1. The Diary Book.

5 3 0
                                    

Jadilah pembaca bijak yang menghargai karya orang lain:)

Hope you enjoy it.

*****

"Kelin..."

Samar-samar aku mendengar suara seorang lelaki yang terdengar asing, aku juga merasa tubuhku ditepuk seseorang seperti berusaha untuk membangunkanku. Hingga akhirnya sebuah cahaya terang menyorot penglihatan ku bergantian, aku belum mengerti apa yang sebenarnya tengah terjadi sekarang.
Dimana aku? Aku tidak tahu.

Sampai aku benar-benar mendapat kesadaran dan bisa melihat mereka dengan jelas di ruangan ini.

"Kelin akhirnya kamu sadar juga sayang, mama khawatir banget sama kamu." imbuh seorang perempuan paruh baya datang mendekat dan memelukku erat.

Tidak ada perasaan tersentuh yang aku rasakan ketika perempuan yang menyebut dirinya mama itu memelukku, dan karena hal itulah aku sedikit mendorong tubuhnya.

"Kelin?" Laki-laki itu memandangku aneh karena mendorong perempuan tersebut.

"K-kalian siapa?" Aku bertanya dengan suara pelan dan ragu-ragu, entah kenapa tiba-tiba aku merasa ketakutan.

Pertanyaanku tersebut membuat semua orang yang berada dalam ruangan ini kembali memandangku, lalu didetik berikutnya dua orang itu memandang wajah Dokter.

"Pah, apa maksud dari pertanyaan Kelin? Kenapa dia gak inget sama kita? Sama Mama nya? Sama aku?" Lelaki itu bertanya pada si Dokter.

Dokter itu tak menjawab pertanyaan si lelaki, yang ia lakukan justru mendekat ke arahku.

"Kelin tahun berapa ini sekarang?"

Tahun? Aku terdiam tak menjawab pertanyaannya, aku tidak tahu tahun berapa sekarang.

"Bisa beri tahu kami, siapa nama lengkap kamu?" Dokter itu bertanya lagi.

Aku terdiam ketakutan. Jangankan mengingat tahun berapa sekarang, aku bahkan tidak mengingat namaku, dimana tempatku tinggal, siapa kedua orang tuaku, aku tidak mengingat apapun.

"A-akku.."

Aku siapa? Siapa diriku?

Aku berusaha untuk mengingat semuanya, tapi sakit di kepalaku ini tak tertahankan hingga membuatku menjerit.

"Kelin,..." Perempuan itu memanggilku dengan rasa panik karena melihatku menjerit kesakitan, tangannya terus mencoba untuk menggapai tubuhku tapi aku terus menolaknya. Begitu juga dengan anak lelaki yang berada di sampingku, ia melakukan hal yang sama.

"Tidak, jangan dekati aku. Ak-aku tidak kenal kalian, kalian orang asing. Pergi!!"

Aku ketakutan, aku tidak ingat apapun. Ini seperti bukan hal yang aku inginkan saat aku membuka mataku, bukan ini yang aku harapkan.

"Sudah, jangan dipaksa untuk ingat! Itu akan berdampak buruk buat kesehatanmu."

Dokter mengingatkanku, namun kondisiku yang semakin liar dan tidak terkendali dengan terpaksa seorang suster menyuntikan sesuatu yang membuat tubuhku melemah dan kesadaranku hilang kembali. Hanya gelap yang aku rasakan.

Entah berapa lama aku tertidur sampai aku membuka mataku lagi sekarang, di ruangan yang sama dengan orang yang berbeda.

"Kelin," gadis itu memanggilku Kelin sambil tersenyum manis, aku yang tidak kenal siapa dia langsung terduduk dan beringaut ketakutan.

"Ngga, jangan takut! Gue gabakal nyakitin Lo kok. Gue tau kondisi Lo ini dari Malvin pacar Lo." mendengar penjelasan dari gadis tersebut entah kenapa ada rasa sedikit percaya, aku tetap diam tak membalas ucapannya.

          

"Kenalin, nama gue Erika. Sahabat ter the best sejagat raya yang Lo punya, kalau Lo lagi ada masalah atau hal penting pasti bakal ceritain semuanya sama gue. Jangankan hal penting, masalah Lo lupa naro jepit rambut kesayangan Lo aja pasti bakal nanya ke gue." Erika menjelaskan secara singkat siapa dirinya bagi seorang Kelin, dan diakhiri dengan sedikit kekehan.

Melihat Erika terkekeh kecil entah kenapa aku ikut sedikit tersenyum, ada rasa hangat dan lega ketika dia menceritakan dirinya. Mungkinkah aku harus mempercayai ucapannya?

"Dan ya, gue jaga-jaga ajasih siapa tau Lo gak percaya sama ucapan gue barusan jadi.."

Erika mengobrak-abrik tas gendong miliknya mencari sesuatu, hingga satu buku berwarna Lilac ia berikan padaku. Dengan refleks aku menerima buku tersebut dan melihat sampul bukunya yang terlihat sangat cantik dan terawat.

"Kelin Diary." Aku bergumam membaca sampul buku tersebut.

"Itu buku harian Lo, gue gak pernah baca satu lembar pun disana jadi jangan maki gue," ucapnya seraya menutup kembali resleting tas gendongnya.

"Ternyata ada gunanya juga ya buku kampret itu, jadi nyesel gue pernah ngebully itu buku." sambungnya.

Aku yang tidak mengerti apapun hanya memandang Erika penuh heran, membully katanya? Soal apa? 

"Erika.." panggilku pelan, aku sangat gugup ketika melihat sorot matanya yang bulat.

"Udahh jangan canggung gitu, santai aja kali. Kaya gue tukang makan orang aja sampe Lo gugup gitu, kasian tau gak." katanya.

Aku hanya mampu membalas dengan senyuman kecil, lalu tak lama aku jadi teringat dengan pertanyaan dokter kemarin.

"Erika, sekarang tahun berapa?" Aku bertanya dengan penuh ragu, entahlah sejak aku membuka mataku rasanya dalam hati penuh dengan rasa ragu dan takut.

Ragu untuk mengatakan sesuatu, dan takut untuk melakukan sesuatu, entah apa alasannya aku tidak tahu

"2021, bulan Februari, tanggal 2, hari Minggu." Erika menjawab dengan sangat detail, dengan berani aku bertanya lagi padanya.

"Dan, namaku? Aku siapa?" Aku menatap matanya dengan penuh harap sampai Erika menghela nafas karena ia juga menatap mataku.

"Nama Lo itu Kelin Tafa Chelsea, putri dari mendiang Pratajiyono Chelsea dan Cah Ayu Kenara. Agama Lo Islam, Lo lahir di bulan Agustus tanggal 23 tahun 1999, dan sekarang Lo kuliah di UI Jakarta jurusan sastra semester 6 , Lo udah punya pacar namanya Malvin Anggara Putra, terimakasih." Erika menjelaskan kembali dengan detail.

Aku mengangguk-angguk tanda faham, jadi namaku adalah Kelin. "Malvin cowok yang kemarin..."

"Iyaaa dia pacar Lo, dan tante Kena mama Lo." belum selesai aku bertanya, Erika langsung menjawabnya seolah tahu arah pertanyaan ku.

Sedang asyik kami berbincang datanglah seorang Dokter yang kemarin menangani ku, ku taksir umurnya tak beda jauh dengan Mama.

"Naahhh kebetulan banget nih," Erika bersuara ketika melihat Dokter itu datang ke ruangan ini.

"Kenalin, ini namanya Om Wito bapaknya Mallvin pacar Lo ." katanya.

Om Wito memandangku sambil tersenyum, sambil menaruh alat yang ia bawa, entah apa namanya aku tidak tahu.

"Selamat siang Kelin, gimana kabar kamu? Apa masih pusing?" Om Wito bertanya sambil memeriksa kedua mataku dengan senter kecil.

"Aku hanya masih sedikit kebingungan." jawabku pelan.

"Tidak papa, kamu hanya mengalami amnesia tingkat rendah. Dalam beberapa bulan kedepan kamu pasti bisa mendapatkan kembali ingatan kamu, jangan terlalu memaksakan diri untuk mengingat semuanya yaa. Itu gak baik buat kesehatan otak dan tubuh kamu," Ujarnya.

Find Me In Your DreamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang