AMARAH GARA

15 6 0
                                    

Jangan lupa vote!

Menghapus air matanya kasar, Asa segera bangkit dari lantai gudang. Hatinya bertekat untuk menerima jalannya sekarang. Ia akan mencoba ikhlas menerima semua tindakan Gara, ia tidak boleh merasa paling tersakiti, ia yakin Allah punya rencana tersendiri untuknya.Tersadar jika ia belum sholat Asar, Asa beristigfar pelan lalu segera pergi meninggalkan gudang. 

Setelah sholat Asar Asa berniat ingin ke dapur menyusun bahan makanan yg ia beli tadi,namun baru keluar kamar Asa bertemu dengan Bagas yg sedang menenteng tas ukuran sedang dan tas dipunggung milik pria itu.

"Loh, Kak Bagas mau kemana?" Tanya Asa saat melihat Bagas berjalan menenteng tas.

"Asa!! astaga lo dari mana aja? gue cariin tadi." Bukannya menjawab, Bagas malah balik bertanya.

"Maaf ya kak, aku tadi em-,sholat Asar. Jadi langsung pergi gitu aja." Oke tidak bisa dibilang berbohong, karena ia benar-benar sholat Asar tadi.

"Trus si Gara kemana?" Asa hanya memberi gelengan kepala.

"Ka Bagas mau kemana? kok bawa tas?" Tanya Asa ulang.

"Hehehe, gue mau pulang nih, Sa. Kan si Gara dah disini, jadi ya gue balik kerumah. Gue kan cuman tugas jagain ni rumah selagi Gara ga ada di Solo" Asa ber-oh ria mendengar penjelasan Bagas.

"Ya udah ya, gue duluan. Kalo Gara tanya, bilang aja gue dah pulang."

"Baik-baik lo dirumah. Kalo Gara kumat diemin aja, dia mulutnya emng kek mie siwon hot jeletot. Tapi asli dia baik banget, dan kalo butuh apa-apa jangan sungkan chat gue." Pesan Bagas dengan senyumannya yg khas, Asa menggangguk faham membuat Bagas semakin melebarkan senyumnya.

***

Selepas Bagas pergi, Asa langsung berkutat ke dapur untuk membuat makan malam. Sembari menata hati, ia bertekat untuk menjadi istri yg baik untuk Gara.

Asa memilih memasak tumis kangkung dan ayam goreng sayap sesuai ucapan ibu mertuanya yg mengatakan jika sayap adalah bagian favorit Gara.

Tak terasa adzan Maghrib berkumandang bertepatan dengan masakan Asa yg selesai. Sebelum meninggalkan dapur, Asa dengan terampil memindahkan semua masakannya kedalam mangkuk sekalian ia susun dimeja makan.

Merasa dapur sudah rapi dan masakannya siap, Asa segera berjalan kekamar untuk menunaikan kewajiban sebagai umat Islam.

Selepas Sholat ia pun berjalan kearah kamar milik sang suami, karna setelah kejadian di gudang tadi ia belum bertemu dengan gara. Mengetuk pintu pelan hingga terdengar decitan pintu terbuka.

Sebenarnya Asa masih takut bertemu dengan Gara, namun ia tidak boleh lemah. Ia harus terlihat kuat.

Tidak ada yg memulai percakapan, Asa yg sedang menata detak jantung dan Gara yg menatap malas gadis pendek didepannya ini yg tidak segera berbicara. Pikiranya pun melayang kebeberapa jam yg lalu

Gara berjalan dengan irama tergesa, dengan segera ia masuk kamar dan mengunci pintu. Dengan kasar Gara menjatuhkan badan kekar miliknya ke kasur king size.

"Mulut gue lemes banget, mana tu bocah nangis kejer lagi." Gara meremas rambut frustasi, menyesali mulutnya yg tidak bisa ia kontrol.

Ia hanya takut kalau Asa akan memberitahu Satrio dan Ageng, bisa bahaya jika Asa cepu ke keluarganya dan keluarga gadis itu.

Ia hanya merasa tak terima saat tau Asa pergi bersama Bagas.

Apa-apaan gadis itu, menolak tawarannya namun mengiyakan tawaran Bagas, padahal disini Gara yg jadi suami Asa.

"Ayo makan kak." Suara lembut itu menarik Gara dari lamunan.

Dengan santai Gara berjalan mendahului Asa, meninggalkan gadis yg melongo didepan kamarnya.

***

Kegiatan makan malam kali ini sunyi, biasanya Asa akan mengobrol dengan Satrio dan Melisa namun kali ini hanya ada dentingan sendok dan piring.

"Barang lo nanti dipindahin kekamar gue." Ucap Gara memecah keheningan yg menyelimuti mereka.

"Kita sekamar?" tanya Asa.

"Kenapa? lo mau beda kamar? mau ngajak pacar lo nginep?" Cecar Gara menatap Asa dengan tatapan mengejek.

"Iya nanti aku pindahin." Ucap Asa lemah.

Setelah selesai makan malam, Gara meninggalkan Asa didapur. Masa bodo dengan kegiatan gadis itu, dia mau menenangkan pikirannya dengan merokok di gazebo rumahnya.

Walaupun rumahnya minimalis tapi dia sengaja membangun gazebo sederhana karna teman-temannya sering nongkrong.

Mulut dan hidungnya tak berhenti mengeluarkan asap dari rokok yg ia isap, pikirannya melayang memikirkan nasib pernikahannya, masih tak menyangka jika ia sekarang berstatus suami orang.

Gara tau, tidak hanya dia yg dirugikan dipernikahan ini namun gadis yg berstatus istrinya itu juga dirugikan.

Ia dengar Asa punya tekad besar untuk sekolah S2 psikolog di universitas luar negeri , namun ia harus memendam tekadnya itu karna pernikahan konyol ini.

Gara mendengus kasar. Kenapa juga ia harus terjebak dipernikahan konyol ini.

Hingga tiba-tiba terbesit ide di otak miliknya, dengan segera ia mematikan rokok yg bahkan baru habis setengah itu. Dengan semangat dan senyuman tipis Ia berjalan kedalam rumah untuk mengutarakan ide miliknya itu.

***

Hola!! Dinos balik lagi nih

Sampai bertemu di chapter selanjutnya..<3










KANVAS (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang