Ia tak akan mengaku kalah. Niki  tak akan kalah jika mereka satu lawan satu.

"Lagian kenapa kamu berantem Niki? Malem malem seperti ini kamu harusnya ada dirumah untuk belajar. Bukan keluyuran dan jadi bikin kamu seperti ini. " Sunoo menarik tangannya dari wajah Niki. Kemudian mengambil sebelah tangan Niki untuk ia bawa berdiri dan memapahnya.

Niki hanya diam tanpa menjawab. Tersenyum tipis mengikuti langkah Sunoo yang memapahnya. Tubuh Sunoo memang lebih kecil dan pendek darinya hingga membuat ia harus sedikit membungkuk. Hingga mereka sampai didalam mobil.

Awalnya Niki tidak ingin merepotkan gurunya seperti ini. Tapi jika ia menghubungi supirnya atau orang tuanya, bisa bisa hanya ada omelan dan amarah yang ia dapat dari sang ayah. Akhirnya ia menelpon Sunoo untuk menjemputnya meskipun tetap saja ia mendapat  sebuah omelan, namun Niki menyukainya. Suka ketika wajah cantik Sunoo dengan bibir yang merah muda itu mengomelinya.

"Kamu ibu anter ke rumah, dimana rumah kamu? " Sunoo menatap Niki yang duduk disebelahnya.

"Saya nggak akan telpon ibu kalau saya mau pulang. " Niki mendengus pelan seraya memegangi rahangnya yang terasa sakit.
"Saya nggak mau orang tua saya tahu kalau saya begini. "

Sunoo menghela nafas pelan  . Ingin marah tapi juga kasihan melihat muridnya yang sudah kesakitan seperti itu.

"Seharusnya kamu nggak berantem kalau kamu tahu apa resikonya. " Ujar Sunoo dengan pelan namun justru membuat Niki menatapnya lekat.

"Saya dikeroyok bu, kalau nggak saya nggak akan luka kaya gini. " Niki mengalihkan pandangannya ke arah lain. Ia tidak suka jika dituduh tuduh seperti itu walau kenyataannya memang dirinya yang memulai lebih dulu, tapi memang awal masalah ini bukan karenanya.

Telinganya menangkap helaan nafas Sunoo sebelum kemudian mobil melaju pelan. Niki tersenyum tipis menatap ke arah luar jendela ketika melihat laju mobil mengarah ke jalan lain. Sudah ia pastikan sang guru tidak akan membawanya ke rumahnya.

Lima belas menit, Sunoo akhirnya menghentikan mobilnya di sebuah basement .Niki langsung menangkap jika Sunoo membawanya ke apartemen. Ia ingin turun sendiri dan berjalan seperti biasanya, namun Sunoo tiba tiba kembali menariknya untuk dipapah berjalan.

Sebenarnya Niki masih bisa berjalan normal karena memang kakinya tidak apa apa. Luka luka hanya terdapat di wajahnya saja, tapi jika seperti ini ia jadi membiarkan Sunoo yang terus memapahnya hingga mereka berada didepan pintu yang Niki tebak ini adalah unit apartemen gurunya .

Sunoo membuka pintu, membawa Niki untuk duduk di sofa. Meletakkan tasnya di atas meja kemudian melepaskan mantelnya . Matanya melihat Niki yang hanya menatapinya tanpa ekspresi.

"Kamu tunggu disini, ibu ambilkan P3K. "

Selama Sunoo mengambil P3K, mata Niki sibuk meneliti sudut apartemen. Melihat segala benda yang ada disana termasuk sebuah figura foto yang terpajang di atas meja TV.

Matanya langsung fokus pada seorang wanita yang tampak tersenyum cantik diantara seorang laki laki dan wanita lain yang Niki tebak itu adalah orang tua Sunoo. Bibirnya tersenyum tipis melihat sebuah foto lagi namun kali ini hanya Sunoo sendirian. Tampak berdiri dengan blzer dan rok pendek dengan rambut tergerai.

Ia baru menyadari jika selama ini Sunoo selalu mengikat rambut. Tak pernah Niki lihat gurunya dengan rambut yang tergerai. Bahkan saat sedang les pun Sunoo selalu mengikat rambut dengan sebuah pita hitam seperti biasanya.

Mata Niki beralih pada Sunoo yang sudah berjalan mendekat dengan sebuah kotak P3K dan mangkuk kantong kompres. Sunoo duduk disampingnya. Tanpa mengatakan apapun langsung menarik tangannya pelan untuk menghadap kesana. Kemudian ia rasakan tangan Sunoo memegang sisi wajahnya dengan lembut lalu dinginnya es batu pada kantong kompres langsung terasa pada sudut bibirnya dengan sentuhan yang pelan.

Look At Me( SunKi) Enhypen /END (Switch) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang