☆Everyday☆

74 19 96
                                    

Sepertinya kata yang sering di ucapkan Nonna akhir-akhir ini adalah kata "Maaf" karena kesibukan kuliahnya yang menginjak semester tua. Sehingga, waktunya bersama keluarganya cukup di bilang minim.

Gadis ini terlihat berbeda dalam kurun waktu tiga tahun terakhir. Ia jauh lebih cuek di luar dan di rumah. Tidak seperti yang dulu, banyak menangis jika di rumah, justru Neza merindukan kakaknya yang cengeng.

Tidak heran, jika Nonna di rumah, Neza sering mengusilinya. Hal itu adalah bentuk bahwa Neza ingin bermain bersama kakak perempuan satu-satunya ini.

Sama seperti ini terdengar pertengkaran Nonna dan Neza dari arah kamarnya. "Mamah! adek ganggu niihhh!!"

"Enggak mahhhh, adek diem doang." ucap Neza yang padahal sedang membuat guncangan di kasur kakaknya dengan tubuh bongsornya itu.

Imajinasi anak ini masih sama seperti anak kecil, kasur Nonna dijadikannya sebagai ring boxing. Sedangkan, Nonna yang sedang sit in membalas email-email konseling yang masuk sudah membuatnya pusing.

Jadwalnya siang dan malam senin, rabu, dan sabtu adalah mengecek email konseling mahasiswa UI. Selama dua tahun ia sudah menekuni kegiatan ini dan di percaya sebagai ketua Peer Counselor and Health Educator (PCHE).

PCHE adalah komunitas mahasiswa yang menampung berbagai keluhan, curhat, dan apapun yang berhubungan dengan konsultasi kesehatan mental yang di bawahi oleh Badan Konseling Mahasiswa Klinik Makara UI.

Mahasiswa di beri pelatihan oleh psikolog professional agar dapat memberikan pertolongan pertama pada masalah kesehatan jiwa para mahasiswa.

Jika masalah kesehatan jiwa ini tidak dapat di tangani PCHE atau dalam kasus yang lebih ekstrem (lebih besar) maka akan di rujuk pada Badan Konseling Mahasiswa yang di dalamnya terdapat tenaga profesional di bidang ini.

"Neza, mainnya lima menit lagi ya." Nonna mengeluarkan jurus pendekatan psikologinya.

"I-iya" Neza cukup kaget. "Emang kakak masih lama?" Lanjutnya.

Nonna menoleh pada Neza dan memberinya senyuman. "Satu lagi nih, abis ini kita malam mingguan" ucapan Nonna di sertai alisnya yang naik turun membuat Neza senang.

"Ehehehe okedeh gak brisik lagi deh. Kira-kira berapa menit lagi?"

"10 menit?" Nonna tidak yakin.

"Kalo gitu aku mandi, biar ganteng malam mingguannya" Neza cengengesan keluar dari kamar kakaknya.

Wajar saja, anak itu dari pulang sekolah belum mandi. Malam minggu yang dirasakannya juga bisa di hitung jari. Karena ia hanya malam mingguan dengan kakak perempuannya itu.

Teman-teman Nonna beberapa kali tertipu bahwa Neza adalah pacarnya, karena postur adik bungsunya itu memang boyfriendable. Dan tidak akan membuat malu jika di bawa-bawa.

Diba, sahabat Nonna adalah penggemar Neza garis depan. Nonna amat menyukai kegiatannya ini, selain melatih keterampilannya, ia juga banyak belajar dari kisah teman-teman mahasiswa lainnya.

Mulai dari masalah keluarga yang mempengaruhi pendidikan, kekerasan yang di dapat seseorang, budaya, ekonomi, bahkan pada ambisi bisa membuat seseorang terganggu kesehatan mentalnya.

Nonna yang sudah menginjak semester tujuh Psikologi ini bisa di bilang telah mempelajari bagaimana menerapkan active Listening, bagaimana bentuk afeksi dan penerimaan yang di dapatkan informan/pasien, dan bagaimana decision making dari informan/pasien setelah melakukan beberapa theraphy yang dibutuhkan dengan bantuan orang profesional.

Nonna juga memahami bagaimana individu melakukan copyng mecanism yang di lakukan individu dalam bertahan diri. Sehingga bisa mencapai Reselience atau menjadi lebih kuat daripada sebelumnya.

Dear Twin 《Completed》Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang