20 Agustus ( malam Minggu )

962 170 15
                                    

~ selamat membaca ~

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

~ selamat membaca ~






- a g u s t u s -




Tengah malam pukul dua subuh lagi-lagi Jaemin terbangun dengan alasan yang dia sendiri tidak tau apa itu.

Biasanya saat terbangun seperti ini, Jaemin tak bisa tidur lagi dan memilih untuk duduk di pinggir jendela kamar.

Jaemin selalu merasa jika di waktu semalam ini, dia bisa merasakan ketenangan. Entah ketenangan yang bisa membuatnya lebih baik atau malah membuatnya semakin buruk.

Mata Jaemin menangkap hamparan bintang di langit, sedikit tersenyum. Kemarin-kemarin sulit untuk melihat bintang, tapi sekarang Jaemin bisa melihatnya dengan jelas.

Tak bertahan lama, perasaan menyiksa itu datang tanpa di ijinkan, membuat Jaemin harus menutup kembali matanya dengan telapak tangan, tak jarang juga Jaemin memukul kepalanya sendiri untuk menghilangkan ingatan itu.

"Apaansih lemah banget!," Katanya sambil memukul kepalanya. "Ayo dong Jaemin!, Lo bisa hidup tanpa mereka sekarang!,"

"Buat apasih nangisin mereka?!, Yang bahkan gak mau lo hidup!!," Pukulan itu berhenti, saat mata Jaemin menangkap pantulan dirinya di kaca dengan keadaan lusuh. Sesuatu yang aneh muncul.

Hingga tak lama dari itu, suara tangisan yang terdengar. Tak ada lagi suara makian Jaemin untuk dirinya, mulut itu di pakai untuk terisak, dan tak ada lagi pukulan yang Jaemin berikan untuk kepalanya, tangan itu ia pakai untuk memeluk lututnya sendiri.

Mau sekuat apapun Jaemin mencoba untuk melupakan kedua orang tua nya. Tetap saja Jaemin hanya manusia biasa yang dapat mengingat dengan jelas, terutama kejadian buruk di hidupnya.

Jaemin tak mau menyalahkan takdir. Tapi tanpa sadar juga dia seringkali memaki keadaan dirinya, memaki keadaan pikirannya, bahkan memaki alur kehidupan nya.

Dan malam itu kembali menjadi malam mengerikan bagi Jaemin. Malam yang gelap di penuhi tangisan dirinya. Tangisan yang tak dapat berhenti, untuk waktu yang lama.

🐰🐰🐰

Renjun bersenandung kecil sambil berpijak menuruni anak tangga. Senyumnya terus terukir, melewati barang mahal di dalam rumahnya.

Hingga dengan sangat terpaksa langkah kaki nya terhenti, menatap ragu ke arah sang ayah.

"Ngapain kamu?," Tanya ayahnya.

Renjun mendekati meja makan, duduk di depan ayahnya. "Ayah,," panggil nya pelan.

Kepala keluarga Huang hanya berdeham, menyesap kopi hangat di cangkir.

AGUSTUS | na jaemin •end• Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang