Chapter 20

15 8 2
                                    

BAGIAN 20
(Belajar kelompok)

"Bapak gak ngerti lagi kenapa nilai ulangan kalian bisa sama semua."

Semua murid yang ada di kelas hanya bisa menunduk, pura-pura menyesal dan merasa bersalah.

"Kalian kerja sama, ya?"

Beberapa murid meneguk ludah pelan. Mereka takut jika aib mereka terbongkar.

Nanti tidak bisa mencontek lagi.

"Kenapa diam?" tanya guru itu lagi terdengar ada emosi yang tersimpan di dalamnya.

"Gaada yang mau koreksi? Barang kali saya asal tuduh, atau kalian memang mencontek?"

Guru muda nan tampan itu mengedarkan pandangannya ke seluruh penjuru kelas.

Hingga Pandangannya jatuh pada seorang Gadis yang menutup mulutnya dengan tangan.

"Nandhira."

Mampus!

Jika Si polos Rara Sampai membocorkan kelakuan mereka, maka tamatlah sudah.

Ini karena Siti tidak masuk sekolah karena sedang sakit, jadi mereka memutuskan untuk mencontek pada Rara.

Dan Axcel pun kadang nilainya sama dengan Rara. Dan hari ini kebetulan juga sama, jadi begitulah.

"Nandhira, kamu yakin tidak ingin mengatakan apapun pada saya?" tanya guru itu karena dia sangat tahu jika Rara adalah anak yang jujur.

Rara menatap pak Setyo dengan gelengan, sementara tangannya masih membekap mulut dengan Jeje yang terus menatapnya tajam.

Sengaja, jika tidak begitu maka gadis itu pasti akan keceplosan.

"Baiklah, jika tidak ada yang mau mengaku maka kalian--"

"Saya, pak."

Semua menatap sesosok gadis yang tiba-tiba berdiri dari kursinya.

"Axcel?"

Mata Jeje dan Sisil melotot tak santai, tapi sang pelaku yang menjadi alasan mereka begitu malah menatap mereka kepalang santai.

"Apa?" tanya Axcel pada mereka semua.

"Temen Lo kek babik, Je." bisik Sisil yang duduk di belakang Jeje.

"Temen Lo juga." balas Jeje sama-sama pelan.

Kemudian, mereka menatap Axcel yang ingin mengatakan sesuatu. Ah, tidak. Lebih tepatnya membongkar perbuatan Buruk mereka.

"Saya.."

Penghuni kelas sudah bergerak gelisah, sudah bisa menebak akan yang terjadi setelahnya.

Salah mereka juga yang tidak berfikir sebelum bertindak.

"Mau ke kamar mandi."

Sisil membuka bibirnya dengan raut cengo, tidak jauh berbeda dengan semua yang ada di kelas.

"O-oh, saya Fikir kamu akan menjelaskan yang sebenarnya pada saya." ucap pak Setyo saat gadis itu mulai menjauhi mejanya.

Axcel hanya tersenyum tipis, dia menoleh pada mereka semua saat sudah mencapai pintu kelas.

"Ah iya, pak. Saya juga mau bilang kalo nilai kita itu sama karena kita mencontek."

Bisa di hitung beberapa detik, sebelum raut pak Setyo berubah mengerikan.

Mampus!

Shit!

Dugong terbang!

Girls In Love (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang