Sebelum aku lebih bingung lagi, aku meringis kesakitan. Untuk ke dua kalinya. Darah segar kini mengalir dari mulutku, tepisan tadi salah satu jari monster tersebut mengenai perutku. Menyebabkan muntah darah.
Splash!
Aku memutuskan berteleportasi. Tepat didepan dada dari sang monsterBUM! BUM! BUM!
Aku mengirim tiga pukulan berdentum besar tanpa henti.
Mengenai dadanya. Bersamaan dengan pukulan terakhir, aku terjun dan mendarat ditanah, pendaratan yang mulus. Padahal tinggi sekali tadi.
Sekarang, rasakan sakitnya. Rasakan sakit yang kurasakan, monster!
Monster itu memang mengeluarkan darah dari mulutnya, namun tidak banyak.
Monster itu masih bisa berdiri tegak, sehat bugar. Padahal baru saja muntah darah karena pukulanku.Lady Gynai memutuskan turun tangan. Kelincinya melompat tinggi, sejajar dengan wajah dari sang monster.
BUUMMMM!
Pukulan berdentum yang sangat besar dari Lady Gynai. Mendarat tepat diwajah monster itu.Akibatnya adalah, monster tersebut kehilangan keseimbangannya, dan jatuh diantara gunung-gunung yang menutupi desa Razlatsa.
Satu detik..
Dua detik..
Tiga detik... Hingga sepuluh detik.
Monster tadi tidak lagi bangun, ataupun berteriak marah.
Aku mengerutkan dahi. Apa? Semudah itu? Kelemahannya ada di wajahnya? Aneh..
Sebenarnya Sekarang aku bisa saja langsung pergi ke rumah pengobatan desa ini, tapi melihat Lady Gynai yang siaga bersama kelincinya, aku ikut siaga. Bersiap kalau kemungkinan terburuknya adalah si monster masih hidup.Aku sudah hampir ingin meninggalkan tempat pertarungan ini, untuk mengobati lukaku. Namun ternyata, monster itu hanyalah induk dari anak anaknya yang berada di bawah dari banyaknya gunung. Dari bawah gunung keluarlah banyak sekali anak-anak dari monster tadi. Warnanya sama semua, namun ada dua anak monster perempuan, masing-masing anak monster perempuan ini matanya tiga, dan dua laki-laki, masing-masing matanya empat.
Baik. jangan mengira semua telah selesai begitu saja.
Anak-anak dari monster Tadi setinggi pinggangnya. Dan aku hanya sebesar dan setinggi mata kaki sang monster. Sedangkan kelinci Lady Gynai sebesar betisnya, mencapai lututnya. Ini akan menyulitkan, total anaknya empat, sedangkan timku hanya dua orang, satu kelinci besar. Padahal rasanya baru saja kemarin aku bersantai, melewati hutan ilusi berbahaya itu, sekarang bertemu monster raksasa beserta anaknya?!
Tidak habis pikir. Dunia memang ternyata penuh bahaya, ya.
Aku mengerutkan dahi. Lantas memasang ekspresi kesal. Ayolah, aku hanya ingin istirahat. Harusnya di desa ini aku bisa bersantai sedikit setelah menghadapi hutan ilusi itu. Kenapa malah melawan monster raksasa dan anaknya?! Baiklah, semoga anak-anaknya tidak sesulit ibunya, tapi kalau dipikir keduanya sama saja, kali ini bahkan mungkin bisa saja setara kalau digabungkan keempatnya.Aku memutuskan langsung berteleportasi setelah seluruh anaknya telah muncul dari gunung-gunung yang menutupi desa ini.
Splash! BUUMM!!
Aku membuka pertarungan kali ini, jika tidak dihabisi segera sama saja memperbolehkan mereka memakan semua anak-anak atau bahkan orang dewasa yang ada di desa Razlatsa ini.
Melihatku yang membuka pertarungan kali ini, Lady Gynai bersama kelinci nya ikut menyerang sisa dari anak monster tadi.
Dari jarak yang lumayan jauh, kulihat ekspresi datar dan tatapan dinginnya. Namun tetap saja wajahnya menyimpan keindahan, kecantikan da keimutan.
Lady Gynai benar-benar mirip kelinci.Oke, bukan saatnya aku untuk mengagumi kecantikannya.
Akupun kembali menyerang.BUMM! Splash! BUUM!
Serangan yang cepat, pukulan, berpindah tempat, dan pukulan lagi. Aku mengulangi teknik tersebut berkali-kali. Itu menguras tenagaku, aku mulai kelelahan. Maka itu aku mulai membuat rencana, akan kuulangi semua teknik yang kugunakan, tapi pada satu titik nanti akan kuputar balikkan semuanya.
Aku harap rencana yang telah tersusun begitu saja di otakku bisa berjalan mulus. Aku mengulangi teknik penyeranganku itu.
Hingga, aku sengaja setelah mengirim pukulan, hanya diam menunggu salah satu atau keduanya menyerang. Benar saja, sesuai perhitunganku. Keduanya tentu akan menyerang bersamaan. Namun aku tetap diam walau takut rencana ini gagal dan malah menyebabkan aku dimakan keduanya.
Aku mulai memasang wajah dingin bercampur sombong. Bukan maksudku, tapi secara tiba-Tiba terbesit ide menambahkan ekspresi seperti itu.Mereka mengira aku akan berteleportasi? Salah. Aku berpura pura panik setelah itu. Berpura pura konsentrasi untuk teleportasi, namun hasil konsentrasiku nihil.
Mereka kini sangat dekat, sisa 2 meter dariku. Aku semakin berpura-pura panik. Sepertinya Lady Gynai tau rencanaku, maka Lady Gynai hanya diam berfokus melawan sisa anak monster itu.
Akhirnya setelah benar benar dekat-1 meter denganku, aku langsung berpura-pura pasrah, bersiap dengan serangan pukulan berdentum. Aku memejamkan mata, menggigit bibirku. Namun dalam hati aku berseru senang, rencanaku hampir selangkah lagi berhasil.Kurasa mereka benar-benar dekat, aku tidak mengirim pukulan berdentum. Hanya poseku saja yang mendukung. Memasang kuda-kuda yang kokoh, dan tangan terkepal siap mengirim pukulan.
Baru setengah jalan tanganku menuju dua monster perempuan tadi untuk mengirim pukulan berdentum, tapi aku malah berteleportasi ke belakang mereka.Splash! BUUUMM!!
Pukulan yang keren! Bagiku, karna tentu pukulan keras ini jarang sekali kudapatkan, hanya keadaan tertentu. Ya, itulah serangan tipuan. Hasilnya adalah mereka berdua terpelanting kebelakang, sejauh 10 langkah. Memang sedikit, tapi itu lumayan mengulur waktu untuk berfikir ke selanjutnya, mencari kelemahan mereka.
***
10 menit berlalu..
Serangan tipuan berhasil memukul mundur mereka, namun hanya terjadi selama 4 kali. Sisanya mereka selalu bisa menebak selanjutnya. Tidak berguna lagi.
Tiba-tiba disela sela menyerang mereka, aku teringat sebuah kalimat dari satu buku tua yang aku beli, harganya mahal, tebal tapi banyak sekali yang bekum kuketahui ada di buku itu.Kalimatnya berbunyi :
"Terkadang seseorang dari sebuah klan yang memiliki teknik dasar seperti pukulan, tameng, dan teleportasi. Juga bisa menciptakan petir. Tidak harus dari sebuah klan yang teknik dasarnya adalah teknik petir, kinetik, ataupun telekinetis. Itu terjadi apa bila kamu memiliki kode DNA campuran klan yang memang punya kode genetik klan lain dengan teknik dasar berbeda. Kode DNA aneh juga menguntungkan dan spesial tersebut sulit didapat, dan itu bisa didapat apa bila memang keduanya memiliki teknik dasar tersebut dengan baik."Tidak asal juga, karna keduanya juga harus punya genetik unik, barulah anak mereka memiliki teknik dasar dari kedua orang tuanya yang berbeda klan, juga berbeda teknik dasarnya."
Aku tau mama dan papa di klan yang sama, tapi apa masalahnya jika aku mencoba? Aku berkonsentrasi, sekaligus membayangkan, aku menciptakan petir yang biasanya ada saat hujan badai petir.
CTAR! Pzztt pzzzttt
Kilatan petir menyambar salah satu monster. Berhasil! Namun aku tidak merasa aneh disini, mungkin saja karena saat ini adalah saat yang harus cepat bertindak.
Monster tersebut menggeram marah sekaligus kesakitan.
Monster yang tadi terkena petir langsung tumbang hangus, tubuhnya menghitam karena terkena sengatan petir. Monster disebelahnya menatapku marah, lantas menggeram. Sedangkan sisanya yang melawan Lady Gynai, menatap kearahku, perhatiannya teralihkan. Ini cukup untuk membuka kesempatan pada Lady Gynai menyerang kedua monster itu.Aku pikir hanya akan berakhir disini, aku mengirim petir lagi ke sisa monster dan selesai. Namun ternyata aku Salah. Begitu monster perempuan disamping monster yang meninggal tadi melihat saudarinya hangus terbakar petir, monster itu marah. Hingga mengambil tanah-tanah dengan tangannya. Lantas melemparnya kearahku, aku sempat menghindarinya dengan teknik teleportasiku. Tapi lama kelamaan aku sadar itu membuatku tidak bisa menyerangnya. Aku berteleportasi kearah salah satu gunung yang ada. Lalu berkonsentrasi lagi, membuat petir. Aku mengacungkan tanganku kearah monster yang marah tadi.
CTAR!!
Petir yang sama seperti tadi. Dan juga kejadian yang sama, monster itu tumbang, dan seluruh tubuhnya gosong.
Setelah itu, aku menengok kearah Lady Gynai. Berharap Lady Gynai menang di waktu yang sama. Tapi yang kulihat adalah, Lady Gynai bersama kelincinya diserang kedua monster sisanya. Lady Gynai terkena serangan. Terlempar dari tempatnya, lantas pingsan. Aku berseru tertahan.
Sedangkan kelincinya juga ikut diserang, terhempas 10 meter dari kedua monster tersebut. Lalu pingsan. Aku mengumpat dalam hati. Marah karena kejadian tersebut, menyaksikan Lady Gynai dengan kelincinya terhempas ke tanah dan pingsan. Karena aku dalam keadaan lelah, dan kesakitan menahan luka, serta marah. Emosiku meninggi, dan tanpa sadar tubuhku naik ke udara perlahan-lahan. Mengambang, satu meter, dua meter. Lantas lima meter mengambang dari tanah. Aku berteleportasi ke hadapan dua monster tersebut.CTAARRR! CTAAARR! BLAARRR!! Zzraassss
Petir terang terdengar kencang sekali suaranya. Petir pertama muncul tanpa aba-aba, petir kedua barulah seranganku. Walau tidak mengenai kedua monster tersebut, melainkan tepat didepan wajah mereka. Itu sebagai peringatan, sedetik kemudian, aku membuat api besar mengelilingi arena pertempuranku dan kedua monster itu. Dibarengi dengan turunnya hujan yang amat deras.CTARR! CTAARRR!! BLAAARRRR
Aku mengirim dua petir bersamaan, langsung membunuh monster yang tersisa, tubuh dari monster yang telah kalah kubakar dengan api besar.
Api yang melingkari arena pertarungan kini menghilang perlahan.Bruk!
Akupun perlahan tergeletak di tanah setelah semua api menghilang. Begitu terjatuh ke tanah, hujan yang deras mulai reda, hingga aku hampir kehilangan kesadaran. Semakin aku kehilangan kesadaran, semakin reda juga hujannya. Hingga tidak ada hujan dan awan mendung lagi.S
amar-samar kudengar seruan senang dari warga desa ini, sekaligus seruan ketakutan. Senang karena monster berhasil kalah, ketakutan karena melihat api yang begitu besar, juga petir.
Bersambung...
I hope u happy but i still happier:D.
Maaf g bisa bikin tulisan mirip sound effect yg bener:(
-R.A.A🌹🌙✨