24 "Sebenarnya lo itu siapa?"

208 30 13
                                    

Sejak kejadian saat pulang sekolah, Sam benar-benar mengurung diri di kamar. Dia bukan marah soal Dhidit, siapa pun berhak menyatakan cintanya. Tetapi dia hanya agak kecewa terhadap kenyataan bahwa orang yang paling dia percayai ternyata tidak dapat percaya dengannya. Padahal Jihan bisa cerita pada Sam, cowok itu tidak akan marah kalau gadis itu jujur dan percaya padanya. Tetapi ternyata, rasanya ketika kepercayaan mu itu tidak ada artinya itu sangatlah menyakitkan.

Apakah ini yang menyebabkan Lanang tidak pernah menyetujui Sam punya kekasih? Karena Sam terlalu kekanakan bahkan dalam urusan seperti ini, cowok itu lebih memilih menjauh dan lari dari masalahnya. Bersembunyi di dalam kamar dengan lagu-lagu menyentak ditemani salah satu kucing Lanang yang sengaja dia culik dari ruang keluarga. Karena cowok itu juga sedang di kampus, Lanang tidak akan mengetahui satu kucingnya menghilang.

Lagipula ini bukan adegan penculikan! Kucing Lanang kan bagian dari keluarganya, sehingga kucing Lanang juga disebut sebagai kucingnya, kan?

Ponselnya sejak tadi bergetar terus, tetapi Sam terlalu malas untuk melihat siapa yang menelepon. Dia juga melupakan tugasnya untuk mengeprint file buat latihan besok. Otaknya terlalu mendidih, tentang Jihan dan ditambah ingatan soal foto asing yang dia temukan di laci meja belajar Lanang. Sebenarnya ada apa sih? Kenapa di hari yang sudah mendekati hari peringatan kematian Ayah, banyak sekali masalah muncul di dekatnya?

Sam punya salah apa? Cowok itu bahkan sudah tidak pernah berbohong lagi pada Lanang karena Abangnya itu juga tidak pernah melarang-larangnya lagi—selain soal pacaran. Jadi kenapa?

"Sam? Ini ada teman-teman mu dateng ke rumah, loh. Kamu kenapa juga pulang-pulang mukanya murung, Nak? Ada masalah?"

Panggilan Ibu serta pertanyaan khawatirnya membuat Sam ingin menyahut dan bercerita banyak hal. Tetapi kalau ia bercerita soal foto asing yang dia temui di kamar Lanang, akanhkah dia mendapatkan jawaban yang dia mau atau malah mendapatkan hal yang semakin membuat hari ini semakin terasa buruk?

Cowok itu menggeleng, mematikan lagu dari ponselnya, lantas menarik selimut. Tidak menjawab pertanyaan Ibu demi menghindari kebohongan baru. Sam sangat ingat pesan Ibu yang selalu mengatakan kalau cowok itu tidak boleh berbohong. Jadi daripada dia berbicara dengan unsur kebohongan, lebih baik dia diam meskipun orang-orang jadi tidak tahu jawaban dari pertanyaan yang diajukan. Itu lebih baik daripada melanggar perintah Ibu.

"Sam? Tidur, ya?"

Sam sempat mendengar pintu kamarnya dibuka, pasti Ibu melihat lelaki itu yang sudah terlelap dengan seragam putih abu-abunya yang masih melekat di tubuhnya serta kaus kaki yang masih terpasang. Wanita itu tersenyum tipis sebelum menutup pintu kamar anak bungsunya. Mungkin memang anaknya itu hanya kelelahan sehabis ujian sekolah selama 1 minggu penuh.

***

Hari itu Lanang pulang cepat dan membawa sekotak donat sebagai hadiah untuk Sam karena telah menyelesaikan ujian sekolahnya. Cowok itu sebenarnya tahu kalau Adiknya mungkin sekarang sedang sibuk makan bersama teman-temannya dan pergi karoke. Tetapi donat-donat ini pasti akan membuat cowok itu semakin merasa bahagia akibat hari terakhir ujian yang bisa dibilang sebagai hari paling membahagiakan daripada hari pembagian rapor. Namun ketika melihat rumahnya ramai oleh kendaraan-kendaraan teman-teman Sam, Lanang buru-buru masuk ke dalam rumah dengan merasa khawatir.

Apa adiknya kecelakaan? Eh, jangan sampe!

"Loh, mainnya di rumah ternyata?" balas Lanang santai sembari meletkkan kotak berisi 6 donat dengan topping kesukaan Sam semua. "Sam mana, Bu? Kok cuma teman-temannya doang?" tanya cowok itu heran karena dia cuma menemukan ketujuh anak remaja dengan wajah murung dan kusut.

Aneh sekali. Apa anak remaja jaman sekarang seaneh ini? Sehabis ujian bukannya bahagia malah sedih. Sebegitu menyedihkannya, kah, hari ujian terakhir? Benar-benar aneh.

BrothersTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang