Pernahkah kalian mengira seperti apa takdir yang akan menghampiri kalian suatu saat nanti?
Sekuat apa manusia berusaha, yang dinamakan takdir sepertinya memang bisa sebercanda itu dengan kehidupan. Yang mula-nya dua orang tak saling kenal bisa menjadi pasangan. Yang menjadi pasangan bisa menjadi kedua orang yang tak saling kenal. Sang kuasa sepertinya memiliki skenario tersendiri yang tidak bisa di tebak oleh umatnya.
Bukankah itu lucu?
Sama halnya dengan kehidupan Agatha. Sepertinya takdir senang sekali bercanda dengan hidupnya. Seolah semua yang ada didalam dirinya telah tersusun secara apik dalan rencana Tuhan. Pun Agatha sama sekali tidak menyangka dengan semua kehidupan yan di dapatnya sekarang. Semuanya terasa asing baginya.
Berawal dari rumah panti asuhan sejak bayi sampai umur sembilan tahun, kemudian di adopsi oleh pasangan suami istri yang akhirnya menjadi keluarganya. Memiliki masalah hidup yang cukup rumit dalam hampir setiap hal. Mendapat perilaku kurang baik dari ibu tiri dan kakak tirinya. Lantas berakhir dengan Agatha yang menemukan keluarga aslinya.
Seolah belum cukup. Sebuah fakta yang membuat sumber kebahagiannya lenyap begitu saja. Takdir mempertemukannya dengan Gathan yang merupakan saudaranya sendiri. Disaat rasa ikhlas mulai bisa diterimanya, fakta lain kembali terungkap. Laki laki yang dia cinta ternyata tidak memiliki hubungan darah dengannya sama sekali.
Untuk yang satu itu, bolehkah Agatha merasa senang?
Memang takdir hidupnya sebercanda itu.
Ketika dua orang yang semula begitu hangat saling bergantung harus dipisah oleh keadaan. Berusaha sekuat tenaga untuk tidak menentang takdir dan norma untuk bisa kembali bersama. Tapi ternyata Tuhan memiliki kejutan luar biasa di dalamnya.
"Agatha!"
Sebuah tepukan pelan diterimanya di bahu kiri. Gadis itu mengerjap beberapa kali sebelum akhirnya mengangkat wajahnya. Bibirnya tersungging tipis melihat siapa yang kini berdiri di hadapannya.
"Kenapa kak Bian?" tanyanya.
Sosok Bian ikut menundukkan dirinya di samping Agatha. Kepala pemuda itu mentap lurus kedepan, melihat hamparan bintang bintang dari bakon kamar Agatha.
"Takdir memang lucu ya."
Kepala Agatha refleks menoleh cepat. Dahinya mengernyit mendengar penuturan itu. Walaupun demikian Agatha mengangguk singkat. Pandangannya kembali terarah ke depan. "Iya, sampai sampai hal yang gak pernah diduga bisa terjadi."
Bian tersenyum tipis. Pandangannya tetap lurus kedepan. "Lo tahu Agatha, sejak keluarga lo pindah di dekat rumah nenek, gue udah merhatiin lo dari kejauhan." ucapnya. "Gue gak ngerti apa yang saat itu ada di pikiran gue untuk terus ngelihat lo dari kejauhan. Ngikutin lo setiap lo pulang sekolah."
"Kakak ngikutin aku?" gadis itu melotot kaget.
Bian mengangguk kecil. "Iya, bahkan pas lo kerja sampe malem. Maaf memang terkesan lancang. Tapi hati gue gak bisa tenang kalau ngebiarin lo keluar sendiri."
Agatha dibuat tidak bisa berkata kata lagi. Pernyataan yang Bian ucapkan sangat mengejutkannya. Bagaimana bisa dirinya tidak sadar selama ini?
Gadis itu mengerjap, baru tersadar jika setiap pulang kerja yang dibilang larut malam. Selalu ada pengendara motor yang berhenti tak jauh dari lokasi tempatnya bekerja. Dan setiap Agatha mengantarkan makanan, pengendara itu juga ikut dibelakangnya. "J-jadi kakak selama ini"
Seolah tahu dengan apa yang dipikirkan Agatha, pemuda itu mengangguk. "Iya itu gue Agatha." Bian menoleh dengan senyum tipisnya. Tangan pemuda itu terangkat untuk mengusak pelan surai hitam Agatha yang beterbangan tertiup angin malam.
KAMU SEDANG MEMBACA
[2] AGATHA [End]
Teen Fiction❝ Bagaimana rasanya diabaikan oleh seseorang yang dulunya sangat hangat menyapamu? ❞ [SQUEL MBGF] story by @Nanaanggn_