Akhirnya setelah dua puluh menit memilih dan mengganti baju hingga Ian merasa kedua kakinya sudah seperti jelly, Nirle memutuskan untuk membeli baju one-piece berwarna hijau olive pilihan Jetamine. Ian melihat Nirle memeluk baju itu di tangan kirinya sementara tangan kanannya mengambil tas jinjing yang sedari tadi dia letakkan di lantai. Sementara Ian yang masih di posisi berdirinya sambil menyandarkan punggung, Jetamine berada di belakang Nirle untuk membantu gadis itu berpakaian.
Sesekali mata Ian tak sengaja bersibobrok dengan mata Nirle, membuat hawa di antara mereka berdua semakin canggung dari sebelumnya. Ian menggaruk belakang lehernya lalu berdeham, "Nirle, aku akan membayar bajunya." Kata Ian halus sambil mencoba untuk menggerakkan tangan untuk mengambil baju one piece yang ada di pelukan lengan Nirle.
Sontak, Nirle semakin menggeratkan tangannya di pelukan baju miliknya. Dia menatap Ian kesal, "Kenapa tiba-tiba?"
Ian berdeham lalu melirik Jetamine yang juga menatapnya bingung. Dia juga tidak tahu kenapa tiba-tiba ingin membayar belanjaan Nirle. Ada sesuatu di diri Ian yang membuatnya seperti merasa harus membayar barang belanjaan seseorang perempuan jika dia bisa.
Dulu saat ibunya masih belum menikah dengan ayah Leoniel, Ian akan mencari pekerjaan serabutan dan menyisihkan uang jajannya untuk dapat menraktirnya. Ibunya akan sangat terharu dan mengatakan kata-kata manis setelahnya. Hal itu menjadi kebiasaan di diri Ian yang tanpa sadar dia lakukan kepada siapapun yang dia suka.
Ian menggaruk lehernya yang tidak gatal, "Eh? Em... Sudah lama aku tidak membelikan sesuatu kepadamu, jadi aku tiba-tiba ingin menraktirmu saja, Nirle."
Alis Nirle berkerut, "Perkataanmu seolah mengatakan kau selalu membeliku apapun yang kumau." Bibir Nirle membentuk seringaian, "Apa kau kira aku akan menyukaimu ketika kau membelikanku sesuatu, Ian?"
Ian tidak menjawab apapun. Hatinya terluka mendengar perkataan Nirle yang tanpa sebab membuat Ian tidak bisa berkata apapun lagi. Dia ingin membantah, namun kepercayaan dirinya mendadak hilang. Mata Ian melirik Jetamine sesaat dan pipi pria itu langsung memerah malu saat Jetamine melihatnya kebingungan.
Jetamine pasti mengira Ian adalah tipikal pria yang merasa semua hal di dunia dapat dia miliki hanya karena uangnya.
Mata Ian melirik ke lantai, lalu sebelum dia membuka mulutnya untuk menyerah dan membiarkan Nirle mengantri, suara Jetamine terdengar di telinganya.
"Well, aku tidak merasa Ian adalah seorang pria yang punya jiwa om-om menjijikkan seperti itu, Nirle. Mungkin saja dia memang ingin menraktirmu sebagai... calon adik iparnya?" Kata Jetamine yang sedikit terhenti untuk mendapatkan kata-kata yang bagus untuk dapat membela Ian.
Sementara Ian sudah melirik Jetamine seolah-olah pria itu sedang berterimakasih tanpa suara.
Jetamine hanya tersenyum kecil kepada Ian sebelum Nirle mendengus keras, membuat pandangan mereka berdua langsung tertuju kepada Nirle.
"Setelah kupikir-pikir, kau selalu membelanya ya? Apa kalian berdua sedang merencanakan sesuatu untuk mengambil hatiku? Kubilang saja ya, apapun rencana kalian berdua, aku tidak akan membatalkan pernikahanku dengan Leoniel." Kata Nirle sambil menyeringai menang kearah Ian dan Jetamine.
Namun, kedua ekspresi yang ditampilkan mereka sangat berbeda. Ekspresi Ian menunjukkan dirinya sedikit tersinggung dengan tuduhan Nirle, sementara Jetamine menampilkan ekspresi dingin yang tampak jelas sekali dimatanya.
"Kau sekarang tampak menyedihkan, Nirle." Ujar Jetamine kepada Nirle, membuat gadis itu memelototi Jetamine. Namun, sebelum Nirle membuka mulutnya untuk berbicara, Jetamine memotongnya, "Apa kau se takut itu pernikahanmu dengan Leoniel tidak akan berhasil sampai kau menutupi rasa tidak percaya dirimu dengan mencurigai semua orang?"
Nirle tidak menjawab apapun.
"Atau kau tidak ingin menerima kebaikan apapun dari Ian karena kau takut hatimu akan jatuh pada pesonanya. Atau... apa selama ini kau menghindari Ian karena kau tahu bahwa sebenarnya kau sudah menyukainya?" Tanya Jetamine lagi. Kali ini gadis berdarah Noarch tersebut menyeringai kepada Nirle yang wajahnya sudah memerah seperti tomat rebus.
Gadis itu menatap Ian dan Jetamine bergantian, lalu dia mendorong pakaian di tangannya kepada Ian, "Kalau kau memang segitu ingin membayarnya, cepatlah. Namun ingat, aku tetap tidak akan bisa membalas perasaanmu."
Setelah mengatakan hal itu, Nirle pergi meninggalkan mereka berdua sambil terlebih dahulu mendorong bahu Jetamine dengan bahu miliknya. Ian dan Jetamine masih melihat Nirle yang berjalan menjauhi toko tanpa melihat kebelakang.
Setelah gadis itu menghilang dari pandangan mereka, Ian dan Jetamine saling menatap dalam diam lalu tak beberapa lama, mereka langsung tertawa.
"Terimakasih sudah menjawabnya, Jets." Kata Ian setelah selesai tertawa.
Jetamine lalu mengangguk sebelum menyeringai jenaka, "Dia menyebalkan, sih. Bagaimana kau bisa menyukai gadis gila seperti itu."
Ian tidak menjawab. Pria itu hanya tersenyum sendu. Jetamine yang melihat Ian tidak menjawab candaannya juga ikutan tersenyum kecil. Gadis itu menepuk-nepuk lengan atas Ian pelan.
"Kalau gitu aku kan menyusulnya. Takutnya kalau Nirle dibiarkan sendiri, dia malah bertengkar dengan orang yang tak dikenal." Kata Jetamine sambil memutar bola matanya.
Ian hanya terkekeh lalu mengangguk. "Aku akan menelponmu setelah membayar ini." Tangannya mengangkat pakaian berwarna kesukaannya itu kedepan wajah Jetamine, membuat gadis itu harus melangkah mundur beberapa senti.
"Oke. Duluan ya, Ian."
***
Langkah Jetamine memelan saat dia melihat seseorang yang dia cari ternyata sedang duduk di bangku yang sengaja disediakan oleh pihak mall. Nirle sedang termenung memandang ke lantai satu mall yang dapat dilihat dari pagar pembatas kaca di lantai lima. Nirle sedang memakai earphone di kedua telinganya saat Jetamine memanggil namanya.
"Nirle." Panggil Jetamine lagi.
Masih tak juga menjawab.
Jetamine berdecih kecil lalu mendudukkan diri di samping Nirle lalu mengangkat tangannya untuk mengambil satu earphone gadis itu, membuat Nirle tersentak dari lamunannya. Saat sadar bahwa yang duduk disebelahnya sekarang adalah Jetamine, wajah Nirle semakin mengerut tak suka.
Jetamine membiarkannya. Sejak mengenal gadis ini sampai beberapa minggu, Jetamine sudah cukup tau cara men'jinakkan' Nirle. Terimakasih juga kepada gen keras kepalanya yang sudah ada sejak lahir. Jetamine jadi mengetahui cara menjawab kekeras kepala-an Nirle.
Sebenarnya sifat mereka berdua sedikit mirip.
"Aku mencarimu kemana-mana."
Jetamine tidak berbohong. Sudah hampir sepuluh menit Jetamine memutari lantai empat mall untuk mencari Nirle, hampir menyerah dan akhirnya menemukan gadis itu ternyata duduk di lantai lima saat dia merenggangkan kepalanya ke atas.
"Siapa suruh kau mencariku? Kenapa kau tidak menemani Ian saja? Aku sedang ingin sendiri." Jawab Nirle sambil mengambil earphone miliknya dari tangan Jetamine. Gadis itu memasang earphone tersebut ke telinganya sebelum kembali mengacuhkan Jetamine lagi.
Jetamine yang melihat itu hanya mendengus tidak perduli lalu mengambil ponselnya untuk mengirimkan pesan singkat kepada Ian untuk menemui mereka di pagar pembatas di lantai lima.