26. DEBAR TAK BIASA

105 22 8
                                    

Ternyata, wanita yang cerdas lebih menarik dari pada wanita yang cantik.

-Rangga.

❤️✨

Acara satu persatu telah dilaksanakan. Penampilan dari tiap kelas, serta esktra kulikuler berjalan lancar. Karena kemarin baru saja diadakan olimpiade, jadi kepala sekolah memutuskan untuk mengumumkan siswa-siswi berprestasi.

Untuk itu, semua siswa dengan terpaksa harus mendengarkan sambutan-sambutan dari bapak kepala sekolah tercinta.

Dan setelah sekian lama beliau baru berkata, "Tanpa berlama-lama lagi. Mari kita apresiasi bersama teman-teman kita, ananda tercinta sekolah ini. Yang menjadi perwakilan sekolah, yang mampu mengharumkan nama sekolah kita,"

Semua siswa kali ini mendengarkan dengan serius. Pasalnya, mereka tahu jika Rangga masuk perwakilan sekolah dari anak IPA di olimpiade sains.

"Kita awali dari tim olimpiade sains. Dengan leader, Zaki. Lalu ada Rangga, dan juga Cinta. Kepada ananda-ananda ku, silahkan naik ke atas panggung,"

Rangga, Cinta dan tentu saja Zaki sebagai leader maju untuk menerima hadiah. Dari bawah sana, Rachel tersenyum bangga. Setidaknya, ia membantu Rangga dengan mengirimkan buku-buku itu. Yang ia tahu, buku itu dipakai Rangga untuk materi pembelajarannya.

"Sebelum pembagian tanda apresiasi dari sekolah. Kita masih ada satu tim lagi dari anak IPS. Dan ada hal yang mengejutkan saat olimpiade sosiologi itu berlangsung. Dari pada kalian bertanya-tanya, mari kita saksikan saja di layar,"

Pihak OSIS menyalakan proyektor, di sana terlihat Rachel dan Agni. Ini sudah pasti Arini yang mengambil video tersebut sebagai bukti dokumentasi untuk sekolah.

Tak lama, video menampilkan Agni yang sudah pucat. Namun, pertanyaan masih dilayangkan untuk semua peserta. Para siswa-siswi berbisik, mereka mempertanyakan mengapa tinggal dua orang. Seharusnya, ada tiga.

Dalam video, Rachel nampak berkali-kali menjawab. Semua orang berdecak kagum, sungguh ia menjawab tanpa keraguan. Hingga, soal rebutan terakhir membuat Agni takut jika sekolah lain akan menyusul nilai mereka.

"Baiklah, ini soal rebutan terakhir. Jika Tunas Bangsa yang menjawab, maka kemenangan ada di tangan Tunas Bangsa. Namun, jika salah satu dari MA Insan Cendikia atau SMK Negeri Satu. Maka, olimpiade berlanjut. Mengerti?"

Rachel seolah tak terpengaruh dengan itu semua. Menurutnya, ia harus tetap tenang meski keadaan sesulit apapun.

"Soal terakhir, Yamin berusaha untuk menyelesaikan perselisihan antara Angga dan Zaki. Mau tidak mau, mereka bersepakat menerima atau terpaksa menerima keputusan Yamin. Dalam hal ini, telah terjadi bentuk pengendalian berupa?"

Agni panik, ia memencet bel dengan cepat. Ia terlalu ambisi untuk menang, namun tak memperhatikan kemampuan. Arini dan tim dua cadangan terlihat panik, apakah bisa Rachel dan Agni menjawab soal tersebut.

"Tunas Bangsa silahkan jawab," juri mempersilahkan.

Rachel memandang Agni sinis, bisa-bisanya gadis itu tergesa memencet bel. Terlebih, ia tak menjawabnya malah memasang wajah pucat nya meminta Rachel iba pada dirinya.

Ini, bukan pertama kalinya Agni tergesa-gesa seperti ini. Sepanjang olimpiade berlangsung, gadis itu tak mampu menjawab. Seolah, tugasnya hanya menekan bel saja. Setelah itu, jawaban Rachel yang menanggungnya.

Namun, bukan Rachel jika tak bisa menjawab soalan itu. Ia pernah mempelajari materi ini, meski ada soal yang mengecoh tapi ia memantapkan hati untuk menjawab. Ia yakin, ini jawaban yang tepat.

"Berupa pengendalian arbitrasi. Yang dilakukan oleh orang ketiga yang dipilih oleh kedua belah pihak yang bertikai, dengan kedudukan lebih tinggi dari pihak-pihak yang berselisih," jawab Rachel mantap.

Juri saling berbisik dan mengangguk. Semuanya berharap-harap cemas. Agni ketakutan sendiri, jika jawaban Rachel tak dapat membantunya. Sudah pasti, ia akan menjadi bulan-bulanan kala gosip ini menyebar.

"Benar," ujar juri itu seraya tersenyum, "Selamat, untuk SMA Tunas Bangsa!"

Semua orang bersorak dengan riuh tepuk tangan. Agni langsung menghambur peluk pada Rachel. Dalam hati, Rachel ingin sekali menyombongkan diri. Pasalnya, Agni yang terlalu ambisi dan selalu tak mempercayainya.

"Makasih ya, Chel,"

Rachel mengangguk, "Ya, tapi lain kali harus bisa tenang dan harus teliti," Rachel memperingati.

Video itu berakhir, semua orang bertepuk tangan. Mereka tahu Rachel cerdas, tapi mereka tak tahu Rachel bisa sampai seperti itu. Sungguh, sangat mengagumkan bukan?

Rangga yang melihat video itu pun terdiam. Ia teringat perkataannya, bahwa Rachel itu wanita bodoh yang tak tahu diri. Sungguh, ia kagum pada Rachel. Gadis itu tak pernah menampakkan kecerdasan. Seolah, dia gadis pintar biasa.

"Cerdas banget ya Rachel," bisik Cinta.

Rangga mengangguk, "Iya,"

"Kepada ananda Rachel sebagai leader, Agni dan juga Caca diharapkan naik ke panggung untuk menerima apresiasi dari sekolah,"

Farrel mengangguk seraya mendorong pelan Rachel agar cepat naik untuk menerima apresiasi dari sekolah.

"Lo hebat, gue bangga punya sahabat cerdas kayak lo!" Ujar Farrel.

Rachel tersenyum, "Makasih, makasih buat dukungan lo,"

"Sama-sama,"

Rangga memperhatikan Rachel, hingga gadis itu naik ke atas panggung dan tersenyum canggung. Jujur saja, ia agak risih saat video itu ditayangkan. Terlebih, lapangan terbuka seperti ini. Namun apa boleh buat, pihak sekolah telah menayangkan tanpa meminta izin padanya.

"Inilah para juara sekolah kita. Apakah ada sepatah dua patah kata yang ingin disampaikan?" Tanya kepala sekolah seraya menyerahkan pengeras suara itu pada Rachel.

Rachel tersenyum dan menerimanya.

"Sebelumnya saya ucapkan selamat juga kepada teman-teman yang mengikuti olimpiade kemarin. Baik perwakilan IPA maupun IPS. Kalian hebat, sudah pasti karena bisa sampai sejauh ini. Terimakasih untuk dua rekan tim saya, Agni dan Caca. Karena tanpa mereka, saya mungkin tak bisa berjuang sampai sejauh itu. Tak lupa, kepada guru-guru yang dengan sabar membina kami. Khususnya, ibu Arini yang menemani bahkan meyakinkan kami bahwa kami mampu. Walaupun orang tua kami tidak ada disini. Tapi, saya pribadi mengucapkan terimakasih atas dukungan beliau, atas doa-doa yang tak pernah putus untuk mendoakan," Rachel menjeda ucapannya.

"Saya gak punya kata motivasi apapun. Yang pasti, keberhasilan ini melibatkan banyak orang didalamnya. Untuk dukungan dari sahabat-sahabat saya, dan dukungan dari orang-orang yang mencintai saya. Selebihnya, semangat dari orang yang saya cintai. Sekian terimakasih,"

Rangga merasakan debaran tak biasa kala Rachel mengatakan semangat dari orang yang ia cintai. Apakah itu dirinya? Jujur saja, wanita yang cerdas lebih menarik perhatiannya di banding wanita yang cantik.

"Beruntung Farrel bisa dekat dengan Rachel," ujar Cinta kala melihat Farrel memotret Rachel sedari tadi.

"Iya," sahut Rangga.

29 Juni 2021

Aas

Maaf ya kalau misalnya ada yang gak kalian paham.

Atau buat kalian yang sering olimpiade mau kasih saran, aku terima banget. Soalnya aku nonton olimpiade secara langsung gak pernah sampai beres 😂

DIARY RACHELTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang