Dua orang remaja berjalan ke arah meja makan yang ternyata sudah ada keluarga mereka. Semua orang yang menyadari menoleh, ke-empat kakak si gadis memperhatikan adiknya intens.
“Kenapa liatin Lea kayak gitu?” tanya si gadis sembari duduk di antara kakak ke tiga dan pertamanya.
“Gak ada,” jawab ke empatnya.
“Lea mau duduk di sana?” tanya Edward pada anak bungsunya.
Allea mengangguk, “Iya, mau sama bang Revi. Boleh kan bang?”
“Boleh, mau abang suapin juga?” Dia Revi, kakak pertama Allea. Revi telah menikah dan sudah mempunyai anak berumur empat tahun.
“Enggak mau, Lea udah besar.” tegas Allea yang malah membuat semua orang gemas.
Jordan menatap anaknya, “Fan?” Fano menoleh, “Hm?”
“Kamu udah lakuin itu sama Allea?” tanya Jordan berbisik.
Fano berdecak, “Enggak lah,”
Jordan menghela nafas, “Gapapa Fan, biar papa cepet momong cucu.”
Sandra yang mendengar ucapan suaminya langsung menatapnya tajam, “Gak usah macem-macem!”
“Kalian bener mau tinggal di rumah yang beda sama orang tua?” tanya Revi.
Fano mengangguk, Aksa melirik Allea yang sedang makan. “Lo bisa jaga Lea?” Fano mengangguk lagi.
Raga pun berbicara, “Lo punya jaminan apa biar kita percaya?”
Fano menghela nafas, dia menatap semua orang. Azila pun menatap Raga memberi peringatan tapi Raga menghiraukan itu. Dia butuh jaminan.
“Gue punya nyawa!”
⋇⋆✦⋆⋇
Sebuah mobil sport berhenti melaju saat sampai di halaman sebuah mansion mewah. Penumpangnya segera keluar dan di sambut dengan 10 pembantu yang menunduk memberi hormat.
“Kita tinggal disini?” tanya Allea.
Fano mengangguk, “Gak suka? Kurang besar ya? Kalau gak suka kita pindah lagi.”
Allea terkekeh kecil, dia memeluk Fano erat, “Gak usah, Lea suka kok. Yuk masuk!” Fano menahan tangan Allea.
“Aku gendong,” tanpa persetujuan, Fano mengangkat tubuh Allea ala bridal style, membawanya masuk.
Allea mengerjap tak percaya dengan perlakuan Fano, dia mengalungkan tangannya di leher suaminya itu. “Lea berat gak?” tanya Allea.
Fano menggeleng, dia berjalan menaiki tangga walau di rumah itu ada lift. “Kayak bawa bocil,” kekeh Fano.
“Di lantai berapa?” Fano menghela nafas, “Lantai tiga.”
Beberapa saat kemudian mereka sampai di sebuah kamar bernuansa abu-abu yang terlihat elegan. Fano menurunkan Allea di kasur. Allea melihat sekitar dan matanya berbinar.
“Suka, sayang?” tanya Fano merebahkan tubuhnya dengan bantalan paha istrinya.
Allea mengangguk dengan wajah memerah, Fano terkekeh melihat itu. Kenapa istrinya sangat lucu?
“Kak Fano, kakak gak malu punya istri kayak Lea?”
Fano mengerutkan keningnya, dia menatap Allea dari bawah. Gadis itu menatapnya dengan ragu. “Aku gak malu, buat apa aku malu, hm? Kamu istri aku, aku bakal terima kamu apa adanya.”
Fano bangkit, dia bersandar di ranjang dan mengangkat tubuh Allea ke pangkuannya, entah lah tapi ini akan menjadi posisi paling nyaman.
“Jangan bicara itu lagi, aku gak suka. Aku cinta sama kamu, sayang. Bahkan dari awal kita ketemu.” Allea mengusap kepala Fano, “Berarti kakak suka sama Lea dari pertama kita ketemu di kantin?”
KAMU SEDANG MEMBACA
ALLEA
Teen Fiction"Orang polos nggak ada di dunia ini, Sayang. Hanya saja, cara kamu melihat mereka dari sisi yang mana." ucap Allea. "Fan, Allea bukan wanita yang harusnya kamu nikahi." "Queen, how are you?"