4 bulan kemudian...
“Halo paman, saya di sini untuk menjemput JiHyo." kata Sana sambil membungkuk.
“Ngomong-ngomong, siapa kamu?" Pria itu bertanya.
“Tidakkah JiHyo memberitahu anda tentang saya?" Sana bertanya bingung. Pria itu menggelengkan kepalanya.
“Saya Minatozaki Sana."
“Sana... Tunggu sebentar." Kata JiHyo dari belakang ayahnya. Pria itu menatap JiHyo lalu ke Sana.
“Masuklah." Pria itu memberi isyarat pada Sana untuk masuk ke dalam. Sana masuk ke dalam dan duduk di sofa menunggu JiHyo. Pria itu duduk di seberangnya.
“Jadi, kamu Sana, pacarnya?" Dia bertanya. Sana mengangguk sambil menunduk.
“Dia pikir aku tidak tahu tentang itu. Tidak perlu memberitahunya bahwa aku tahu hubungan kalian." Kata ayah JiHyo membuat Sana bingung.
“Kenapa paman?" Sana bertanya.
“Ayo pergi. Aku sudah siap. Sampai jumpa ayah." Jihyo mencium pipinya. Ayahnya mengangguk.
JiHyo pergi dengan Sana yang masih bingung dengan kata-kata ayah JiHyo. Sana duduk di dalam mobil dan JiHyo duduk di sampingnya. Sopir kemudian melajukan kemudinya menuju ke tujuan mereka.
“Kenapa kamu tidak memberi tahu ayahmu tentang kita?"
“Apakah kamu memberitahunya?" tanya JiHyo ketakutan. Sana menggelengkan kepalanya membuat JiHyo menghela nafas lega.
“Aku belum mau memberitahunya. Dia tidak akan menerima hubungan kita, aku tahu itu."
“Kau mau melawan dia? Kenapa?"
“Apakah kamu tidak mencintaiku Sana? Aku ingin melakukannya untuk kita."
“Apakah itu tepat untuk kita?" Sana bergumam.
“Aku tidak ingin dikacaukan seperti NaYeon unnie dalam perjodohan apa pun. Aku akan segera memberi tahu ayahku tentang kita."
“Oke. Aku akan menunggu untuk itu." Sana berkata dan mencium pucuk kepalanya.
.
.
.
.
.
"Ini akan menjadi kantor pusat anda, nona." Manajer NaYeon menunjukkan ruangannya padanya.
“Bagaimana dengan yang lain? Tidak ada yang akan membantuku?" tanya NaYeon.
“Ruangan itu. Anda bisa memanggil siapa saja untuk meminta bantuan." Kata manajer sambil menunjuk ruangan di seberang NaYeon.
“Siapa yang menempati disana?"
“Itu kantor sekretaris dan asisten anda. Anda bisa memanggil salah satu dari mereka. Ada dua sekretaris dan hanya satu asisten."
“Kenapa dua sekretaris?"
“Karena rentang pekerjaan. Kami memperluas magang untuk menemukan karyawan yang terampil."
“Oke, panggil mereka ke dalam ruanganku, aku ingin kami saling mengenal." NaYeon berkata sambil duduk di kursi kantor kulit hitamnya yang tinggi. Manajer mengangguk dan membuat panggilan telepon untuk memanggil orang-orang di dalam.
Mereka menunggu orang-orang masuk. Hanya dalam satu menit, dua orang masuk ke dalam ruang kantor. Nayeon mengerutkan kening melihat hanya ada dua karyawan dihadapannya.
"Mana yang lain?" tanya NaYeon.
“Beliau memiliki sesuatu yang penting untuk ditangani. Beliau akan segera datang." Salah satu dari mereka berkata.
“Perkenalkan dirimu kepada CEO masa depanmu." Kata manajer.
“Halo Nona, saya Hwang Yeji, asisten anda." Ucap Yeji sambil membungkuk 90 derajat.
“Halo Nona, saya Shin RyuJin, sekretaris anda. Saya masih magang di sini." Ryujin juga membungkuk 90 derajat untuk menghormati CEO baru baru.
NaYeon mengangguk pada kedua pria itu dan melambaikan tangannya memberi isyarat agar mereka pergi. Mereka membungkuk lagi dan meninggalkan kantor tetapi manajer menghentikan mereka.
“Suruh dia kesini ketika dia akan kembali." Kata manajer.
“Pak, dia pergi membeli makanan ringan untuk semua orang. Dia akan sedikit terlambat." Kata RyuJin sambil menatapnya.
“Kenapa? Apakah dia pelayanmu?"
“Tidak, dia selalu melakukan itu untuk staf kami. Dia pikir dengan cara itu dia akan mempelajari keterampilan baru."
"Dia mau menghabiskan uangnya?" NaYeon bertanya sambil mengerutkan kening.
“Dia mengumpulkan uangnya dari semua orang yang nitip dibelikan olehnya." Kata Yeji kali ini.
“Mengesankan. Oke kalian bisa pergi." NaYeon mempersilahkan mereka pergi. NaYeon menghela nafas lega sembari melihat sekeliling perabotan di dalam ruangannya.
NaYeon sedang sibuk melihat semuanya dari dekat ketika seseorang membuka pintu tanpa mengetuk. NaYeon tersentak dan menatap orang itu.
“Hei sayangku. Bagaimana kabarmu?"
“Hi Ayah." NaYeon memaksakan senyumannya.
“Jadi akhirnya, kamu di sini di posisiku." Ucapnya sambil duduk di kursi.
“Benarkah?" Tanya NaYeon sambil tersenyum.
“Belum. Belum sampai kamu menikah dengan mark."
“Ayah berhenti membicarakan ini sekarang. Aku sedang tidak mood."
“Tapi itulah kenyataannya sayang. Menikahlah dengan Mark dan jadilah CEO selamanya. Kau tahu kenapa aku mengangkatmu menjadi CEO sekarang?"
"Ya, aku tahu itu. Agar aku bisa tahu bagaimana seorang CEO bekerja dan segera menikah dengan Mark hanya untuk mendapatkan posisi ini. Ayah sudah mengulangi ini untuk kesebelas kalinya."
“Bagus. Ingatlah hal itu dan kamu akan menangani perusahaan setelah aku. Itulah yang selalu kamu inginkan."
“Ya, itu yang selalu aku inginkan." Kata NaYeon sambil menghela nafas.
“Jadi, aku harus pergi sekarang. JaeBum ada rapat bersamaku." Katanya sambil mengancingkan jasnya. NaYeon mengangguk dan dia keluar dari ruang kantor.
.
.
.
.
.
“Dan ini untuk unnie." kata ChaeYoung saat sedang memberi makan Nami.
“Tidak, ini untuk Oneechan."
“Panggil dia unnie. Aku menyukainya."
"Biarkan dia memanggilku apa pun yang dia inginkan." Kata Mina membersihkan meja setelah mereka selesai dengan makan siang mereka.
“Dan ini untuk..." tanya Chae Young membuat Nami membuka mulutnya.
“Oppa Chae Young.” Kata Nami dan ChaeYoung menyuapinya sambil cemberut.