Aidan juga Dali berjalan memasuki area dermaga Goana.
Dali membawa dua plastik besar yang berisi dua kotak sushi dan dua soft drink. Satunya lagi berisi beberapa makanan ringan. Ia merasa senang akhirnya dia bisa pergi ke tempat ini bersama Aidan.
Pikirnya bahwa harapan kecilnya ini akan terlalu tinggi mengingat Aidan sudah memiliki Miska dalam hidupnya. Prioritasnya mungkin akan terunggul pada gadis itu.
"Udah lama banget gak kesini" kata Dali sambil berjalan menuju ujung dermaga dan melihat-lihat betapa danau itu tak pernah berubah.
Aidan juga berjalan menyusul Dali di belakangnya sambil menyalakan sebatang rokok. "Iya yah?"
"Iya"
"Masih takut gak sama tempat ini?" tanya Aidan.
"Lumayan" meski Dali ingin sekali menjawab, ngapain takut. Ada Aidan disisi Dali.
Dali duduk di ujung dermaga. Lalu disusul oleh Aidan yang ikut duduk di sampingnya.
"Makan dong lu! Udah dibeli tuh. Tadi katanya kepengen sushi" kata Aidan.
Dali tersenyum seketika, "Dali mau makan kalo Aidan makan"
"Ya gua nyebat dulu, Daliii. Abis itu gua makan kok"
"Yaudah, sama-sama aja sama Aidan" kata Dali.
Aidan tersenyum menatap Dali. "Dali jelek!"
"Aidan juga!" balas Dali.
"Dih, gua ganteng gini!" cetus Aidan.
Dali hanya terus tersenyum pada lelaki ini.
Aidan lalu mulai berbicara, "Gue seneng banget, Dal, hari ini"
"Oh ya?"
Aidan mengangguk dan menghisap rokoknya lagi.
Dali tersenyum, malu. Dali juga Aidan. Seneng banget.
"Karena akhirnya gue bisa ngerasain yang namanya cinta! Sama Miska" sambung Aidan.
Senyuman itu pudar seketika. Mendengar Aidan menyebut namanya, Dali sudah yakin ini akan panjang. Sejujurnya, Dali lebih senang jika Aidan seperti dulu, membahas hal-hal yang lebih penting dibanding Miska. Mengeluhkan pelajaran. Orang tua. Basket.
Dali ingat Aidan pernah kesal sekali dengan Daddy-nya karena tak dibolehkan pergi ke ulang tahun Robi, teman basketnya, karena Aidan terciduk membawa alkohol di sekolah.
Tapi entah kenapa, sekarang, Dali lebih menginginkan Aidan membahas topik itu dibanding menyebut-nyebut nama Miska.
Entah mana yang lebih sakit, melihat lelaki yang dicintainya, memuji-muji tinggi nama gadis lain, yang menurutnya begitu istimewa.
"Miska tuh cantik, baik, manis, pokoknya spesial banget deh, Dal!" ujar Aidan lagi.
Nyesek anjir.
"Gue seneng banget, akhirnya gue yakin sama jati diri gue. Kalo gue itu straight! Bukan gay!" tukas Aidan lagi.
Percakapan ini semakin membuat Dali sakit. Menusuk ke jantung, menimbulkan luka yang tak terlihat namun terasa.
"Gue akan coba jalanin hubungan gue sama Miska dengan serius. Doain gue ya, Dal" ujar Aidan.
"Iya" semoga cepet putus, anjeeeng.
"Yaudah makan dong!" ujar Aidan sambil membuka plastik. "Yang mana punya gue?"
Dali pun turut membantu mengambilkan Aidan makanannya. Meski sakit hati, namun dia tetap perhatian pada Aidan. Lihatlah seluas apa hatinya untuk seseorang yang sudah tanpa sengaja mencampakkannya. Betapa hatinya tak peduli dengan apa yang Aidan telah lakukan. Dia tetap memilih lelaki satu ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
STUCK ON YOU 4 (END 18+)
RandomWARNING : LGBT STORY HOMOPHOBIC, DILARANG MEMBACA CERITA INI. Aidan, si cowok dingin dan galak, masih di ambang rasa ragu akan jati dirinya yang terasa samar dia rasakan. Dali sendiri tak urung berani untuk mengatakan perasaannya terhadap Aidan yang...