[4] : Ekspetasi Yang Terlalu Tinggi

105 54 15
                                    

"Aku harap kamu cemburu padaku. Dan jika benar begitu, itu berarti kamu menaruh perasaan padaku."

🍦🍦🍦

🍦🍦🍦

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

4. Ekspetasi Yang Terlalu Tinggi

Warna langit mulai berubah ketika Naomi dan Genta tiba di halaman rumah mereka. Angin sore sekarang lumayan dingin membuat anak rambut Naomi sedikit beterbangan di udara. Setelah turun dari motor, Naomi menyerahkan helmnya pada Genta yang langsung diterima oleh lelaki itu.

Sepulang dari sekolah Naomi menunggu Genta dulu untuk bermain basket di lapangan. Hari ini adalah jadwalnya ekskul basket. Dan setiap jadwal itu, Naomi selalu menunggu Genta. Duduk di kursi yang selalu ia duduki di dekat lapangan.

"Pulang, mandi, terus makan," kata Genta seperti biasa ketika mereka pulang.

"Iya, iya, gue tahu kok," jawab Naomi.

Genta hanya mengangguk lalu melangkah ke rumahnya. Tapi baru saja dua langkah, lengannya di pegang oleh Naomi membuat Genta terpaksa menghentikan langkahnya dan berbalik badan, "Apa?"

Naomi melepaskan cekalan tangannya, "Hari ini ada tugas Ekonomi,"

"Iya gue tau,"

Naomi berdecak, "Bukan gitu. Lo tahu kan gue gak bisa pelajaran Ekonomi. Bener-bener nggak ngerti banget kalo soal itung-itungan. Jadi, kita kerjain bareng, oke?" tawar Naomi disertai dengan senyumannya.

"Bilang aja lo mau nyontek," tuding Genta.

Sontak saja Naomi menatap tak percaya pada Genta, "Sembarangan lo! Ya nggak lah. Kan tadi gue udah bilang kita kerjain bareng bukannya malah nyontek. Gue juga bisa kali. Ya ... walaupun nggak ngerti,"

"Sama aja." tukas Genta kesal, lalu menghembuskan nafas panjang, "Ya udah, iya."

"Makasih, Neta..."

Di lain tempat—tepatnya di jendela kamar lantai atas—Andira sedari tadi memperhatikan mereka berdua. Cekikikan sendiri menatap sang adik yang selalu menjawab singkat pada Naomi padahal lelaki itu menyimpan perasaan pada sahabatnya. Ya, itu yang Andira kira.

DiantaraKita•

Genta berjalan menuju rumah Naomi disamping rumahnya. Ditangan kanannya dia memegang dua kotak susu rasa coklat kesukaannya dan ditangan sebelah dia membawa buku-buku dan alat tulis yang diperlukan untuk mengerjakan tugas sekolah sesuai ajakan Naomi tadi sepulang sekolah.

Di ruang tamu ada Bi Entin yang sedang membersihkan debu-debu pada foto keluarga Naomi juga hiasan-hiasan yang lainnya.

"Selamat malam, Bi."

Bi Entin menoleh, menghentikan kegiatannya

"Eh ada Genta. Mau ke Non Omi, ya?"

Genta mengangguk sambil tersenyum, "Eh iya, Bi, tadi Omi udah makan?"

          

"Udah, baru aja dia makan."

"Syukur deh kalo gitu." Hatinya lega sekarang. Lelaki bermata sipit itu berlalu menaiki tangga menuju lantai dua dimana kamar Naomi berada.

Sudah menjadi kebiasaannya jika dia berkunjung ke rumah Naomi, lelaki itu tidak mengetuk pintu kamar sahabatnya terlebih dahulu. Langsung saja masuk dan merebahkan tubuhnya di atas kasur.

"Nih buat lo." Lelaki berhidung mancung itu memberikan satu kotak susu pada Naomi yang sedang memainkan ponselnya.

"Thanks."

Naomi menyimpan ponselnya diatas nakas. Meminum susu kotak pemberian dari Genta.

"Ngerjain tugasnya mau dimana?"

Genta langsung beringsut duduk, "Lo yang ngajak berarti lo yang harus nentuin tempatnya dimana," ujarnya sambil meminum kotak susu.

"Oke deh kalo gitu," Naomi tampak berpikir sebentar, lima detik kemudian dia tersenyum, "Di halaman rumah aja. Angin malem ini seger banget."

Genta mengangguk.

"Ya udah cepetan keburu malem banget." ajak Genta berlalu meninggalkan kamar Naomi.

"Iya bentar gue ambil dulu bukunya."

Selepas mengambil buku dan alat tulis Naomi berjalan menuju halaman rumah. Tersenyum ketika melihat Bi Entin sedang menyapu lantai di lantai bawah.

"Bibi kalo mau istirahat mah sok aja gapapa. Nanti takutnya Bibi kecapekan terus sakit,"

Bi Entin mendongak mengehentikan kegiatannya, "Eh, ada Non Omi. Gapapa kok Non bibi gak capek, ini tanggung dikit lagi,"

"Oh, ya udah atuh. Tapi Bibi jangan sampe capek ya entar kalo Bibi sakit siapa yang nemenin aku di rumah,"

"Iya, Non, tenang aja tubuh Bibi masih kuat kok." ucapnya menepuk-nepuk dada sebelah kiri.

Naomi terkekeh kecil, "Aku ngerjain tugas dulu, ya."

Bi Entin mengangguk sambil tersenyum.

Di halaman rumah tepatnya di kursi yang terbuat dari kayu ada Genta disana. Naomi lantas berlari kecil menghampiri sahabatnya itu.

Ditemani dengan angin yang meniup anak rambut mereka berdua mengerjakan tugasnya masing-masing. Jika ada yang tidak dipahami oleh Naomi gadis itu selalu menanyakan dan meminta untuk menjelaskan materi pada Genta. Anehnya kenapa ketika guru menjelaskan materi di sekolah, otak Naomi selalu tidak menangkap apa yang guru tersebut jelaskan tapi berbeda ketika diajarkan oleh Genta, gadis yang mengenakan kaos oblong itu langsung paham seketika.

Naomi tersenyum ketika sudah mengerti. Dia mengerjakan tugasnya dengan sendiri dan tatkala sudah selesai bukunya dia serahkan kepada Genta untuk diperiksa lagi jika ada yang salah.

"Selesai juga," ucap Naomi mengangkat kedua tangannya hingga suara jari yang seperti dipatahkan terdengar.

"Pulang sekarang. Cuci muka terus tidur, udah jam setengah sembilan." pesan Genta beranjak dari duduknya.

"Eh mau kemana?" Buru-buru Naomi menyegah Genta pulang, memegang tangan sahabatnya.

"Pulang, Mi..."

Naomi berdecak, "Jangan dulu pulang dong. Baru juga jam segini masih belum malem amat kali. Mending ikut gue, kita nikmatin malam yang indah ini." ajak gadis dengan rambut diikat ke belakang itu menarik Genta menuju halaman rumput yang bersih didekat kursi.

Mereka duduk bersila disana. Genta menuruti saja ajakan dari Naomi. Apapun yang Naomi lakukan itu diperbolehkan selalu asalkan gadis itu bahagia Genta juga ikut bahagia.

Diantara KitaWhere stories live. Discover now