Mereka semua tampak begitu santai seperti tidak melakukan kesalahan apapun. Padahal nyatanya ke empat laki-laki itu baru saja masuk ke dalam kelas saat jam sudah menunjukkan pukul 09.00.
"Biasa tadi si Revan ngajak kita buat bolos kelas. Katanya dia lagi malas buat ikut pelajarannya Bu Rima. Jadi gue sebagai teman yang baik nurutin ajakan itu," sahut Luky seraya merangkul pundak Revan yang sudah duduk di sampingnya. Menatap laki-laki itu dengan senyum di kedua sudut bibirnya yang terlihat sangat menjengkelkan.
"Ngomong sekali lagi. Gue jahit mulut lo!" ancam Revan membuat Luky yang mendengarnya langsung melepaskan rangkulan tangan itu.
"Ampun bro nggak lagi-lagi deh, sumpah."
Revan mengalihkan pandangannya ke arah lain. Mengabaikan Luky yang sedang menghadap ke arahnya dengan kedua telapak tangan yang menempel di depan dada.
"Gue nggak yakin kalau lo berempat adalah anggota Refour," ucap Eza yang sejak tadi memperhatikan Gerlan, Luky, Daniel, dan juga Revan dari tempat duduknya. Ke empat laki-laki itu pun tampak menoleh terkejut ke arahnya.
"Lo tahu dari mana soal Refour?" bisik Daniel memajukan sidikit tubuhnya ke depan di mana sosok Eza berada.
"Dan kenapa lo bisa tahu kalau kita berempat bagian dari anggota Refour?" tambah Revan seraya mengamati situasi di sekitarnya.
"Tunggu....berarti rumor soal kalian itu benar?"
"Rumor?" ucap Gerlan mengulang kembali pembicaraan Tama. "Rumor apa yang lo maksud?" tanyanya tanpa menjawab pertanyaan laki-laki itu.
"Jadi gini, kemarin sore ada orang yang kirim foto ke salah satu grup angkatan. Di foto itu ada kalian yang lagi kumpul bareng Dava Kalandra. Yang kita semua tahu kalau dia adalah ketua dari Refour," jelas Tama menceritakan informasi yang ia dapatkan dari beberapa teman yang ia kenal.
"Siapa yang kirim foto itu?"
"Kita semua nggak ada yang tahu. Karena setelah dia kirim foto itu dia langsung keluar dari grupnya. Dan nomer itu sudah nggak aktif lagi."
"Gue tahu siapa orang itu," gumam Gerlan dari tempat duduknya. Pandangannya tampak menatap lurus ke depan dengan sorotan matanya yang tajam.
****
Di dalam sebuah ruangan yang cukup besar. Terdapat sekumpulan murid laki-laki yang sedang menghadap langsung ke kepala sekolah. Beberapa Guru juga terlihat berada di sana dan berdiri di sisi yang berbeda-beda. Seolah-olah sedang mengantisipasi sesuatu yang mungkin saja akan terjadi.
Tepat setelah bel istirahat pertama berbunyi sebuah pengumuman terdengar melalui speaker. Memanggil nama Gerlan, Luky, Daniel, dan juga Revan untuk segera datang menemui sang kepala sekolah.
Sekarang di sinilah Gerlan dan teman-temannya berada. Di dalam ruang BK yang biasa menjadi langganan bagi para murid nakal yang ada di SMA Pelita Bangsa. Dan sepertinya mereka berempat juga bagian dari murid nakal itu.
"Kenapa Bapak memanggil kami ke sini?" tanya Gerlan duduk dengan kakinya yang sedikit terbuka seraya menopangkan tangannya di atas kedua pahanya.
"Bapak sudah mendengar kabar soal kalian berempat yang menjadi bagian dari anggota geng bernama Repour."
"Refour Pak bukan Repour," sela Daniel mengkoreksi. Hal itu membuat Luky yang saat ini sedang duduk di ujung sofa. Berusaha keras untuk menahan tawanya yang hampir saja meledak.
"Daniel..." panggil Bu Rima yang berdiri tidak jauh dari laki-laki itu.
"Saya hanya membenarkan yang salah, Bu."
KAMU SEDANG MEMBACA
GERLAN (END)
RomanceGerlan Mauriz, laki-laki tampan yang terkenal memiliki sifat sedingin es yang selalu menampilkan wajah datarnya. Selama 18 tahun ia menjalani hidup, ia sama sekali belum pernah merasakan yang namanya terpikat oleh perempuan. Hingga akhirnya waktu it...
Part 47. Hukuman
Mulai dari awal