu sampai di kamar, Kafka pun menutup dan mengunci pintu. Setelah itu dirinya menghampiri Fira lalu memeluknya dari belakang. "Gak usah didengerin ucapan Raihan tadi. Karena ada Mas yang akan nerima anak kamu. Anak kita, Sayang," ujar Kafka lembut.
"Aku bukan perempuan murahan, Mas. Apa yang dibilang Mas Raihan, itu gak benar. Aku sama sekali gak pernah ngelakuinnya sama laki-laki lain di saat masih jadi istri dia atau udah nggak," lirih Fira pelan.
"Mas tau, Sya. Mas tau kamu bukan perempuan seperti itu. Udah ya. Gak usah dipikirin. Nanti kamu stress. Mas gak mau kalo ada apa-apa sama anak kita."
Kafka mengelus perut Fira lembut. Gerakan ringan yang membuat Fira mengulas senyum. Jelas saja Kafka akan menerima anak kandungnya sendiri.
"Makasih ya, Mas, karena udah percaya sama aku."
"Sama-sama. Sayang."
Fira membalikkan badannya agar menghadap Kafka. Setelah itu, dirinya pun menghambur ke pelukan suaminya.
"Apa pun yang bikin kamu sedih dan sakit hati, gak usah didengerin. Jangan juga dimasukin ke hati. Mas gak mau kalo sampai kamu kepikiran. Oke?"
"Heem," angguk Fira masih dalam pelukan Kafka. Ia betah berada dalam pelukan laki-laki yang merupakan suami barunya itu.
"Ya sudah, kita rebahan di kasur yuk. Biar pelukannya di atas sana aja," ajak Kafka yang hanya diangguki Fira. Mereka pun menaiki kasur, lantas Fira benar-benar kembali memeluknya.
Kafka tersenyum karena sepertinya anak dalam kandungan Fira memang selalu ingin dekat dengannya. Beruntunglah dirinya yang tidak perlu bersusah payah untuk mendekati Fira.
***
Tanpa terasa pernikahan Fira dan Kafka sudah satu bulan berlalu. Rumah tangga keduanya pun tampak harmonis bahkan semakin mesra saja. Besok mereka akan mengadakan resepsi agar pernikahan mereka diketahui orang banyak.
"Mas..."
"Iya, Sayang?"
Kafka menoleh pada istri cantiknya itu seraya mengelus rambutnya. Dipandanginya wajah Fira yang semakin hari kian bertambah cantik saja menurutnya.
"Mas beneran sayang dan cinta sama aku?"
"Ya."
"Sejak kapan?"
"Mulai sejak kapan Mas ngerasain itu, Mas sendiri gak tau, Sya. Yang jelas Mas selalu pengen jadi satu-satunya lelaki yang bisa melindungi dan mencintai kamu," sahut Kafka tulus.
"Makasih ya, Mas," balas Fira seraya memeluk pinggang suaminya itu.
"Sama-sama, Sayang. Kamu sendiri gimana?"
"Aku rasa, aku juga mulai cinta sama Mas. Mas itu baik, perhatian. Dan memang sudah seharusnya banyak yang suka dan cinta."
"Mas gak perlu disukai dan dicintai banyak orang, Sya. Dicintai sama kamu aja udah cukup kok."
"Gombal!" cibir Fira yang membuat Kafka tertawa. "Semua laki-laki juga ngomong gitu pas awal-awal. Tapi di akhir malah selingkuh. Awas aja kalo Mas kayak gitu ya?"
"Nggaklah, Sayang. Mas gak akan pernah selingkuh. Mas janji."
"Dibuktiin ya, Mas. Jangan janji aja."
"Iya, pasti."
Kafka tahu kalau Fira pernah gagal berumah tangga dengan adiknya. Maka dari itu dirinya bertekad untuk selalu membahagiakan Fira.
"Ya sudah, kita istirahat yuk," ajak Kafka yang diangguki Fira. Mereka pun mulai memejamkan mata agar bisa segera terlelap.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Marriage with My Ex Brother in Law (21+)
ChickLitFollow dulu sebelum membaca. Dan bacalah selagi on going, karena kalau sudah tamat akan dihapus bebeberapa bagian. *** Cantik, pintar, kaya, nyatanya tak mampu membuat hidup seorang Syafira Indriani sempurna. Pada usia yang ke dua puluh enam tahun t...