Hope For The Future

2.1K 234 11
                                    

Rafe's POV

Ketika aku mengajak Dian untuk bertemu dengan teman-temanku, aku tidak bermaksud untuk membuatnya merasa kecil di hadapan mereka. Terutama di hadapan Adam. Sebab aku hanya ingin memamerkan orang terkasihku kepada teman-teman dekatku, agar mereka juga bisa merasakan kegembiraan dan kebanggaan di hatiku untuk bisa menjadikan Dian sebagai pendamping hidupku setelah sekian tahun lamanya.

Awalnya aku tidak berniat untuk mempertemukan mereka, karena aku lebih memilih untuk mengumumkan hubungan kami kepada semua orang sekaligus melalui undangan pernikahan secara langsung. Tapi, Dave yang merupakan sahabat karibku yang sudah mengetahui kepulanganku ke California tidak henti-hentinya membombardirku untuk meminta bertemu dengan orang yang bisa menggerakkan hatiku. Akhirnya kami pun membuat janji temu. Tapi aku tidak tahu bahwa Adam akan ikut serta dalam pertemuan ini. Sebab aku mengira Dave hanya akan mengajak Roy dan tunangannya, Scarlet. Alih-alih justru Adam-lah yang muncul di sana.

Sebenarnya aku selangkah lagi ingin memutar tubuh untuk pulang, tapi kemudian aku berpikir bahwa tidak ada yang harus aku khawatirkan dari kehadiran Adam di pertemuan ini. Dan jika aku mengurungkan niat untuk menghadiri janji temu ini, Dian tentunya akan lebih merasa bertanya-tanya akan sikapku yang tiba-tiba berubah. Bisa saja dia kemudian menaruh curiga padaku. Tapi sayangnya, yang ingin aku hindari justru terjadi.

Aku sudah menyadari bahwa Dian amat sangat tidak nyaman berada di kafe, dan aku juga sudah menyadari bahwa Adam beberapa kali terdengar seperti mengeluarkan sindiran-sindiran padanya. Tapi aku tidak bisa langsung menghardiknya atau apa di hadapan umum, karena biar bagaimana pun ketegangan ini harus aku selesaikan di belakang publik. Namun kenyataannya, keragu-raguanku justru membuat suasana hati dan perasaan Dian semakin menjauh. Hingga akhirnya ia mengutarakan keinginannya untuk membatalkan rencana pernikahan kami yang sudah berjalan hampir setengahnya. Aku pun mengelak dari permintaannya itu. Bukan karena aku tidak peduli dengan keinginannya, tetapi lebih kepada kepercayaanku akan perasaan Dian yang sebenarnya untukku yang ia coba untuk sembunyikan dan abaikan. Akhirnya aku pun berhasil mengulur waktu sampai kami tiba di Indonesia untuk acara pertemuan keluarga.

Ketika Dian yang kelelahan dan bersuasana hati buruk tertidur lelap sejak perjalanan pulang dari bandara hingga ke kediaman keluargaku, dan baru terbangun esok harinya, aku tidak memberitahunya bahwa kami tidur satu kamar dan di satu tempat tidur yang sama. Bahkan selama Dian tinggal di rumah keluargaku di California, kami pun juga tidak tidur di satu kamar, apalagi di satu tempat tidur. Sebab kami berdua menyadari bahwa hubungan dan perasaan kami belum sampai sejauh itu yang bisa dengan kasual berada di satu ranjang untuk menghabiskan malam. Tapi, bukan berarti saat aku tidur sekamar dengan Dian aku melakukannya dengan sengaja atau melakukan hal-hal yang tidak pantas. Hal itu terjadi karena aku sudah terlampau lelah untuk mengeluarkan tenaga ekstra untuk mencari kamar lain. Jadi malam itu aku pun juga langsung terlelap. Lalu keesokan harinya aku pun mengiyakan permintaannya untuk pergi ke memenuhi janji temu dengan temannya.

Kembali ke beberapa saat yang lalu ketika kami baru sampai di kafe, Dian dengan perasaan membuncah penuh kegembiraan melesat keluar dari mobil tanpa menungguku untuk ikut keluar. Aku pun hanya bisa menggeleng-gelengkan kepala melihat suasana hatinya yang sudah sedikit lebih baik dan dia bisa kembali menjadi dirinya yang biasanya, yaitu selalu ceria. Tapi yang membuatku sedikit terkejut adalah ketika Dian berinteraksi dengan cukup—hmm bagaimana ya menggambarkannya—terlampau familiar? Ya, mungkin seperti itu yang bisa kukatakan setelah melihat interaksi Dian dengan laki-laki bernama Andreas itu.

Ada perasaan janggal yang muncul di benakku saat kami berkenalan. Insting dan naluriku juga seperti membunyikan bel peringatan pada laki-laki ini. Meskipun Dian mengatakan bahwa laki-laki itu adalah kekasih dari teman wanitanya, Inneke, tapi aku tetap merasa ada yang tidak benar dari cara laki-laki itu berbicara, bersikap, ataupun bereaksi terhadap Dian.

Teach Me How to be Gay! [Revised Version]Tahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon