XXVI

152 40 0
                                    

Suara ketukan pintu memecahkan keheningan diantara mereka. Altha bisa menghela napas lega setelah Eleanor menoleh ke arah sumber suara. Mereka melihat Fredella berdiri di depan pintu kamar dan mengatakan bahwa Dianne beserta temannya Madison kini sedang berada di kantor kepolisian untuk dilakukan tindak pemeriksaan atas ancaman mereka kepada Eleanor.

"Terima kasih karena telah membantuku, nyonya Fredella," ucap Eleanor tersenyum.

"Berterima kasihlah kepada Ronald karena dia yang sudah melakukan semua ini," balas Fredella tersenyum. "Baiklah, silakan lanjutkan perbincangan kalian—"

"Fredella," potong Altha yang segera berdiri dari tepi ranjang.

"Ya?" Fredella menaiki satu alisnya.

"Aku lupa kalau aku ingin membuat secangkir teh. Di mana kau meletakkan gulanya?" tanya Altha sembari menyengir kecil.

"Oh, mari kutunjukkan," balas Fredella.

"Maafkan aku, aku harus ke dapur sekarang juga," ucap Altha pada Eleanor.

"Oh, tidak apa," kata Eleanor yang segera bangkit untuk pergi meninggalkan ruang tidur Altha.

Setelah berhasil menjauhi Eleanor dengan berpura-pura membuat teh, Altha berjalan mengekori Fredella hingga sampai ke dapur rumah mereka. Fredella mengatakan bahwa gula tersebut berada di dalam sebuah guci dekat dengan rak cangkir. Altha mengangguk lalu membiarkan wanita itu kembali melanjutkan aktivitasnya.

Dia tertegun memikirkan bagaimana Ronald bisa begitu saja membiarkan salah satu biarawati gereja berada di dalam rumah mereka sementara Altha sendiri masih dalam proses pencarian para anggota kegerejaan.

"Aku tidak mengerti, apa yang berada di dalam otak anak itu," gumamnya.

Di dalam kantor kepolisian, Dianne dan Madison sedang diperiksa di ruang yang berbeda untuk menghindari adanya upaya gerak-gerik yang mencurigakan antara satu sama lain.

"Apa tujuanmu mengatakan hal itu?" tanya polisi pada Dianne.

"Melakukan apa? Aku sama sekali tidak berencana untuk membunuh siapapun," elaknya.

"Lalu mengapa surat itu bisa berada di dalam kamarmu?" tanya polisi itu.

Dianne menatap benda tersebut kemudian menatap lawan bicaranya. "Seseorang telah menjebakku."

"Apa kau berteman dekat dengan suster Sharoon?" tanya seorang polisi di ruangan yang berbeda.

"Tidak. Kami hanya sebatas kenal di dalam lingkungan biara. Dia adalah juniorku," jelas Madison.

"Lalu apa benar kau mendengar suster Dianne berkata bahwa dia akan membunuh suster Eleanor?"

Madison terdiam.

"Kami akan melindungimu jika kau bisa bertindak kooperatif untuk membantu pihak kepolisian," pria itu memberi tawaran.

Terdapat keraguan yang berada di wajah Madison ketika mendengar perkataan tersebut. Sepertinya, memang ada hal yang sedang direncanakan oleh Dianne namun Madison belum bisa mengatakannya. Pria yang memang ditugaskan untuk mewawancarai Madison memberikan waktu untuk biarawati itu agar bisa berpikir jernih namun sesuai dengan peraturan yang berlaku, kedua biarawati itu tetap mendapatkan penahanan sementara di kantor kepolisian dan ditempatkan di ruang yang berbeda.

🔱🔱🔱

"Ada berapa banyak biarawati yang tersisa?" tanya pendeta Mason.

"10, pendeta."

"Bagaimana dengan suster Altha? Apa dia sudah kembali?"

Charlotte menggeleng.

[Completed] TSS [5]: M A R Y's RevengeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang