Suara rintikan hujan mulai membasahi bumi dengan deras kala sepasang sejoli itu kembali menautkan bibir seolah mendukung mereka untuk berbuat lebih jauh dari sekedar penyatuan bibir. Hawa dingin sudah menyelimuti ruangan mereka, tapi sepertinya kegiatan dewasa yang mereka lakukan membuat tubuh mereka panas, haus akan hasrat yang ingin terpenuhi.
Tangan kanan Jimin sudah meremas pinggang Hyejoo sedangkan yang satunya menekan tengkuk gadis itu untuk memperdalam ciuman panas mereka. Lumatan dan isapan yang Jimin berikan untuk mengawali persatuan bibir mereka kini berubah menjadi gigitan kecil yang reflek membuat bibir Hyejoo yang mulai membengkak itu tebuka memudahkan Jimin melakukan yang lebih dari sekedar memainkan bibir.
Jimin memasukan lidahnya yang penuh saliva itu kedalam mulut Hyejoo. Mengabsen semua isi mulut Hyejoo, lalu berakhir dengan beradu lidah dan bertukar saliva, walau Hyejoo nampak kewalahan karena tidak pernah melakukannya sebelumnya, tapu gadis itu nampak sangat menikmatinya. Tangan-tangan Jimin mulai bergerak membuka kain yang melapisi tubuh kurus Hyejoo, menyingkirkannya jauh dari mereka. Dengan sekejap tubuh atas Hyejoo sudah tidak terlindungi apapun dan menampilkan dua bongkahan daging sintal dengan pucuk merah mudah yang sudah mengeras.
Tangan Jimin dengan cepat bergerak pada pakaian bagian bawah sang gadis, tangannya lihai melepas itu semua tanpa kesulitan hingga tubuh indah gadisnya dapat terlihat dengan jelas olehnya tanpa balutan sehelai benang.
Ciuman mereka perlahan terlepas, mata Jimin menatap lekat Hyejoo yang tampak gugup karena tubuhnya tidak mengenakan apapun. Kepala Jimin bergerak ke samping Hyejoo, bibirnya mendekat pada telinga gadis itu.
"Apa kau mau membantuku melepas pakaianku?" Bisik Jimin sensual, lidahnya menjilat daun telinga Hyejoo.
Tubuh Hyejoo bergetar kala lidah Jimin mengigit pelan telinganya. Tangan kecilnya mulai bergerak pada kancing kemeja kasual yang Jimin kenakan. Satu per satu kancing itu dibukanya dengan gerakan lambat karena menahan gejolak aneh pada perutnya saat tangan kekar Jimin meremas payudaranya. Selesai dengan tubuh bagian atas Jimin, kini tangan Hyejoo beralih pada kain yang membalut tubuh bagian bawah Jimin. Hyejoo dapat melihat pusat tubuh pria itu sudah menengang.
Hyejoo menelan air liurnya melihat sesuatu yang mengembung dan terlilat sesak dibalik celana kain yang Jimin kenakan. Ketika akan membuka belt yang melilit pinggang seksi Jimin, tubuhnya sudah dijatuhkan pada kasur bersamaan dengan tubuh Jimin yang kini sudah berada diatas menindih tubuhnya. Sontak Hyejoo terkejut bukan main, matanya melotot menatap Jimin dengan raut muka menahan sesuatu.
"A-aku sudah tidak tahan, sayang." Ucap Jimin dengan membuka kain yang tersisa pada tubuhnya dengan cepat. Keduanya kini sudah sama-sama telanjang dengan kulit yang saling menempel, menghantarkan kehangatan pada satu sama lain.
Jimin menahan kedua tangan Hyejoo di samping kepala gadis itu, sedangkan satu kakinya berada diantara kaki Hyejoo agar gadis itu tidak menutup rapat kakinta. Jimin menatap lembut kedua mata hazel milik Hyejoo. "Aku masukkan sekarang boleh?" Tanya Jimin meminta izin untuk penyatuan mereka tanpa adanya pemanasan terlebih dahulu. Hyejoo yang tidak mengerti akan kegiatan dewasa hanya mengangguk pelan.
Jimin mulai bergerak, tangannya yang semula menahan tangan gadisnya kini sudah berada di kedua lutut Hyejoo. Jimin melebarkan kaki Hyejoo agar ia dapat dengan leluasa melakukan penyatuan mereka. Hyejoo mengigit bibir bawahnya ketika Jimin mengarahkan pusat tubuhnya pada lubang miliknya. Tangan Hyejoo mencengkram sprai kasur ketika pusat tubuhnya merasakan ada yang menempel dan mendesak masuk.
Kepala Jimin menengadah dengan mata terpejam saat ia berusaha memasukkan miliknya pada lubang nikmat milik Hyejoo yang terasa kesat dengan lembut dan perlahan, tidak ingin membuat gadisnya kesakitan karena mereka tidak melakukan pemanasan terlebih dahulu. "Nghhh.." Desah Hyejoo tertahan saat milik Jimin sudah setengah masuk.
Cerita yang dipromosikan
Kamu akan menyukai ini
"AKH!" Keduanya mendesah bersamaan saat penyatuan tubuh mereka berhasil. Hyejoo mendesah bukan karena nikmat melainkan merintih kesakitan merasakan lubangnya seperti dirobek walau ini bukan pertama kali baginya.
Jimin menyatukan kening mereka dengan mata yang masih terpejam. Nafasnya yang berat tertahan saat rasa nikmat menjalar ke tubuhnya. "S-sakit," cicit Hyejoo pelan. Mata terpejam Jimin terbuka, melihat gadis pujaannya menahan sakit dengan muka yang sudah memerah bak kepiting rebus.
"Aku akan mulai, ini akan terasa nikmat." Titah Jimin pelan. Pria itu mulai menggerakkan pinggulnya pelan dengan ritme maju mundur. Tangannya meremas payudara Hyejoo mencoba membuat gadis itu semakin teransang. Bibirnya kembali meraup bibir gadisnya. Semakin lama gerakan Jimin semakin ia percepat, tangannya dengan kuat memilin pucuk payudara Hyejoo membuat sang empunya merintih kesakitan.
Hyejoo belum merasakan nikmat yang Jimin katakan. Dia hanya dapat merasakan sakit terlebih pada payudaranya. "Nghhh..." Hyejoo merasakan sesuatu yang akan keluar dari pusat tubuhnya. Tubuhnya bergetar hebat dengan dada yang membusung saat cairan kental miliknya mengalir pada lubang kewanitaannya membuat gerakan Jimin berhenti.
Jimin tersenyum simpul disela ciumannya merasakan orgasme pertama gadisnya. Ia mengeluarkan penisnya perlahan, lalu memasukkannya kembali agar pusat tubuh Hyejoo tidak bertambah lecet dan kesat. "Apakah rasanya lega?" Tanya Jimin masih belum kembali bergerak. Hyejoo mengganggukkan kepalanya, "T-tapi masih sakit."
Jimin memberikan senyum terbaiknya mendengar ucapan lucu gadisnya. "Akan ku pastikan kau merasakan nikmat." Jimin kembali pada kegiatan mereka, menggerakkan pinggulnya maju-mundur dengan bibir yang bermain pada payudara Hyejoo.
Desahan-desahan mereka mengudara, tangan Hyejoo yang semula meremat sprai kasur kini beralih meremat rambut halus Jimin, mengalurkan perasaannya. Wajah mereka kembali bersejajar dengan kening yang menyatu. "C-cepat," ucap Hyejoo dengan mata tertutup. Jimin tersenyum, "As you wish, babe."
Gerakan lembut itu berubah menjadi hentakkan keras yang Jimin berikan pada Hyejoo sesuai permintaan gadis itu. Desahan Hyejoo semakin menggila kala ia merasakaan lubangnya seperti akan meledak. Jimin yang merasakan gadisnya akan orgasme lagi segera mempeecepat hentakkannya. "Kita keluarkan bersamaan," Ucap Jimin yang tidak tahu apakah Hyejoo mendengarnya atau tidak.
"J-jim, nghh..." Hyejoo mencengkram bahu Jimin dengan kuat karena gerakkan Jimin semakin menggila menghantam lubangnya.
"AKHHH.." Desah mereka kala cairan mereka keluar bersamaan. Keduanya terkulai lemas. Jimin menjatuhkan kepalanya pada perpotongan leher Hyejoo saat cairannya berhasil ia salurkan pada pusat tubuh gadisnya. Sedangkan, Hyejoo terlihat tidak berdaya kala merasakan cairan hangat masuk kedalam rahimnya. Dada mereka naik turun mencoba meraup udara sebanyak mungkin seakan ia habis berlari dengan jarak yang jauh.
"Kau sudah merasakannya?" Tanya Jimin masih dengan kepala yang berada dileher Hyejoo. Dengan cepat Hyejoo mengangguk, tapi suaranya kembali mengudara, "T-tapi aku belum puas," tanpa rasa malu Hyejoo memberikan pernyataan pada Jimin.
Jimin yang mendengar ucapan gadis itu langsung mengangkat kepala, mensejajarkan wajah mereka. "Kalau begitu ayo lakukan lagi, tapi ada satu syarat," Ucap Jimin tersenyum manis.
Hyejoo mengerutkan keningnya karena bingung dengan apa yang Jimin katakan. "Syarat?" Tanyanya memastikan ucapan pria itu. Jimin mengangguk, "Hmm.."
"Apa syaratnya?" Tanya Hyejoo polos karena tidak tahu apa yang dimaksudkan pria yang sering menyetubuhinya itu.
Tatapan Jimin seketika berubah menjadi sangat dalam dan sedikit terasa gelap dengan keseriusan didalamnya.
"Kau sepenuhnya menjadi miliku, sayang."
TBC
Oops! Bu görüntü içerik kurallarımıza uymuyor. Yayımlamaya devam etmek için görüntüyü kaldırmayı ya da başka bir görüntü yüklemeyi deneyin.
Vote dan comment nya jangan lupa, karena Jimin tidak bisa tanpa adanya dukungan kalian😋