Chapter Eighteen

2.3K 306 122
                                    

Halooooo..... kangen Winter Spring kah? Ehe

Please leave vote and comment if you can. I wish you a good night. Selamat membaca~



“You don’t love someone because they’re perfect, you love them in spite of the fact that they’re not.”
—Jodi Picoult—

Keduanya keluar sedikit terburu-buru. Jaehyun jelas tidak dapat memakai baju sebelumnya—semuanya basah; pun Rose yang memilih mengenakan kaos baggy dan celana training abu-abu. Satu setel baju yang Jaehyun tinggalkan di apartemen Rose ternyata berguna juga. Dia tidak pernah mengira kalau insiden kamar mandi dan penyusup bakal terjadi pada waktu bersamaan.

Langkah mereka pelan dan senyap. Jaehyun berjalan sedikit di depan, sebelum meminta Rose untuk berdiri di dekat pintu kamar karena situasinya sangat mungkin menjadi semakin buruk. Kalau penyusup itu menyerang, kau boleh memukul kakinya dengan payung. Jangan kepala atau punggung karena itu terlalu berbahaya, merupakan dua hal yang Jaehyun katakan pada Rose sebelum mereka keluar. Ia terus memutar instruksi itu dalam otaknya—menggenggam payung hitam yang Jaehyun beli di minimarket.

“Menurutku itu cuma angin,” bisik Rose sesaat setelah melihat salah satu guci pemberian neneknya tercerai-berai di atas lantai kamarnya.

“Aku suka kepositifanmu sayang, tapi tidak ada angin di apartemenmu dan angin tak akan membuat guci setinggi lima puluh sentimeter pecah. Kecuali angin puting beliung, tentu saja.” Jaehyun meruntuhkan pendapat Rose. Matanya yang tajam masih melirik ke setiap sudut, lalu berhenti pada kitchen bar yang memantulkan sedikit kilau kehitaman. Ada sesuatu di balik sana, insting Jaehyun mengatakan demikian. Lalu dengan satu kode, ia meminta Rose untuk tetap diam, sementara dirinya berjalan dengan senyap ke arah kitchen bar.

Ketika jaraknya semakin dekat, telinganya bisa menangkap sedikit bunyi gemeresik bahkan deru napas yang samar. Tangannya terulur di atas sakelar, menariknya ke atas, lalu menahan napas saat sepasang matanya menangkap sosok pria sedang meringkuk sambil memegangi kepalanya. Sedetik kemudian, dapur itu dipenuhi teriakan yang membuat Rose segera berlari untuk memukul si penyusup.

“Penyusup sialan! Apa yang kau lakukan pada Jaehyunku?” pekik Rose. Kelopak matanya tertutup, tangannya menggenggam kerah si penyusup, perempuan itu menghajarnya dengan tangan kosong. Ia mengintip dengan ekor matanya, mendapati Jaehyun yang masih berdiri di tempatnya dengan ekspresi terkejut. “Kupikir kau...”

“Terluka? Aku baik-baik saja. Aku bahkan belum melakukan apapun,” timpal Jaehyun sambil mengedikkan bahu. Masih memegangi payung di tangan kirinya, pria itu menghampiri kekasihnya lalu mengulurkan tangan, membawa Rose untuk berdiri. “Kurasa kita menemukan penyusupnya. Dia... kelihatan terlalu muda dan baik untuk jadi penyusup. Ah, sekarang keraguanku terhadap manusia jadi semakin parah. Bahkan dia tidak kelihatan seperti orang jahat.”

“Aku...,” Si Penyusup berusaha berbicara, “... memang bukan orang jahat.”

Sepasang mata Rose sontak membulat ketika Si Penyusup mendongak, memperlihatkan mukanya yang sedikit memar karena pukulan darinya. “Kau... Kim Jungwoo?!”

“Kumohon jangan katakan apapun pada kakak dan ayahku, Kak Rose.”

”

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Winter Spring ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang