Sayang Anak

4 1 0
                                    


Rakka menaruh bungkus plastik kemeja kaca dengan keras membuat snack yang didalamnya mencuat keluar.

"Heh. Ati-ati lo naro belanjaan gue bambang. Kalo ancur ganti yang baru." Ujar Hori. Sambil mengelar kasur kecil untuk Akira yang sudah tertidur sejak diperjalanan pulang.

"Maaf bapak Ahori Albandres yang terhormat." Rakka menekan setiap ucapannya.

Tak mau ambil pusing Hori duduk silang dilantai dengan Akira yang tidur disampingnya. Sedangkan Zio sudah mengutak atik playstationnya.
Untuk dia mainin karna Zio itu kalo udah dirumah Hori pasti yang dicari playstation Hori bukan yang lain. Maklum aj dirumahnya gak mampu beli playstation yang mahal punya Hori ini.

"Jangan berisik paul. Lu buat ponakangue bangun nanti." Hori mengeplak pala Zio yang berisik bermain playstationnya.

"Maaf, maaf Hor." Zio mengusap palanya yang sakit.

"Etdah, panjul itu snack punya Ai napa lo makan setan."

Rakka yang terlanjur sudah memakan beberapa snack hanya mengedikan bahu tampak acuh. Malahan tambah sengaja memakan snack poky-poky lagi.

Hori yang kesel meniban badan Rakka menjadi Rakka susah bernapas dan bergerak. Karna tibadan tubuh Hori yang keras seperti baja kawat.

Rakka menepuk-nepuk bahu Hori."Bangkek gue gak bisa napas."

"Aduh empuknya kaya batu." Hori bukannya menyingkir malah tambah mendusel-dusel kebadan Rakka.

"Kambing. Lo udah gak normal yah udah gak doyan lobang lo. Gue masih suci dan belom ternodai yah. Gue gak doyan pisang." Rakka memeluk dirinya sendiri seperti melindungi dirinya dari preman yang mau merkosanya.

"Najis. Pisang masa ketemu pisang enakan pisang ketemu jeruk baru mantep." Hori bergidik jiji saat bayangin pisangnya sama pisang Rakka bertemu.

Zio hanya melirik sedikit kearah kedua temannya yang ngomongin masalah pisang. Dan fokus lagi dengan bermain gamenya karna kapan lagi coba main game gratis dirumah Hori kan jarang-jarang. Biasanya Hori itu perhitungan banget apa-apa mesti bayar padahalkan orang tuanya kaya tapi tetep aja dirinya yang suruh bayarin. Udah kaya orang miskin aja bingung sama Hori duitnya dia kemanain kali.

Kalo Hori jadi miskin benerankan Zio jadi enak. Zio bisa suruh-suruh Hori jadi pembantunya. Haha sadis.

Zio tidak mendengar lagi suara ribut-ribut karna penasaran Zio menengok kearah Hori dan Rakka yang sudah tertidur dengan kaki Hori yang menindih pala Rakka dan tangan Rakka yang menjambak rambut Hori.

Sungguh pemandangan tidur yang sangat menajubkan dilihatnya. Zio mematikan game playstationnya dan ikut berbaring bersama mereka hingga terlelap.

Citra masuk kedalam rumahnya dengan Cici adeknya yang ingin mengambil anaknya yang dititipin ke Hori.

Kaki Citra tak sengaja menginjak bungkus snack yang berserakan dengan plastik yang berserakan dimana-mana. Sumpah demi apa pun putranya ini selalu aja bikin Citra makin tua sebelom umurnya.

"Tuhan. Kenapa engkau kasih hamba putra bangor ini." keluh Citra mengusap dadanya.

"Kak." panggil Cici ke Citra kakaknya.

Citra mendekatin Cici yang memangilnya. Cici menunjuk kearah Hori yang tertidur disamping Akira dengan kedua temannya yang selalu bermain bersama Hori.

Citra yang tadinya mau ngomel-ngomelin putranya diurungkannya saat melihat begitu lelahnya dan pules putranya yang seharian menjaga Akira ponakannya.

Citra tersenyum dan mengambil selimut dikamarnya. Menyelimuti putranya dan kedua teman putranya.

"Kak aku pulang dulu yah. Bilang Hori Cici makasih juga udah mau jaga Ai seharian ini." pamit Cici sambil mengendong anaknya yang masih tertidur dengan pelan agar anaknya tidak bangun.

"Iya. Lagian Hori juga kan ponakan kamu gak usah sungkan gitu Ci sama kakak sama Hori juga." Citra mengantar Cici kedepan sampai masuk mobil yang sudah menunggunya.

"Kalo gitu Cici pulang ya kak Assalam mualaikum."

"Walaikum salam." Citra melambaikan tangan ke Cici yang sudah pergi dari rumahnya.

Sebelom membereskan plastick yang berserakan dilantai Citra mengelus pala putranya dan mengecup kening putranya dengan sayang.

"Bunda sayang Hori." ucap Citra lembut.

Setelah itu Citra memunggut dan menyapu serakan kantong plastik untuk dibuang ke tong sampah.

******

"Hai cewek bapaknya tukang pijit yah." Zio merayu siswa yang lewat didepan kelasnya.

"Kok kakak tau sih." kata siswa berambut pendek.

"Iya karna bapakmu sudah memijit ginjal ku."

"Ih kakak bisa aja." kata siswa rambut pendek lagi dan berjalan pergi setelah digoda oleh kakak kelasnya.

"Bisa ae lu panci dandang." cetus Hori yang duduk dimeja guru dengan pensil diselipin ditelinganya.

"Maklumlah pesona gue gak bisa dialihin oleh siapa pun." Zio menyisir rambutnya kebelakang.

"Tai lo bau." Timpal Rakka didekat jendela.

"Tai lo bau kaya jengkol."

"Sekar cantik mau kemana nih." tanya Zio ke adek kelasnya yang lewat.

Zio ini setiap cewek lewat pasti dia gombalin entah itu adek kelas, teman sekelasnya bahkan gurunya pun gak luput dari gombalannya membuat orang istigfar dibuatnya.

"Mau ke perpus kak Zio." jawab Sekar dengan menenteng buku ditangannya.

"Butuh jasa anter gak Kar. Nih Zio mau katanya bila perlu jadiin babu juga gak papa iklas gue." celetuk Rakka menawarin temannya seperti nawarin baju ke pelangan.

"Makasih kak. Sekar duluan yah." pamit Sekar mengelengkan kepalanya melihat tingkah aneh kakak kelasnya.

"Monyet. Masa ganteng gini dijadiin babu."

"Kan muka lo cocok Zi gak jauh sama babu." Hori pun sama menimpali lagi. Membuat Zio bete setengah mampus.

"Gak cocok muka lo Zi di imut-imutin yang ada amit-amit gue. Haha." Hori mengibas-gibas tangannya kedepan.

"Tai kucing emang punya temen." gerutuk Zio duduk dibangkunya.

"SAYANG ANAK SAYANG ANAK SIAPA DISINI YANG SAYANG ANAK KAYA PAK TIGOR DAN ANAKNYA BEJO." teriak Rakka tiba-tiba membuat seisi kelas melempar bola kertas ke badan Rakka. Karna suara toanya yang masya allah banget jeleknya.

"Bego. Suara lo udah kaya mau siarin dimusholah aja Rak." Hori melempar buku tulisnya ke Rakka. Yang untungnya Rakka cepat menghindar kalo tidak mungkin buku tersebut sudah nemplok dimuka gantengnya.

"Ati-ati dong Hor lo kalo mau lempar buku. Lo kira gue apaan dilempar-lempar." Rakka melempar balik buku Hori. Yang dengan singap Hori tangkap.

Hori tertawa ngakak sampai pasokan paru-parunya kempes saking bengeknya oleh Rakka.

"Guy mending kita puter lagu india dari pada gabut gak ada kerjaan." ajak Zio ke semua teman sekelasnya.

"Tancap." seru seisi kelasnya menyetujuinnya.




To be countinued.

HorimiyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang