Wang Yibo mengerutu sepanjang perjalanan menyusuri area perkomplekanya. Ternyata Jili memang tak main-main atas insiden tadi di sekolah. Bagaimana ia mengadu kepada Bibinya secara dramatis. Otomatis ia dapat hukuman membersihkan rumah sampai larut malam, belum lagi jatah makan malamnya lenyap dan ia harus berakhir mencari makanan sendiri. Untung saja, ia selalu menyelipkan uang dari hasil pemberian Papanya tanpa sepengetahuan bibinya itu.Jika tidak malam ini ia akan berakhir kelaparan dan tersiksa.
Yibo yang menggunakan baju kaos warna hitam dan celana pendek sampai lutut dan tak lupa sepatu ketz putih miliknya.
Tunggu Yibo menyadari sesuatu, saat ia merunduk dan menemukan sepatunya berbeda sebelah.
"Sial! Apakah sangking laparnya aku jadi seperti ini?" gerutu Yibo mengangkat tinggi-tinggi sepatunya. Ingin kembali ke rumah pun percuma jika perutnya belum di isi. Apalagi Bibinya pasti akan memiliki seribu cara untuk kembali menyiksa. Dengan sangat terpaksa ia memilih tak peduli. Mengabaikan nantinya jika jadi bahan tertawaan saat ada yang melihat.
Untungnya tak jauh tempat ia berdiri. Ia segera menemukan pedagang pinggir jalan yang menjual pangsit, bola ikan dan makanan kesukaan Yibo lainnya. Tak ayal senyum manis Yibo berkembang dan ia pun berlarian kecil.
"Paman pangsit dua mangkuk. Bola ikan beserta tofu pedas masing-masing satu mangkuk."
"Pftftttt ...."
Kepala Yibo tergerak ke kanan, meneliti sosok seseorang yang terdengar menertawakanya. Hanya segerombolan pemuda yang lebih tua dari Yibo dan membuat Yibo menggeleng tak peduli. Dasar anak orang kaya! Mereka hanyalah sekolompok pemuda yang suka menghamburkan uang. Itulah yang ada di otak Yibo selama ini.
"Mau makan sini didi?" tanya sang penjual menyadarkan Yibo.
"Iya, di sini, Paman."
Memang maun makan di mana? Sedangkan di rumahnya ia yakin langsung direbut oleh kedua sepupunya.Pedagang itu menganguk, Sehingga Yibo melenggang masuk tak peduli dan duduk di deretan kursi berseberangan langsung dengam segerombolan pemuda yang menatapnya.
"Kenapa Xiao Zhan lama sekali ya?" celetuk salah satu pemuda di sana.
"Biasa, itu anak lama sekali kalau di suruh kumpul seperti ini. Sebaiknya kita mulai makan saja."
"Nanti saja tunggu dia." Walau begitu tatapan beberapa pemuda itu tertuju kepada Yibo. Ada sikut-sikutan yang membuat Yibo risih. Untung saja makanan pemuda putih ini telah tiba sehingga menekan emosinya yang ingin meledak.
"Ide bagus, ayo!" sahut yang lainnya.
Yibo begitu menikmati makan malamnya kali ini. Ia tak peduli, jika sejak tadi ada tatapan yang begitu penuh minat melihatnya."Kau kenapa? Sejak tadi melihat didi itu?"
Pria yang menatap Yibo menggerakan tangannya mendekat, lalu berbisik yang pada kenyataan berucap jelas karena didengar Wang Yibo."Kau tak lihat, sepatunya berbeda?"
Mendengar itu segerombolan pria tertawa kecil. Terdengar begitu menyebalkan di telinga Yibo yang terganggu makannya."Kasihan, apakah sangking laparnya dia seperti itu?"
"Tapi lucu, sih!"
"Makannya juga seperti ke--ah sakit!" keluhnya tak percaya. Saat salah satu hentakan helm menyapa kepalanya begitu keras.
"Xiao Zhan! Apa-apa kau ini?" marah salah satu pemuda itu yang tak terima saat sosok tinggi di panggil Xiao Zhan dengan santainya duduk dan menggeleng atas sifat tak baik sahabatnya ini.
"Kau yang apa-apa? Terserah orang mau memakai apa dan memakan apa? Apa urusan denganmu?" sahut pemuda itu meletakan helmya di atas meja. Lalu menoleh sebentar ke arah Yibo, sayangnya pada saat itu Yibo tertunduk.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinderella Boy[PDF]√
Fanfiction[Five Shoot] Kisah romantis ala Xiao Zhan dan Wang Yibo ZSWW