Gadis itu menggeledah seisi kamarnya dengan raut panik. Ia tidak berhenti mencari sesuatu hingga buku dari rak atas jatuh mengenai kepalanya.
"Aduh! Kenapa bukunya ikut jatuh, sih?" keluhnya. Lihat dia, gadis itu terluka akibat kebodohannya.
"Kenapa tidak ada ya? Aku taruh di mana, ya?" ia pun mencari di sela-sela kasur dan meja belajarnya.
Setelah satu jam mencari, dia tiba-tiba terdiam.
"Oh, iya! Kan bukunya aku pinjamkan ke Hans! Aduh, aku lupa" merasa bodoh, ia menepuk jidatnya.
Hm? Hans? Nama yang asing. Aku tidak pernah mendengar dia menyebutkan atau menulis nama itu sebelumnya.
Ia mengambil pena yang tergeletak di meja belajarnya dan menulis sembari bersenandung kecil. Wah, sepertinya suasana hati gadis ini sedang baik.
Hari ini, Hans mengajakku membaca buku bersama di perpustakaan.
Pantas saja ia terlihat senang. Jadi namanya adalah Hans.
Maksudku, aku sudah tahu ia pasti tidak akan mengerti isi dari buku tersebut.
Jadi, bisa disimpulkan bahwa dia idiot?
Jadi, aku bisa simpulkan kalau dia mempunyai niat lain.
Pernyataan menarik.
Serius.
Aku tidak sarkas kok.
Mungkin.
Shea bilang, aku dan Hans bisa saja berpacaran.
Hei, hei! Kejauhan.
Aku sangat tidak familier dengan hubungan itu. Tapi, yang pasti, aku merasa senang jika bisa dekat dengan Hans :)
Gadis itu berhasil mengenali emosinya dengan baik.
Kira-kira, Hans berpikir seperti itu juga tidak, ya? :(
Yah, walaupun sebaiknya ia tidak banyak berharap.
Ia menatap sebentar ke arah kertas yang baru saja ia tulis, lalu dengan cepat menutup buku berwarna lilacnya. Sembari berdengus lelah, ia kembali menaruhku di laci meja belajarnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
How's Your Day?
General FictionApakah kalian tertarik untuk mengintip buku harian seorang gadis? [Cerita ini dibuat saat malam, mendung, hujan, dan sunyi]