Thirty One [BSHvSMP]

6 2 1
                                    

Bismillah ....

Assalamu'alaikum, annyeong!

Jangan lupa tersenyum meskipun suasana hati sedang mendung :).

Happy reading~

🎬🎬🎬

Gadis imut dengan gamis hitam dan jilbab segitiga yang senada telah siap dengan segala perlengkapan yang sudah ada di kamar. Setiap ada z*om yang mewajibkan menyalakan kamera, Nadya pasti mengikutinya di kamar almarhum Eyang Kung. Karena di sana sepi dan tidak ada yang mengganggu.

Guna mengurangi kegugupan yang ada sembari menunggu kajian dimulai, Nadya merekam video random dan berfoto-foto menggunakan filter yang tersedia di Instagr*m. Nadya senang mengoleksi foto dan merekam video, tanpa meng-upload ke sosial media. Yap, si imut masih ditahap berusaha untuk tidak menunjukkan kecantikannya pada dunia tanpa suatu kepentingan. Mungkin sesekali, hanya sekadar self-healing.

"Ayo, bismillah, bisa, Nad!" Nadya menyemangati diri sendiri sebelum acara benar-benar dimulai.

"Haloo, assalamu'alaikum temen-temen! Apa kabal, nih?" sapa Nadya memulai acara seraya menunjukkan seulas senyum yang masih terkesan canggung.

"Bocil SMP, mau nge-MC, ciee!" goda Izzah dari ambang pintu. Suaranya pelan, tetapi tetap terdengar di indera pendengaran Nadya.

Nadya berusaha agar tidak terkecoh dengan segala macam godaan. Meski tangannya gatal ingin merauk wajah Izzah. Sang Kakak mengabadikan momen dengan memotret Nadya secara diam-diam. Nadya sadar kamera, hanya saja ia tetap diam di posisinya.

Senyuman simpul terulas di bibir mungil Nadya. Banyak Kakak-kakak yang memberinya semangat. Bahkan ada salah satu Kakak online-nya dari komunitas yang sama, menyempatkan diri menonton kajian walaupun sedang dalam perjalanan.

"Ternyata masih banyak yang dukung gue, banyak yang sayang sama gue. Walaupun rata-rata jaraknya jauh, tapi mereka berhasil mentransfer energi positif ke gue. Terima kasih, orang baik. Termasuk lo yang baca cerita ini," Nadya mengusap air mata yang sudah terlanjur menetes, ia tersenyum tipis. "Gue bakal berusaha buat gak mengecewakan kalian."

Acara berlangsung dengan mulus, tetapi tidak bagi Nadya. Kesalahan-kesalahan kecil dan kecanggungan yang terjadi pada kajian ini sangat membekas di hati Nadya. Ia langsung menutup handphone nya yang sudah panas. Nadya merebahkan tubuhnya di kasur empuk yang dahulu sering digunakan Eyang Kung tidur.

"Arghhh! Kenapa sih, Nad? Kenapa lo gak bisa kayak MC lain? Kenapa lo gak bisa sksd sama pemateli? Atau setidaknya, gak bikin kecanggungan, gak kaku kayak tadi. Kenapa sampe ada yang salah? Kenapa lo mesti gugup, sih? Pas bikin video challenge, lo bisa tuh kayak MC pada umumnya. Tapi, kenapa pas nge-MC langsung lo gak bisa? Kenapa halus kaku? Kenapa, Nad?!"

Entah sudah berapa kali kata-kata itu terus terucap dari bibir Nadya. Tangannya ia turunkan, lelah memukul kepalanya sendiri. Orang bilang melakukan kesalahan ialah hal biasa bagi seorang pemula, tidak mengapa karena masih belajar.

Namun, diri Nadya sendiri-lah yang mewajibkan perfeksionis. Nadya menuntut dirinya sendiri untuk selalu melakukan yang terbaik dan tampil sempurna tanpa ada kecacatan. Ia terlalu keras pada mental dan tubuh mungil yang tidak sekuat baja. Sungguh, Nadya juga lelah dengan sikapnya yang ini. Bahkan, bantalnya kini sudah basah dipenuhi air mata.

Di saat hatinya mulai tenang, muncul komentar yang kembali menghantam.

Prenn Sd

/reply your story
Nge-MC kek gitu dapet apaan sii?

Sertifikat dan pengalaman pastinya.

Bukan Sekadar Halu vSMPTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang