Prolog

1 0 0
                                    

  Apa yang sebenarnya terjadi dalam kehidupan. Saban hari yang terpikir hanyalah uang, uang, dan, uang. Berkhayal akan dimanjakan olehnya saat berada di Dunia. Meskipun itu adalah pandangan dari satu sisi belaka, akan tetapi itu adalah hal yang memang belum pernah aku rasakan seumur hidup. Dari kenyataan ini aku dituntut untuk banyak belajar, menyerap ucapan dan pepatah orang tua, dan hidup dalam sebuah aturan ketat yang berkelanjutan.

  Sedih memang, jika harus memalui itu semua yang sebenarnya bukanlah sebuah kepastian akan menghasilkan itu. Akan tetapi, ini sepertinya menjadi sebuah penyesalan dalam hidup. Andai saja aku bisa lebih sabar, andai saja aku bisa lebih produktif, andai saja aku bisa lebih menyesuaikan diri, mungkin kesusahan ini tak akan terjadi. Memang keadaan sangat besar dalam mempengaruhi. Tapi, apakah aku bisa menyalahkan itu?

Tidak...

Karena pada dasarnya manusia bisa memilih. Apa yang ingin dijalani, semua tergantung pada kaki ini melangkah.

Mereka, aku tak menyalahkan mengapa tidak mengajarkan ketegasan pada diri ini. Karena menyalahkan orang lain adalah perbuatan yang tidak baik, bukan?

Maka itulah sebabnya aku berada dalam depresi. Merasa semuanya begitu abu-abu. Tak ada warna sehingga tak menarik lagi untuk dilihat. Meski begitu, aku masih berharap agar semuanya menjadi nampak berwarna lagi. Dari apa yang telah aku perbuat sampai berada di titik yang amat sangat dalam.

Aku ingin bunuh diri.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Jun 20, 2023 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

SemicolonWhere stories live. Discover now