KRINGGGGGGGGGGGGG......
Bel sekolah sudah berbunyi, menandakan berakhirnya jam belajar pada pukul 14.00. Murid-murid yang mendengarnya langsung saja bersiap dan segera pulang. Namun berbeda dengan 3 orang ini yang sedang berada di kantin sekolah. Mereka sedang asik jajan di kantin dengan santainya sambil bergibah.
"Hadeh, gabut banget gue." ucap salah satu cowo tersebut sambil menidurkan kepalanya dimeja kantin. Suasana di kantin saat ini bisa dibilang cukup ramai walau sudah waktunya pulang. Ada yang sekedar nongkrong, jajan dan bergosip ria, termasuk 3 pemuda ini.
"Balik gak lu ray?" pemuda yang sejak tadi terlihat sibuk dengan ponselnya, kini menatap temannya yang menidurkan kepalanya yang diketahui bernama Ray. Ray sekarang telihat sangat amat lesu seperti orang yang gak dikasih asupan makan selama seminggu."Gak mau, mau ketemu kak milly!!!" Ray menggebrak pelan meja sambil memajukan bibirnya. "Lu tau mi, gak liat kak milly sehari aja rasanya kayak hati gue dehidrasi, butuh yang seger-seger mi." ucap Ray dramatis dengan memasang tampang melas dengan rambut yang berantakan dan tangan ditaruh di dadanya seakan-akan sakitnya menembus sampai ke ulu hati.
"Stress" pemuda yang diketahui bernama Omi itu melihat temannya sambil memasang tampang paling datar. Omi sedikit heran ngeliat kelakuan si Ray, gak liat sosok kak milly ini sehari aja dunianya seperti runtuh seruntuh-runtuhnya. Udah tampang melas, berantakan, badan lemesnya kayak jelly, gak punya semangat hidup pula. Gimana kalo gak liat kak milly seminggu, bakal jadi apa? bakal melebur jadi buih?
"Apasih mi, sirik aja lu." Ray kembali menyantap cemilan yang ada dimeja yang sejak tadi didiamkan. Apa saja bisa ray diamkan, kecuali milly tentunya. Ray juga gak tau kenapa bisa sesuka itu sama kak milly. Menurut ray, milly itu sosok yang sempurna. Bilang aja ray alay, tapi asli kak milly beneran sesempuna itu. Kalau kalian liat sosok kak milly, mungkin kalian berpikiran sama kayak ray.
"Najis ngapain iri sama kanebo kering." Omi memasang tampang meledek kearah ray. Diantara mereka bertiga, ray dan omi yang selalu ribut dimanapun dan kapanpun, yang satu suka nyari ribut dan yang satu suka kepancing. Walaupun begitu mereka bertiga sudah berteman sejak mereka di sekolah dasar.
"Ribut mulu lu berdua" pemuda yang daritadi diam aja melihat mereka berdua, kini mulai angkat bicara. Karena kalo ray dan omi sudah ribut pastinya gak bakalan berhenti.
"Itu si omi duluan, galih." Rengek ray dengan tampang melasnya.
"Udeh deh, btw ray lu emang gak tau kak milly ada lomba? makannya dia gak keliatan di kelas." Walaupun galih berteman dengan dua bocah gak jelas ini, tapi galih lebih dewasa dan berpikiran waras dari kedua temannya. Bukan lebih dewasa, tetapi terpaksa dewasa oleh keadaan. Poor Galih.
"Wahh iyaa kah? Kok gua gak tau? kok??" Ray langsung masuk ke mode serius karena dia udah melewatkan salah satu informasi yang sangat amat penting dalam hidupnya.
"Kok kok pekok, crush lu lomba cok, masa gak tau" Omi udah geregetan ngeliatnya, pasalnya ray selalu koar-koar tentang milly seakan tau semua apapun tentang milly, tapi masa dia gak tau apa yang dilakukan crushnya sekarang.
"BACOT KUDANILLLL, GAL KASIH TAU DIMANAA? KAPAN? DAN JAM BERAPA KAK MILLY LOMBA GALLL CEPATTT GALLL." Sekarang keadaan ray udah tantrum level maksimal sambil narik-narik bajunya galih. Galih yang bajunya ditarik-tarik udah pasrah aja. Kita doakan saja beliau baik-baik aja, semangat galih.
"OMIII TOLONG MII, AYA JURIGG NARIK BAJU AINGG." Bukan hanya ray yang tantrum, sekarang galih juga ikut-ikutan tantrum. Omi yang daritadi memperhatikan mereka gak tau harus ngapain, dia hanya bisa melihat ray yang tantrum narikin baju galih dan galih yang mencoba melepaskan diri dari ray.
Bukannya membantu memisahkan mereka dengan damai dan tenang, justru omi ikut meramaikan suasana yang sudah ramai. Para penghuni kantin banyak yang mulai memperhatikan mereka karena suara mereka yang sangat cempreng dan berisik menuhi kantin. Seketika kantin berubah dalam sekejap menjadi kebun binatang.
"UDAH COK UDAH." Teriak galih yang udah capek ngeliat temannya pada tantrum. Bukan hanya capek, tapi malu juga dilihatin banyak orang. Walaupun mereka trio koplak, namun saat galih udah bersikap ketus dan dingin, mereka bakal dengerin galih.
"Ekhem, udah tenang? oke jadi dari info yang gua dapet, kak milly nanti tanding voli di SMA tetangga, SMA Capella. Setau gua waktunya jam 3 sore." Ucap galih sambil merapihkan seragamnya yang berantakan karena tadi ditarik-tarik sama ray.
"HAH JAM 3?" ray langsung aja melihat jam di handphone nya yang sudah menunjukan pukul 14.30. "Anying udah jam setengah tiga, setengah jam lagi cok mau mulai, ayo buru cepet" ray tanpa pikir panjang langsung membereskan barang-barangnya dan bersiap untuk pergi dari kantin.
"Santai aja sih bang, masih ada setengah jam ini, lagian SMA Capella itu deket ya babi." Ucap omi yang ikut membereskan barangnya dengan tenang, tidak seperti ray yang grasak grusuk.
"Gak bisa omi! harus cepet biar dapet di depan lah gila." Ray masih sibuk membereskan dirinya, berbeda dengan omi dan galih yang duduk dengan tenang.
"Kenapa harus di depan? lu mau kokop kak milly di tengah lapangan?" Tanya omi ngasal, soalnya omi kesel banget ngeliat ray yang gak sabaran.
"Rencana yang bagus, boleh dicoba." Ray berdiri dari tempat duduknya, lalu ia pergi dari kantin. "CEPETAN BABI."
Omi dan galih melihat ray yang sudah jalan keluar kantin hanya menggelengkan palanya.
"Bocah stress" Kompak keduanya.
To be continue.....
Don't forget to vote and comment.
YOU ARE READING
RAMILLY
Teen FictionRayden, seorang pemuda SMA yang sangat tergila-gila pada Milly. Seperti novel romansa lainnya, kisah ini menceritakan tentang rayden dan milly. Namun hal yang tidak terduga banyak terjadi. "Mereka bukan murid SMA biasa"