Saat ini gue lagi berpose naik ayunan yang dikelilingi padang rumput, juga ilalang sambil nunduk. Jujur nih ya gue gak ngerti sama dunia photography, tapi kalau dunia selfie justru gue ngerti. Kan tinggal jepret ini, jepret itu! Gampang kan? Nah kalau photography bahannya ribet. Gak asik!.
Jepret!
Terdengar suara dari arah kamera cowok ganteng tadi. Dengan segera gue mendongak, dan mendapati dia tersenyum dengan hasil karyanya. Dia jalan menghampiri gue yang masih duduk di ayunan.
“Bagus!” ujarnya. Gue tersenyum. “Liat dongg..,” Pinta gue, dan dia menurutinya. Gue yang tadinya sedang tersenyum lebar, tiba-tiba aja punah seketika. Senyum mengembang gue hilang.
“Kok muka gue gak jelas?” Dia menaikan sebelah alisnya.
“Lho, yang namanya photography kan gitu. Si objek agak digelapkan dikit.” Gue cemberut. Photography? Kalau gitu sih sama aja gue-nya gak berguna. “Kalau yang kayak gue foto ini namanya imaginasi!” Lanjutnya. Gue masih sibuk sama pemikiran gue. Imaginasi? Ya udah kenapa gak kambing aja yang difoto, terus digelap-in dikit, terus dibuat imaginasi kambing yang ditambahi wig cewek panjang dengan rambut yang beterbangan gitu. Biar orang yang ngeliat ngiranya cewek cantik, tapi taunya mbek!.
“Aish.. kalau gini kan artinya sama aja gue gak bakal populer!”
“Bisa. Kalau gelap gini justru malah banyak yang penasaran, ‘siapa sih yang difoto itu?’ yakan?” Gue menggeleng. “tapi, itu kan...”
“Woy llar! Objeknya mana?!” Teriak seseorang yang kini sedang berdiri dibelakang cowok kece. Mendadak otak gue gak bisa bekerja lagi. Gue merasa seperti berada dalam dunia yang superrr kecil, dan juga sempit. Itu Farrel. Ya Farrel. Ah kenapa gue harus lupa sih, kalau cowok ganteng tadi bilang Farrel juga pengin gue yang jadi objeknya?. Bego!.
Cowok Kece itu menoleh kebelakang, kemudian menggeserkan dirinya. Dan itu menjadikan dirinya berada ditengah-tengah antara gue dan Farrel. Glek!.
“Ni ada! Oh ya kalian pasti udah saling kenal kan?” Gue menggeleng pura-pura gak tau. Dan Farrel juga menggeleng yang benar-benar gak tau.
“Masa? Kan kelas kalian sebelahan.” Ucap cowok kece itu. Hah dasar cerewet! Perkenalannya nanti bisa gak sih?! Justru gue yang gak kenal elo! Cowok kece.
“Udah deh perkenalannya ntar aja. Gue pinjem ya.” Balas Farrel yang kemudian menarik tangan gue sembarang. Sebelum gue benar-benar pergi, gue nengok kearah cowok kece tadi, dia tersenyum sembari mengacungkan ibu jarinya.
Haha, oke! Sekarang gue bener-bener terlihat bagaikan barang. Dan itu.... Apa hanya sekedar Photography?
*
Disuruh berdiri didekat pohon apel, dan berpose seperti sedang memetiknya. Bener-bener ribet, sekarang gue mulai tau dunia kamera. Ternyata gak semudah itu ya cari objek.
“Oke!” Teriakan Farrel membuat gue kembali sadar, bahwa saat ini gue sedang bersamanya. Menjadi objeknya. Tentunya hanya dengan kamera. Bukan objek hati. Hiks.
Wuuussss... tiba-tiba aja semilir angin lewat disekitar gue, dan hal itu membuat beberapa helai rambut gue ada yang beterbangan. Hah.. semoga dengan adanya angin ini, pose gue gak makin jelek.
Jepret!
“good!” Teriak Farrel lagi. Hmm.., beruntunglah. Gue mulai berdiri tegak dan segera jalan mendekat kearah Farrel. Kini Farrel sedang memunggungi gue, dan itu jelas hal termudah untuk gue melihat hasil karyanya.
Gue mengintip sedikit dari balik pundak Farrel. Mata gue melebar. Ya ampun... Pose gue, bener-bener bisa dibilang cantik. Gue menggeliat sedikit dibelakang Farrel, sedikit heran kenapa Farrel terus saja merelakan matanya demi melihat pose cuantik gue itu. Ah.. Bahagianya gue untuk hari ini..
*
“Gimana tadi? Lancar aja kan?” Gue mengangguk, kemudian melanjutkan bersiul-siul kecil. Hari ini gue bahagiaaaaa... 1 jam dalam 24 jam ini bisa dekat sama Farrel aja udah bisa membuat gue bahagia. Hahh.., gimana kalau sampai setiap hari? Bisa gila kayaknya deh gue.
“Loe kok senyum-senyum gaje gitu sih? Lagi happy ya?”
“eemm.. bisa dibilang iya.” Jawab gue jujur. Gue menengok kearah jam warna putih yang bertengger manis ditangan sebelah kiri gue. Jam 04.00. Udah sore. Yah..., berarti gue gak bisa lama-lama dengan cowok kece itu ya?
“Oh ya La,” Deg. Refleks gue berhenti jalan. Dan setelahnya menatap cowok kece itu.
“Loe tadi panggil gue?”
“Iya. Larya. Kenapa?”
“Kok loe bisa tau nama gue?”
“Dari awal gue emang kenal elo kali.”
“Hah?”
“Gue liat di raport loe” sebuah jawaban yang singkat, dan jelas. Ya jelaslah dia bisa liat raport gue, orang anak photography itu adalah anak yang paling disayang guru. Hiks, iri gue.
“ya udah loe mau ngomong apa?”
“Besok pulang sekolah langsung ke pusat sekolah ya. Gue sama Farrel nunggu elo.”
“Oke!” Jawab gue semangat sambil mengacungkan ibu jari sebelah kanan. Dia terkekeh kecil dan kemudian mengacak-ngacak rambut lembut gue. Aish, nakal juga ya ni anak. Oh ya, btw namanya siapa ya? Masa dia kenal gue engga?
“Dahh.. gue pulang dulu yah. Hati-hati.” Ucapnya dan mulai jalan menjauh dari gue. Kini gue sendiri, didepan halte. Ah tinggal jalan kaki aja nyampe. Jantung.. Maaf ya untuk hari ini loe harus mempompa banyak darah. Gue gampang banget khilaf sih masalahnya. Tenang aja setelah ini loe yang bakal dijaga. Heheh, gue ngomong apa juga..
*
“Mamaa!! Larya pulangg!!”
Sepi..
Dan yahh.. Bisa gue kira, pasti mereka lagi berantem lagi. Gue sedih. Dulu hidup gue sama mama dan papa tentrem adem ayem. Tapi sekarang boro-boro bisa jalan ke mall sekeluarga, saling lempar senyum aja mama sama papa gak pernah.
Saat gue mulai melangkahkan kaki menuju kamar, terdengar suara isak tangis perempuan. Dan itu gue udah bisa paham. Pasti mama.
Gue menghela nafas kasar. Samperin kali yah. Mama kan lagi sedih. Setelah melempar tas kekasur, gue segera menghampiri mama ke kamarnya.
Tok..tok..tok..
“ma?” suara isak tangis mulai menghilang. Sekarang berganti hening.
Jeglek!
Kenop pintu mulai berputar. Mama mulai menampakan dirinya. Mama keliatan kacau. Ma.. kemana aura ceria mama dulu?
“kenapa dek? Larya mau makan? Yuk mama masakin makanan kesukaanmu..” Ujar Mama yang kemudian menutup pintu kamarnya kembali, gue menghalang mama yang akan pergi ke dapur. Dan dengan segera juga gue memeluk erat mama. Mama hangat. Beruntung gue masih bisa punya mama...
“ma.., Larya kangen mama..”
“kangen kenapa? Mama kan masih satu atap sama kamu La..”
“tapi yang Larya kangen itu keharmonisan antara mama, Larya, sama Papa..” Tepat setelah gue berkata itu Mama terisak. Ternyata... Cobaan seorang Mama berat.
“Maaf ya sayang..” Gue mendengus. Maaf. Maaf. Maaf. Maaf. Gue paling benci sama yang namanya kata maaf. Lama-lama gue buat meme tuh kata maaf. Ngeselin!!
“Ya udah deh ma.. Larya mau keluar dulu bentar.”
“Kemana?”
“jogging keliling komplek ajaaa”
“Hati-hati ya..”
*
KAMU SEDANG MEMBACA
Larya
Teen Fiction☆ anak dari "Ajarkan Aku Cinta" ☆ • • • Gue itu bagaikan monas, juga bagaikan raksasa yang tergila-gila dengan seorang Farrel. Cinta? Mungkin. Sayang? Bisa jadi. Kagum? Ya! Sekarang gue mau dia tau diri gue. Tapi..., Disaat pengejaran gue itu dia da...