[16] Us

917 158 23
                                    

Malam ini Jeno, Haechan, Lia dan juga Kalila pergi hangout berempat untuk pertama kalinya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Malam ini Jeno, Haechan, Lia dan juga Kalila pergi hangout berempat untuk pertama kalinya. Alea sudah tidur dan ia tidur di rumah Ryujin.

Besok akhir pekan jadi mereka ingin bersenang-senang setelah penat dari urusan pekerjaan.

Mereka pergi ke Myeongdong Night Market salah satu pasar malam yang paling terkenal di Korea, atas rekomendasi Lia. Katanya Lia ingin Kalila tahu bagaimana suasana di sana.

Pasar malam ini terkenal dengan makanan ringan khas korea yang sangat enak dan cukup murah.

Jadi saat mereka tiba di sana mereka langsung mendatangi tiap pedagang untuk membeli dan memakan makanan tersebut di sana langsung.

"Gimana, Kal?"

"Gue suka banget, kak! Banyak makanan yang enak."

Tidak lupa, mereka juga mengunjungi beberapa toko yang menjual pakaian atau aksesoris-aksesoris yang lucu.

"Liat deh, gelang ini lucu ya? Kita beli samaan yuk?" Tanya Lia pada Jeno dan Haechan.

Keduanya langsung menatap tidak suka, "Apaan sih, terlalu hello kitty buat di pake Jeno yang hulk."

"Sialan!"

"Kenapa? Lucu kok, kita beli ya samaan? Apa ya di sebutnya- tanda persahabatan?"

"Li, kita bukan anak SMP."

Lia merajuk, "Yaudah gak usah!"

"Kita aja yang beli. Haechan gak usah di ajak." Jeno sebenarnya tidak suka tapi mau bagaimana lagi jika Lia mau.

"Heh, Kalian berdua gak akan ketemu kalo bukan karena gue ya?"

"Tadi katanya gak mau!"

"Sekarang mau."

"Yaudah berarti lo yang bayarin ya?" Lia bersemangat memilih gelang untuknya dan yang lain.

"Kal, ini lo juga pake."

"Gue?"

"Iya. Lo."

"Nggak usah kak. Itu kan gelang persahabatan, gue gak usah."

Lia memaksa kemudian langsung memakainya di tangan Kalila, "Lo juga sahabat kita mulai sekarang."

Kalila memandangi gelang tersebut, gelang persahabatan? Jadi begini rasanya mempunyai seorang sahabat? Kalila tidak bisa menyembunyikan senyumnya.

Setelah menggunakan gelang yang sama mereka kembali berjalan mengelilingi pasar.

"Chan lo foto di situ deh gue fotoin."

"Gue? Tumben amat lo yang nawarin motoin gue?"

Jeno biasanya paling anti di foto atau dimintai untuk memfotokan. Jadinya Haechan heran, namun tetap menurut kemudian berjalan mendekati boneka beruang besar.

          

"Soalnya lo mirip sama dia."

"Lucunya?"

"Kulitnya."

"Monyet!"

"Beruang lo bilang monyet."

Lia dan Kalila tertawa. Sedangkan Haechan mengutuk Jeno dengan matanya.

Mereka kembali berjalan, kali ini mereka masuk ke game center.

"Gimana kalo taruhan?" Kalila mengeluarkan idenya sebelum bermain.

"Lo suka banget sama taruhan perasaan."

"Biar seru."

"Oke, kita bagi tim."

"Yang kalah harus ngapain?"

"Cat walk di jalan aja gimana?" Saran Haechan.

"Jangan gila!" Jeno protes.

"Kalo handstand atau kayang gimana?"

"Itu lebih gila, bego!"

"Yaudah sih kita maen dulu, taruhannya kita pikirin nanti."

Setelah itu mereka main kertas gunting batu untuk membentuk tim.

"Kenapa harus sama lo sih?"

"Emangnya gue mau sama lo!?"

"Bagus, Li. Mereka bakal gelut terus. Kita bakal menang!"

Haechan dan Lia berseru senang. Jeno dan Kalila jika disatukan bukan membentuk tim, yang ada permusuhan dalam tim.

Game pertama yang mereka lakukan yaitu game tembak zombie, dan sesuai prediksi Jeno dan Kalila kalah karena bukannya bekerjasama menembak zombie mereka malah bertengkar dan saling menyiku.

Game yang kedua bola basket.

Awalnya Jeno dan Kalila bermain dengan baik sebelum akhirnya bola yang Jeno lemparkan memantul dan mengenai kepala Kalila.

"YAAA!"

Jeno menoleh dan menemukan Kalila sedang memegangi kepalanya.

"Lo kenapa?"

"Pake nanya lagi! Lo gak bisa ngontrol tenaga lo, bukannya masuk ke ranjang bolanya malah ke gue!"

Di sisi lain Lia dan Haechan baru saja bersorak karena menyelesaikan game dengan nilai yang tinggi.

"Ini salah lo! Kita jadi kalah lagi!"

"Lo kenapa mantulin bola ke kepala gue, bego!?"

"Sama bola doang gak akan sampe sesakit itu kali!"

"Apa lo bilang? Doang?! Oke!"

Kalila mengambil bola kemudian melemparkannya pada Jeno langsung.

"YAA!!"

"Sakit kan? Sakit kan?!"

Lia dan Haechan hanya bisa menggeleng-gelengkan kepalanya.

🏠🏠

Kalila dan Jeno masih memegangi kepalanya. Selain karena masih sakit akibat bola basket, mereka juga harus menerima hukuman sentilan dahi karena kalah taruhan.

"Kita beli eskrim yuk sekarang?"

Lia berlari semangat mendekati outlet pedagang eskrim. Ada berbagai rasa yang tersedia. Katanya eskrim disini sangat enak.

"Rasa matcha 1 Pak!" Lia menjadi orang yang pertama memesan.

"Gue vanila!" Pesan Haechan.

"Gue coklat."

Find Your Home (✓)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang