Aneh

44 13 27
                                    


Happy Reading!

Ramaikan lapak komentar, yaa~

p.s : maap ntar banyak dramanya:((
___________________

Terhitung sudah dua bulan, sejak kak Jinsoul pergi ke Jogja—kata papanya. Dua bulan juga, Yunho makan malam sendirian. Menatap kelam kamar tidur sang kakak dari luar, yang bahkan terlihat lebih rapi dari biasanya.

Kalau sedang rindu, Yunho mampir ke kamar Jinsoul. Mengamati pernak-pernik ruangan perempuan, yang tiba-tiba terlihat indah di matanya.

"Cantiknya..."

Sudah sebegitu rindu ternyata, Yunho kepada Jinsoul. Iya, satu kata tadi tiba-tiba terdengar suara lembut sang kakak.

"Dek, kalo punya pacar beliin jepit kaya gini nih! Pasti seneng deh, hehe!"

Terdengar suara kakaknya lagi, dari hati Yunho. Kali ini, ia tengah melihat-lihat jepit Jinsoul. Sebenarnya, itu jepit jaman masih SD sih. Mereka berdua berbeda dua tahun umurnya.

"Kak Jinsoul, harusnya tuh pamit ke aku. Ngeselin banget..."

Jujur, Yunho bingung menanggapi penjelasan papa tentang kak Jinsoul yang tak kunjung pulang. Pasalnya, ekspresi papa bukanlah seperti seorang ayah yang khawatir anak gadisnya bepergian. Terlihat sangat santai.

Ah, Yunho tahu. Papanya itu sebenarnya lelah, tapi berusaha untuk tidak membuat Yunho khawatir. Alhasil, wajah-wajah cerah itulah yang beliau tunjukkan pada Yunho.

Baru saja Yunho memikirkan papa, sosoknya sudah keluar dari kamar. "Pa, mama belum sembuh juga?"

Tersenyum simpul, papanya menjawab. "Belum, sayang. Mamamu masih nggak bisa bangun."

Yunho mengangguk lesu. Selain kepergian mendadak kakaknya, juga terhitung dua bulan mama tidak bisa bangun dari kasurnya. Ya, mendadak juga beliau sakit. Kata dokter, mama mengalami kelumpuhan.

Semuanya itu menimpa keluarga Jeong begitu cepat. Rasa-rasanya, Jeong Yunho sudah kehabisan stok air mata. Tetapi lagi-lagi, papa bahkan tidak tampak khawatir ketika melihat keadaan mama.

Wajar tidak, kalau Yunho penasaran?

"Yunho, obatnya mama habis. Belikan, ya. Ini uangnya." Papa bertitah demikian, membuat Yunho harus segera menurutinya.

Sebelum dia beranjak pergi, papa masuk lagi ke kamar. Penasaran karena dia tidak pernah diperbolehkan masuk untuk menjenguk mama, Yunho mengintip dari lubang kunci pintu.

"Mas, Jinsoul itu nggak di Jogja, kan? Terus kamu taruh anakku dimana?"

"Dek, kenapa kamu mikirin Jinsoul terus, sih? Masih ada aku, masih ada Yunho juga. Lagian kan, aku juga sering bilang kalo nggak mau punya anak gadis."

"Ya tapi mas, dia tetap anakmu loh..."

Plak!

Yunho terperanjat kaget, melihat papa tiba-tiba menampar mama. Tangannya sudah terkepal erat hingga buku-bukunya memutih. Terlebih, ketika melihat mamanya tampak tak sadarkan diri lagi.

Yang bisa Yunho simpulkan, kak Jinsoul itu tidak ada di Jogja. Jadi, papanya bohong ke Yunho? Tapi, kenapa?

Ah, kak Jinsoul ada dimana?

Setelah adegan papa menampar mama, yang Yunho lihat setelahnya itu membuat dahinya berkerut. Papanya terlihat berjongkok di sebelah kasur mama, mungkin meminta maaf sambil memegang telapak tangan mama.

Lalu papa berdiri, menyuntikkan obat ke infus mama.

Ah ya, pasti papa tidak sengaja menampar mama sekeras itu, kan? Papa itu capek emosi dan fisiknya. Ya, pasti tidak sengaja.

Oh, tentu saja Yunho tidak semudah itu percaya pada papanya lagi. Tapi tunggu, Yunho tidak boleh gegabah.

ㅇ•ㅇ

Besoknya, angin bertiup lumayan kencang. Angin itu semakin mengundang isak tangis Yunho. Mamanya dipanggil Tuhan.

Sebenarnya, kenapa semua ini bisa terjadi? Demikian pertanyaan yang terus menghiasi otak Yunho saat ini. Dwinetranya menatap lekat nama yang diukir indah di batu nisannya.

"Yunho, sudah dong. Mama sudah pergi ke pangkuan Tuhan. Dia sudah tenang, sayang."

Tak sempat lagi lelaki remaja menuju dewasa itu memikirkan papa, yang terlihat santai. "Mama, nggak pamit juga sama aku."

"Ya memang begitulah perempuan. Seringkali pergi, tanpa berpamitan."

Yunho, tidak peduli perempuan atau bukan sih. Dia sangat benci ditinggal, sungguh! Sekarang, mau tak mau, yang ia miliki hanya papa. Yang Yunho yakini, bahwa terlalu banyak rahasia yang beliau tutupi.

Keduanya kembali ke rumah, lalu papa pamit untuk pergi ke kantor. Katanya mau kerja. "Papa, nggak sedih ditinggal mama?"

"Ya sedih lah, jelas. Tapi, hidup kan harus berlanjut. Iya, nggak?"

Yunho mendengus kasar. Ya, benar juga sih perkataan papa. Tapi, lelaki yang masih berumur 14 tahun itu sebal saja mendengar tutur santai sang papa. Seakan, segala kejadian dua bulan ini bukanlah apa-apa.

Menatap foto keluarga di ponselnya, membuat Yunho semakin patah hati. Keempat sosok itu tersenyum dengan menawan, sangat cerah ceria. Yunho kangen sekali dengan keadaan keluarganya yang dulu.

Kenapa kematian itu selalu ada, sih? Kenapa perpisahan itu selalu menyakitkan? Kenapa dan kenapa? Kenapa Yunho yang mengalami sakit ini? Apakah ayahnya juga merasakan sakit hati seperti ini?

Dengan pikiran yang berkecamuk, Yunho langsung pergi ke taman belakang. "Kak Jinsoul kemana, sih?! Kok aku nggak diajak?!"

Lelaki itu tak bisa membendung tangisnya lagi. Yunho berteriak sekencang-kencangnya. Intinya, Yunho hanya ingin melepaskan emosinya sesaat.

"Kalo kakak sama mama udah ada di surga, tungguin aku! Yunho mau nyusul kalian berdua!"

ㅇ•ㅇ

note : update kali ini, well, sebenernya aku ga sengaja jujur:'))

Tapi kebetulan aku mau sambat sesuatu...

Masa nih ya, mau garap tugas, terus bukuku hilang. Keknya kualat sama Yunho disini deh😭🙏

Respon Yunho terhadap hal ini :

Respon Yunho terhadap hal ini :

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


NJIR DIKETAWAIN 👿

Sekarang, I FEEL U YUNHO... BENERAN I FEEL U AAAAAAA😭😭😭😭

Sekian, maap sambat:((




03:00 AM | jeong yunho √Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang