[34] Isi Terburuk Dari Dasar Hati

20.9K 3.2K 16
                                    

LEONA mencengkram erat lengan jaketnya. Kepalanya mulai sakit karena kebanyakan menangis dan tubuhnya terasa lemas.

Sekarang sudah memasuki satu jam Stevanno berada dalam ruangan yang Leona tak tau apa namanya itu. Saat ini, Galang, Cinda, Kevan, Kiara, serta mama dan papa Leona ada bersama Leona di ruang tunggu, menunggu dokter yang menangani Stevanno keluar untuk memberikan hasil.

"Leona!"

Leona menoleh ke arah suara, spontan berdiri dari duduknya. "Tante."

Tante Laudia berlari menuju Leona, memeluk Leona erat. Leona menumpahkan tangisannya kembali, pada pundak wanita itu. Begitupun sebaliknya.

Tante Laudia benar-benar berantakan. Dia bahkan memakai sendal yang tidak berpasangan. Dia hanya mengenakan dress tidur, serta make up yang tidak terpasang. Tentu saja. Orang tua mana yang takkan panik ketika mendengar berita buruk menimpa anaknya?

Meski mereka tak pernah bertemu selama bertahun-tahun.

"Sebenernya, apa yang terjadi, Le?" tanya Tante Laudia dengan nada yang berat, terdengar menahan tangisannya.

"Truk menabrak Stevan," jawab Leona dengan nada yang sudah tak jelas karena tangisannya. "Truk itu yang salah karena waktu itu, lampu lalu lintas membiarkan pejalan kaki untuk menyeberang."

"Kamu!"

Leona dapat merasakan pundaknya baru saja dicengkram oleh seseorang yang baru saja tiba.

Om Arham.

"Apa yang udah kamu lakukan?!" bentaknya dengan emosi yang meledak-ledak. "Saya seharusnya tau, malem itu. Kamu cuma mendatangkan petaka untuk Stevan!"

Oh, lihat dia. Dia takut terjadi sesuatu kepada anaknya karena jika anaknya pergi, tak ada yang bisa menjadi penerus perusahaannya.

"Jaga omongan Anda, Arham!" bentak Papa Leona, menarik Leona dan mendorong Om Arham yang bernotabene sebagai Papa Stevanno, untuk menjauh dan melepaskan tangannya dari bahu Leona. "Kalau Anda tidak mau ada perkelahian di rumah sakit ini."

Leona mengernyitkan dahinya. Papa tau nama Papa Stevanno?

Leona sendiri sudah tidak dapat merasakan sakit di bahunya, meski Om Arham mencengkram bahunya kuat. Kepalanya saat ini benar-benar sakit dan telinganya lelah dengan kebisingan ini.

"Kamu yang gak pernah becus menjaga anak!" bentak Tante Laudia, memukul dada Om Arham kuat, di sela tangisannya. "Kamu bahkan datang terlambat dengan setelan bodoh ini. Harusnya, Stevan bersama aku. Harusnya, kamu serahkan dia ke aku! Harusnya, aku melawan kecuranganmu mengenai hak asuh. Persetan dengan perusahaan itu! DIA ANAKKU, BUKAN ALATMU!"

Ya, sesuai yang ada dalam dugaan Leona, pria itu hanya mengambil hak asuh Stevanno hanya demi memperalat Stevanno, demi perusahaan.

Seluruh orang yang ada di ruang tunggu itu hanya bisa diam. Leona dapat melihat Tante Rebecca ada di sebelah Om Arham, menatap khawatir akan segala hal yang mengelilingi atmosfir menegangkan ini.

"Kamu ini bicara apa?! Bukan salahku Stevan kecelakaan! Semua ini salah anak ini!" balas Om Arham, dengan nada tinggi.

"Aku membahas tentang kebodohanmu dalam mengurus anak! Bukan tentang siapa yang terlibat dalam kecelakaan ini!" hardik Tante Laudia.

Papa Leona, yang tak terima anaknya diusik pun, ikut panas dingin. "Saya sudah peringatkan, jaga omongan Andー"

"Semua ini salah lo."

Semua orang yang berada di ruang tunggu ini menoleh ke arah Leona. Kebanyakan dari mereka menoleh tak percaya sekaligus takut.

"SEMUA INI SALAH LO!" bentak Leona, mendorong dada bidang milik Om Arham, sehingga lelaki itu, yang tidak berekspektasi hal itu akan terjadi, lantas terhuyung kecil ke belakang. "Lo pikir Stevan itu siapa? Robot?! Lo pikir Stevan gak punya hati? Lo pikir dia mau dilahirkan di keluarga kalian?!"

Leona sudah benar-benar lelah. Meski kecelakaan ini bukanlah kesalahan Om Arham, tapi Leona  sudah lelah melihat semua penderitaan yang Stevanno tanggung.

"Leona, udahー"

"Lo bahkan gak tau apa yang dia rasain selama ini! Apa lo inget kapan terakhir kali dia senyum? Lo bahkan gak tau seberapa berat penderitaannya karena punya orang tua brengsek kayak lo!"

PHAR!

Leona merasakan telinganya berdenging, tapi wajahnya mati rasa untuk merasakan sakit dari tamparan yang pria itu daratkan.

Pria yang baru saja dia maki di depan semua orang.

Leona dapat melihat samar-samar, bahwa ada perkelahian antara papanya dan Om Arham setelah itu.

Namun, Leona dapat merasakan tubuhnya kehilangan keseimbangan dan pandangannya yang semakin gelap, serta Galang dan Cinda yang berlari ke dirinya yang sudah terbaring.

BelongUnde poveștirile trăiesc. Descoperă acum