Four

926 154 16
                                    

Haii aku kembali update di book ini :)
Maaf lama ya bagi readers di book ini.
Thank You.



















































Hari ini Ni-Ki benar-benar bersyukur pada Tuhan. Karena hari ini dia benar-benar dibebaskan dari siksaan dan kata-kata kasar Tantenya.

Kenapa?

Karena Om dan Tante Ni-Ki yang lain datang ke rumah Tante nya tempat nya tinggal.

Om dan Tante nya yang datang ini adalah Om dan Tante yang benar-benar baik. Seharusnya Ni-Ki lebih baik diasuh Om dan Tante nya yang baik ini. Tapi apa daya, Tante galak tidak mengizinkan dengan alibi lebih banyak anak di rumahnya akan lebih baik karena suasana bisa semakin ramai.

Sayangnya Tante baik tidak tau apa hal kejam yang dilakukan Tante galak pada Ni-Ki sehingga tidak ada alasan kuat untuk Tante baik mengambil Ni-Ki dari si Tante galak.

Om dan Tante baik membawa banyak makanan dan minuman. Tentunya Ni-Ki mengambil kesempatan menghabiskan banyak, sebelum Tante merampas semuanya dan tidak mengizinkan nya menyentuh satupun makanan atau minuman itu.

"Ni-Ki, gimana kabarnya? Baik-baik aja kan??"

Mata Ni-Ki bertemu dengan mata tajam tante galak yang terkesan mengancam sehingga Ni-Ki bungkam dan tidak mengatakan yang sebenarnya terjadi.

Ni-Ki menampilkan senyum tipisnya, "Aku baik-baik aja Tante. Aku sehat."

Iya untuk sekarang benar-benar sehat. Seolah melupakan kejadian dua hari lalu dimana dia demam dan dirawat di UKS sekolah seharian sampai lumayan pulih. Tante galak bahkan tidak tau Ni-Ki sempat sakit dan tetap kasar sama Ni-Ki.

Cup

"Baguslah sayang. Tante senang mendengarnya."
Ujar Tante saat mencium pucuk rambut Ni-Ki.

Lihatlah bahkan Tante jahat tidak pernah memeluknya. Dan Tante baik dengan tulus menyayangi nya.

Jika bisa memilih, Ni-Ki lebih memilih tinggal bersama Tante baik yang betul-betul menyayangi nya dari pada bersama Tante galak yang terus-menerus menyiksanya.

"Eumm Ni-Ki, apa kamu tidak mau nanti libur sekolah, kamu berlibur ke rumah Om sama Tante? Kami sangat ingin kamu tinggal beberpa hari di rumah kami. Untuk menemani adik Jamjam juga. Gimana Ni-Ki??"

Ni-Ki dalam hati bersorak ria. Ini kesempatan bagus untuk kabur dari suasana suram yang dialaminya.

Tapi... Semuanya buyar saat Tante galak mengatakan,

"Maaf Yeji dan Hyunjin, tapi Ni-Ki harus belajar banyak. Kan dia akan naik ke kelas 6 tentunya banyak ujian."

Yeji, Tante baik menghela nafas berat. Lagi-lagi dan selalu gagal keinginan nya membawa Ni-Ki bersama nya.

Hyunjin memandang kakak ipar nya dengan sorot memohon, "Kak Nayeon, tolong izinkan kami sekali ini membawa Ni-Ki."

Tante galak yang bernama Nayeon itu menggeleng pelan, "Maaf tapi ga bisa. Ni-Ki harus belajar. Iya kan sayang?"

Ni-Ki terkejut oleh tatapan mendadak lembut dari Tante Nayeon. Tapi dia sadar itu hanya perlakuan lembut palsu alias kedok di depan Tante Yeji dan Om Hyunjin.

Baiklah Ni-Ki harus merelakan kesempatan besar nya. Lagian dia tidak bisa membantah omongan Tante Nayeon sekuat apapun dia melawan.

"Iya itu benar. Ni-Ki harus disini untuk persiapan sebelum kelas 6."
Ujar seorang pria dewasa yang namanya Bambam, suami Tante Nayeon.

Dua orang dewasa yang selalu menyiksa Ni-Ki tanpa perasaan iba atau kasihan sedikit pun.

Baiklah, Ni-Ki akan berusaha menjadi anak yang lebih kuat lagi.

Hyunjin mengelus rambut halus Ni-Ki yang berada di pangkuan nya. Entah kenapa, Hyunjin seperti merasa ada ikatan antara dirinya dan Ni-Ki. Bahkan muka mereka ada kemiripan. Setiap berada di samping Ni-Ki, dia seperti merasa sangat dekat dengan Ni-Ki.

Tapi fakta yang dia ketahui dari kakak iparnya atau kakak nya Yeji istrinya adalah, Ni-Ki itu adalah anak yang ditemukan di teras rumah dengan keranjang bayi dan sepucuk surat permohonan agar Ni-Ki di rawat dengan penuh kasih sayang.

Sangat berbeda ekspetasi dan realita nya. Bahkan Ni-Ki sangat diperlakukan dengan kasar seperti bukan anaknya. Malah seperti babu yang dipaksa bekerja tanpa dibayar. Untungnya Ni-Ki masih diberi makan walau hampir selalu tak layak dan dibiayai sekolahnya. Ni-Ki bersyukur masih bisa hidup di dunia meskipun dengan keadaan yang jauh dari kata baik-baik saja.

"Baiklah kalau begitu. Nanti kalau ada libur lagi atau kapanpun Ni-Ki mau, Ni-Ki bisa datang ke rumah Tante sama Om ya sayang?"

Ni-Ki mengangguk walau hanya formalitas. Dia tidak yakin bisa menepati janjinya untuk datang ke rumah Tante Yeji dan Om Hyunjin. Karena Tante Nayeon dan Om Bambam akan bersikeras melarangnya.

"Eh udah jam berapa ini Ji? Kalian tidak pulang? Jamjam sendiri kan di rumah?"

Yeji menengok jam tangannya dan benar saja ini sudah sore. Mereka tadi menitipkan jamjam anak mereka pada tetangga yang dengan baik hati mau menjaga jamjam.

Yeji mengkode Hyunjin dan Hyunjin mengerti. Hyunjin menurunkan Ni-Ki dari pangkuannya dan mengusap sayang rambut anak kecil yang sekarang berada di depannya.

"Ni-Ki belajar yang rajin ya sayang. Om janji kalo ada waktu luang lagi, Om kesini sama Tante sama adek Jamjam. Oke sayang?"

Ni-Ki mengangguk antusias dan memeluk badan tinggi Hyunjin. Merasakan kehangatan dari Om baik nya sebelum nanti dia akan diperlukan kasar lagi.

"Oke Om Hyunjin!"

Hyunjin tersenyum gemas dan mengacak-acak rambut keponakan nya, "Anak baik..."

Ni-Ki tersenyum lebar dan memandangi Om Hyunjin dan Tante Yeji yang mulai berkemas.

"Kami pamit dulu Bang Bambam dan Kak Nayeon. Tante pamit ya sayang."
Yeji menyempatkan diri untuk mencium keponakan kesayangan nya. Sebenarnya Yeji sudah ingin membawa Ni-Ki ke rumah nya sekarang dan memanjakan anak kecil itu tapi kakaknya melarang dengan alasan Ni-Ki harus belajar. Yeji hanya bisa pasrah dan menunggu hari dimana dia bisa membawa Ni-Ki ke rumahnya.

Karena entah hanya perasaan Yeji, Ni-Ki terlihat seperti kurang nyaman (?) Berada di rumah kakaknya. Tapi Yeji mencoba positif thinking saja. Siapa tau hanya dugaannya. Dan dugaannya salah.

"Bye bye Ni-Ki..."

"Bye Om Hyunjin! Tante Yeji! Titip salam sama adek Jamjam ya!"

"Oke Ni-Ki sayang. Siap!"






























"Heh! Beresin ini semua! Jangan sampe Tante lihat ada bungkus jajanan atau lantai yang kotor ya!"

Ni-Ki pasrah saat dilempar sapu ke depannya. Ni-Ki berusaha sabar lagi. Padahal dirinya baru membaik. Bahkan dirinya masih merasa sedikit lemas. Tapi dia harus melakukan kerja rumah kalau tidak mau dimarahi Tante dan Om nya.

Ni-Ki berusaha untuk kuat. Ni-Ki mulai menyapu sesekali meringis karena kepalanya yang kembali terasa pening.

Tapi Ni-Ki menguatkan diri agar semuanya cepat beres dan dia bisa mengerjakan tugas sekolah nya dan juga agar dia bisa beristirahat. Tubuhnya benar-benar butuh istirahat ekstra. Tapi Ni-Ki malah mengerjakan pekerjaan rumah ini. Tapi tak apa, selagi masih mampu, Ni-Ki sebisa mungkin akan mengerjakan pekerjaan rumah demi bisa tinggal di rumah Om dan Tante nya. Demi bisa bertahan hidup Ni-Ki akan melakukan apapun pekerjaan yang Tante dan Om nya suruh.





























To Be Continue

Don't forget to vote and comment Chingu-deul

Thank You.

Hurt, but It's Okay | Ni-Ki (✓)Where stories live. Discover now