Jisung, Jeno
Slice of Life
©fedmydream°°°
“Kau tidak mau pulang, Jisung-ah?”
Titik cahaya menyebar dengan cepat, menampilkan ruang latihan penuh kaca. Di depan saklar, Jeno melirik Jisung yang masih menari dengan semangat. Tubuh pria itu tampak mengalir mengikuti irama lagu yang menggema, jam dinding sudah menunjukkan pukul sebelas malam, tetapi tidak ada tanda bagi sang empu untuk berhenti. Baju yang dikenakannya telah menempel sempurna membentuk lekuk tubuh; banjir keringat.
“Jisung.”
Tidak mendapatkan perhatian yang termuda, Jeno kemudian melangkah menuju meja operator dan menghentikan lagu. Keheningan lantas mengambil alih, Jeno pun menyadari perubahan suasana saat perhatian si penari teralihkan.
“Kau tidak perlu menungguku, pulang saja,” kata Jisung lalu kembali menari. Absennya irama tidak menghalanginya, tidak ada yang bisa mencegah Jisung untuk bergerak, bahkan seorang Jeno yang kini menggenggam lengannya.
“Sudah malam. Kau juga harus pulang,” tukas pria itu.
Tidak ada yang memprediksi ledakan situasi beberapa jam yang lalu. Seperti biasa, mereka berkumpul dan menunggu pelatih datang. Renjun sibuk bergurau bersama Chenle, Haechan bertengkar kecil dengan Mark, kemudian Jeno, Jaemin, dan Jisung yang membicarakan menu makan malam di asrama nanti. Pelatih lalu datang dan latihan yang sebenarnya pun dimulai. Awalnya semua berjalan dengan lancar; kekuatan, ketukan, keselarasan. Namun menjelang satu jam pertama, Jisung tiba - tiba kehilangan fokus dan melakukan banyak kesalahan. Pelatih menegurnya bersama beberapa anggota, tetapi itu justru membuatnya semakin buruk, Jisung bahkan kehilangan tempo pada gerakan awal untuk semua lagu yang diputar. Latihan pun terpaksa ditunda.
Mengejutkan semua orang, bahkan setelah waktu yang diberikan, Jisung tidak kunjung membaik. Sukses menjadi latihan terburuk mereka setelah debut.
“Dengar, kau sudah tidak fokus sejak sore tadi, dan memaksakan diri untuk berlatih seperti ini tidak akan membuatmu lebih baik.”
Intonasi Jisung tiba - tiba menaik, “Hyung tidak lihat aku sudah berusaha!? Kenapa ketika semua orang pergi, aku bisa berlatih dengan baik? Memangnya kau tidak melihatnya!?”
Jeno spontan terkejut, tetapi ia pemegang kontrol terbaik di Dream bukanlah tanpa alasan. Tanpa mengindahkan intensitas di antara mereka, Jeno kemudian menepuk bahu Jisung dan melangkah pergi keluar ruangan. Sebelum pintu benar - benar tertutup, pria itu berkata, “Aku akan menunggu di luar. Tidak perlu khawatir, kau adalah penari terhebat yang pernah aku kenal.”
Jisung tidak mengatakan apa pun, hanya berdiam diri seraya menatap pantulan wajahnya di cermin. Ia terkekeh kering, “Penari terhebat, katanya.”
Padahal Jisung tidak membutuhkan apa pun selain ditinggalkan sendiri. Semua urusan akan selesai lebih cepat tanpa perlu menciptakan perdebatan yang sia - sia. Jeno mungkin tidak marah, tetapi pria itu cukup bodoh untuk merasa peka.
°°°
#30DWC
#30DWCJilid31
#Day16
KAMU SEDANG MEMBACA
SHALLOW - NCT Dream
Fanfiction[TAMAT] 💌 Kumpulan drabble/ficlet Dream dalam alur yang berbeda - Thursday, 210121 - Wednesday, 220615