.
.
.
.
.
Happy Reading ❤️Daizy melipat mukenah yang telah ia gunakan dan menaruhnya kembali ke tempatnya. Daizy berdiri di depan kaca yang tergantung di dinding masjid dan merapikan rambutnya sebentar. Setelah itu, Daizy mengambil tasnya, lalu keluar bersamaan dengan segerombolan ibu-ibu yang juga akan pergi dari sana.
“Eh, ini neng pacarnya yang tadi jadi imam kan ?” tanya salah satu ibu yang ada di sana.
Daizy mengedipkan kedua matanya beberapa kali karena merasa bingung dengan pertanyaan yang tiba-tiba menderanya. Ia melihat segerombolan ibu-ibu yang sekarang sedang tersenyum penuh arti, namun sulit Daizy pahami. Ia menjadi merinding sendiri.
“Jangan malu-malu neng, tadi kami lihat kamu sama dateng sama dia,” celetuk ibu-ibu lainnya.
“B-bukan bu,” ujar Daizy yang merasa kikuk.
“Kalau begitu kenalin ke anak ibu dong, ibu suka dengar suaranya waktu mengaji, menantu idaman banget,” ujar ibu-ibu yang bertanya pertama kali tadi, tatapan matanya tampak sangat kagum.
“Jangan bu, kalau enggak mau anaknya celaka,” batin Daizy, ia ingin sekali bicara seperti itu.
“Kalau mau langsung bilang saja ke orangnya bu. Assalamu’alaikum,” sebelum pergi, Daizy memberikan senyum kikuk yang terlihat seperti sebuah penolakan di mata segerombolan ibu-ibu itu.
“Bilang aja kalau enggak mau,” gumam ibu-ibu tadi yang masih terdengar dengan jelas di telinga Daizy.
“Ya sudah ibu-ibu, mending langsung tanya ke anaknya saja.”
Dengan sempat menoleh ke belakang, tapi ia tidak bisa melihat siapa yang berbicara. Dengan cepat Daizy langsung memakai sepatunya agar tidak bertemu lagi dengan segerombolan ibu-ibu tadi. Daizy langsung berlari mendekat ke Aldafi yang sudah menduduki jok motornya dengan raut kesal.
“Lama ....”
“Cepetan jalan kalau enggak mau diburu predator,” Daizy langsung meloncat ke jok motor di belakang Aldafi sehingga fungsi pir sangat berguna kali ini.
“Lo ....”
Daizy menepuk lengan atas Aldafi dengan cepat kala melihat segerombolan ibu-ibu itu sudah keluar. Mereka memakai sendal sehingga dalam hitungan detik sudah berjalan ke arah mereka.
“Cepet iiihhh,” Daizy semakin cepat menepuk lengan atas Aldafi.
Tanpa menunggu waktu lama Aldafi pun langsung menancap gas dan pergi dari area masjid. Daizy menoleh ke belakang dan bangunan masjid sudah tidak terlihat dan hanya menampakkan kubah berwarna putihnya saja. Daizy mengembuskan nafasnya dengan lega.
“Kenapa sih lo, dikejar setan ?” ujar Aldafi yang sesekali melihat wajah Daizy dari kaca spion.
“Lebih serem sih,” jawab Daizy, “Tadi ibu-ibu itu mau jodohin kamu sama anaknya. Aku Cuma mau nyelametin kamu.”
Tubuh Aldafi bergidik mendengar ucapan Daizy, ini memang lebih seram dari setan. Aldafi bersyukur karena menuruti kata-kata Daizy agar cepat pergi dari sana.
Kruuuuuk
Daizy menunduk sambil memegangi perutnya yang memanas akibat lapar, ia menunduk sampai keningnya menyentuh pundak bagian belakang Aldafi. Daizy merutuki perutnya karena berbunyi dengan keras. Ia takut Aldafi mendengarnya, tapi Aldafi tidak bereaksi seperti tidak mendengar apa-apa.
Daizy mendongakkan kepalanya perlahan, ia melihat ke sekeliling mencari toko, atau mungkin supermarket terdekat untuk membeli makanan. Senyum Daizy merekah saat ia menemukan warung lesehan, sangat melebihi ekspektasi.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Cold Neighbor [Complete]
Romance(Tidak direvisi, banyak typo dan kadang-kadang rancu)🙏 Kisah perjuangan seorang gadis dalam menaklukkan hati tetangganya yang dingin. ~~~~~ Daizy Inara Selva adalah seorang gadis periang, pintar, aktif, namun penakut. Ia suka menolong orang dan dia...