*14*

264 40 0
                                    

Kantin kampus siang itu cukup ramai, Jakarta sedang panas dan minum jus atau sekedar es teh rasanya sangat membantu untuk menenangkan dahaga. Sama halnya dengan Ochi dan Lisa yang saat itu sedang menunggu pesanan mereka.

"chi" Lisa bersuara dengan lesu.

"hm?" jawab Ochi seadanya yang fokus dengan smartphone.

"gue udah buat keputusan"

Obrolan mereka terinterupsi ketika jus strawberry mereka datang, dengan beberapa cemilan yang Ochi sukai. Ah, sebenarnya Ochi makan apa saja selama itu bisa ditelan. Setelah mengucapakn terima kasih, Ochi bertanya pada Lisa meneruskan obrolan terpotong tadi.

"keputusan apaan?" ujarnya sambil menyuap kentang gorengnya.

"gue udah ambil keputusan buat menerima syarat dari Elvano" ujar Lisa. Ochi yang tengah menyeruput jusnya langsung tersedak, bahkan jusnya keluar dari hidung, Lisa menatap Ochi dengan jijik.

"DEMI APA?!" dan masih sempat bertanya. Padahal ia sudah menjadi pusat perhatian dikantin itu.

"demi idung lo yang ingusan jus" ujar Lisa menarik beberapa lembar tissue dan mengelap hidung Ochi.

"lu kenapa anjir?" Clafita yang tiba-tba datang juga ternganga dan bingung kenapa ingus Ochi berwarna pink. Jennie yang juga merasa jijik mendorong kotak tissue pada Ochi.

"ini kak. Lisa nerima perjodohan dari Elvano" Ochi sambil mengelap hidungnya.

"HAH!?" Cla tak bisa santai, mereka jadi perhatian seisi kantin sekarang.

"jadi...akhirnya lo nerima tawaran Elvano?" tanya Jennie dengan santai yang ditanggapi Lisa dengan anggukan, sepertinya hanya Jennie yang tak terkejut dengan keputusan Lisa. Walau awalnya seperti tak ada kemungkinan Lisa menerima tawaran itu, tapi ia jelas tahu kalau keluarga adalan prioritas Lisa diatas segalanya.

"yakin Lis? Ga bakal nyesel?" tanya Cla khawatir.

"untuk saat ini, menerima adalah keputusan terbaik kak. Gue lebih milih nyesel nerima daripada nyesel ga nerima. Kalau misalnya ternyata dia punya niat yang ga baik ke gue, ya udah itu resiko yang bakal gue tanggung. Tapi gue ga bisa nanggung kalau keluarga gue berantakan karena kesalahan keputusan yang gue ambil" ujar Lisa dengan senyum sendu.

"ada kita kok disini Lis" Jennie memeluk Lisa mencoba memberikan kekuatan "kalau dia coba nyakitin lo, gue ga akan tinggal diam"

"Makasih kak" Lisa bersyukur, dia memiliki teman-teman yang menyayanginya, begitupun keluarganya sehingga apapun yang akan dia hadapi kedepannya dia merasa tidak sendirian.

Jennie merasa geli sendiri, entah kenapa Lisa berpikir seperti dia akan pergi berperang, padahal ia memiliki feeling yang kuat, jalan ini lah yang akan memberikan kebahagiaan padanya. Seperti jalan tuhan membalas Lisa atas kebaikan hatinya selama ini. Dia bukannya tidak menyukai Arvin, hanya saja ia merasa Arvin belum pantas untuk Lisa. Namun ia tak pernah menyuarakan pemikirannya itu kepada Lisa, tentu itu akan menyinggungnya.

*****

EL & ALTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang