19.

191 25 26
                                    

Saya kembali🏋️

Kenapa tidak simbiosis mutualisme? Saya mendapat vote dan komen dari hasil berfikir, dan kalian menikmati cerita amburadul saya ini.

Ambil manfaat dan sisi positifnya.

H
A
P
P
Y

R
E
A
D
I
N
G

______________________

"Artis tanah air yang dikabarkan bunuh diri pada Selasa kemarin, kini semakin hangat menjadi perbincangan publik."

"Cantik banget padahal," gumam Alen menanggapi siaran berita yang dia dengar dari handphone miliknya.

"Bunuh diri itu apa?" tanya gadis kecil berkebutuhan khusus yang duduk di sebelah mereka.

"Bunuh diri itu mengakhiri hidup," jawab Alen dengan melirik pada lelaki di sampingnya.

Jujur saja, Alen sendiri ragu untuk menjawab pertanyaan sederhana dari gadis kecil tersebut. Sangat sederhana, namun sangat berpengaruh untuk pola pikir seseorang perihal bunuh diri.

"Kalau kita bunuh diri bisa mati? Caranya bunuh diri bagaimana? Aku mau ketemu Ayah sama Bunda!"

"Tidak semua hal itu boleh dilakukan. Dan tidak semua hal itu bisa diulang seperti semula."

Aksa tersenyum tulus dan mengajak arah pandang gadis kecil tersebut untuk menatap ke arah langit. Jemari-jemarinya mengusap lembut surai hitam gadis itu, dengan tujuan memberi semangat melalui isyarat.

"Lihat! Langitnya cantik, warnanya merah karena malu ditatap sama Kila."

"Mataharinya juga cantik, Kak! Lucu, tapi sembunyi-sembunyi!" Terdengar nada girang, meskipun tidak dapat orang-orang dengarkan secara nyata.

"Iya cantik, mungkin sembunyi karena malu kalah cantik sama Kila," jawab Aksa.

"Kalau mau bunuh diri, berarti gak pengen lagi main sama Kakak? Gak mau liatin langit cantik lagi? Tidak semua hal bisa diulang, yakin mau bukuh diri?" tanya lelaki itu.

"Yaudah, gak usah bunuh diri. Aku mau main sama temen dulu, Kak!"

Gadis kecil itu bangkit dari duduknya dan berlari menyusul teman yang lain. Meskipun terkadang anak itu dianggap berbeda dan hanya menjadi pendengar ketika bersama temannya, namun ada rasa bahagia tersendiri apabila mereka tidak membencinya. Ingin dia bercerita kepada teman seusianya, namun meraka belum paham dengan bahasa yang dia gunakan.

"Gue fikir lo tadi mau gombalin bocil," tutur Alen.

"Gue juga tau umur kali, Len."

"Haikal tadi mau nyusul kata—"

Belum selesai Alen berbicara, seseorang menepuk pundak kirinya. Kedua lelaki itu menoleh, mendapati Haikal yang berdiri dengan menenteng sebuah kantong plastik.

"Bawa apa, Kal?" tanya Aksa.

"Oh ini obat, abis dari RS tadi."

"Sendirian?" tanya Alen.

"Ya iya sendirian, orang tua gue mana peduli anaknya sakit," jawab Haikal dengan tertawa lepas sembari melirik kantong plastik berisi obat yang ditentengnya.

"Kok malah ketawa?" Alen kembali bertanya.

"Lo pasti tau lagu Nidji yang judulnya Laskar Pelangi," tebak Haikal.

Anggasta Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang