Hari semakin siang, Ling Joon menyangga dagu dengan kedua tangannya. Menunggu pemilik Chou Fangzi yang tidak kunjung menemuinya. Sialan, jika seperti ini dirinya akan menghabiskan banyak waktu.
"Tuan kedua Ling." Yuze membungkuk hormat. Ling Joon langsung berdiri menyambut kedatangan Yuze.
"Maaf membuatmu menunggu lama, pekerjaan saya menumpuk karena permintaan nona muda dari kediaman Jendral." Sindiran halus keluar dari mulut Yuze. Hatinya mendadak dongkol. Ah, gadis gila itu sudah berjanji memberinya tinta masa depan, tapi dia berkhianat!
Alis Ling Joon bertautan. Bukannya Yaya tidak jadi membeli barang di sini.
"Bukankah Ya'er belum membayar? Aku akan membayarnya." Ling Joon berkata seolah-olah dia tau apa yang dipesan oleh Yaya.
"Tidak perlu, tuanku memberikan secara gratis kepada nona Ling. Tapi, tolong sampaikan aku menanti tinta masa depan dari nona Ling."
Ling Joon mengangguk. Yuze masih meneruskan pembicaraannya. Pemilik Chou Fangzi itu tidak tau jika Ling Joon tidak mengerti apa yang dibicarakannya.
"Ahhh, aku sangat mencemaskan adikku. Dia sungguh keras kepala ingin pergi ke perbatasan sendirian." Eluh Ling Joon mencoba memancing informasi.
"Kau tidak perlu khawatir, tuanku sendiri yang mengantarkan nona Ling. Jadi, keselamatan nona Ling tidak perlu kau cemaskan." Balas Yuze dengan senyuman ramah. Bukankah jika tuannya akrab dengan nona Ling pasti akrab juga dengan keluarganya? Bahkan dia sendiri yang langsung ke kediaman Jendral Ling mengantar pesanan.
"Orang itu? Apakah bisa?" Ling Joon asal bicara. Sebenarnya ia tidak tau siapa tuan dari pemilik Chou Fangzi ini. Tapi aktingnya tidak buruk juga. Ya'er, sungguh aku belajar padamu!
"Tuan kedua Ling.., walaupun tuanku tidak bisa melihat, tapi dia orang yang hebat. Jadi tidak perlu khawatir, tuanku sangat menjaga nona Ling dengan baik." Jelas Yuze lagi.
"Aku akan pergi, jika Ya'er pulang, aku akan mengatakan pada Ya'er bahwa kau menantikan tinta masa depan." Ling Joon membungkukkan badan dan pergi dari Chou Fangzi.
Pria itu tersenyum lebar. Tidak rugi dirinya menonton drama di benda aneh Yaya. Banyak trik-trik untuk dirinya mendapatkan informasi dengan mudah.
Tapi.. kenapa Yaya bisa menjalin hubungan dengan pemilik Chou Fangzi? Sejak kapan Yaya mengenalnya? Apakah tuan itu bisa dipercaya? Ataukah dia hanya memanfaatkan Yaya? Ah, otaknya akan meledak jika memikirkan ini semua!
"He, kau!" Teriakan suara perempuan menghentikan langkah kaki Ling Joon.
"No—nona?!" Jantung Ling Joon berdegup dengan cepat. Sial, kenapa dirinya harus bertemu wanita monster ini lagi?
"Kau tidak membawa adikmu?" Tanya Ning Jili menyelidik.
"Adikku sedang menyulam di rumah." Bohong Ling Joon.
"Ku kira dia gadis yang berbeda, ternyata sama saja." Ning Jili memainkan kuku jari-jarinya.
"En?"
"Ku kira dia tidak suka melakukan hal seperti wanita pada umumnya, menyulam, berpuisi."
"Dia? Tentu saja itu hal yang terpaksa. Ah, aku akan pergi. Nona, sampai jumpa!" Ling Joon segera berlari meninggalkan Ning Jili sendirian.
"Hei, tunggu!" Teriak Ning Jili.
Sama dengan Ling Joon, Han Yu Xia sedang bersembunyi di punggung Ling Jin agar putri dari ketua suku tidak mendekat ke arahnya. Biasanya ia akan membunuh, tapi demi misi membujuk suku Barbara ia menahan tangan gatalnya.
"Apa yang kau lakukan?" Bisik Ling Jin pelan.
"Dia terus menempel padaku!"
"Stsss!"
"Dia terus saja melihat ke arahku!"
"Stsss!"
"Di—dia...."
"Stsss!"
"Ling Jin, kau tau aku 5 hari lagi akan menikah dengan adikmu, tapi kenapa kau tidak membantuku?!" Seru Han Yu Xia akhirnya.
Semua mata memandang Han Yu Xia, saat ini sedang diadakan perundingan untuk memecahkan masalah yang dihadapi suku Barbara. Tapi tindakan Han Yu Xia seakan-akan menjadi perhatian yang tidak bisa untuk diabaikan.
Ling Jin memelototi Han Yu Xia, siapa yang bisa memelototinya selain Ling Jin dan Yaya?
"Ehem!" Deheman ketua suku meredakan situasi. Lin Fan yang berada di dekat ayahnya juga bertahan dalam menatap Han Yu Xia.
"Tuan, kau memiliki masalah?" Tanya ketua suku.
"En, aku sangat merindukan calon istriku." Timpal Han Yu Xia seenaknya. Bukannya ia harus memberi pengertian sedikit terhadap wanita itu bahwa dirinya sebentar lagi akan menikah?
Ketua suku tersenyum, tapi tidak dengan Lin Fan. Sejak awal dia bertemu dengan Han Yu Xia, hatinya sudah jatuh cinta padanya. Pandangan yang tajam, alis yang tebal dan aura kepemimpinannya sangat kuat.
"Sungguh sangat beruntung gadis itu." Puji ketua suku.
"Tidak, aku yang beruntung mendapatkan." Balas Han Yu Xia yang sudah mulai memperlihatkan sikap dinginnya.
"Tunggu-tunggu, apakah kita jadi membahas tentang pembangunan jalan yang akan dihubungkan ke pusat kota?" Ling Jin mencoba menarik perhatian ketua suku.
"Tuan, apakah setelah pembagunan jalan ini aku bisa pergi ke rumahmu?" Tanya Lin Fan tiba-tiba.
Alis Han Yu Xia mengernyit, bahkan putri Bai kalah dengan keras kepalanya.
"Tentu." Han Yu Xia tersenyum dengan terpaksa.
"Fan'er, tuan ini akan segera menikah. Jika kau ingin mengunjungi rumahnya, harus ada izin dulu dari istrinya." Nasehat ayahnya.
"Haha, tidak apa. Mungkin adikku akan sangat senang jika orang-orang suku bisa pergi ke pusat kota dengan melalui jalan ini." Ling Jin menimpali perkataan ketua suku. Jika dibiarkan Han Yu Xia yang menjawab, bisa memperkeruh suasana.
"Oh begitu?"
"Tentu saja, calon istriku yang mengusulkan ide ini." Ceplos Han Yu Xia. Nah kan benar kata Ling Jin.
Lin Fan mengepalkan kedua telapak tangannya. Sungguh, ia akan melihat seperti apa calon istri dari pria pujaan hatinya ini. Bukankah dirinya lebih baik? Ia bisa mengerjakan apa-apa sendiri dan bisa berburu, tidak seperti gadis-gadis pusat kota yang hanya manja dan lemah.
"Hachuuu!" Yaya bersin di punggung Wu Yang.
"Maaf." Yaya segera mengelap air liur yang muncrat ke leher Wu Yang.
Wu Yang menghembuskan napasnya. Apakah gadis ini bangun tidur dan langsung menyemprotkan air liur ke lehernya?
"Sepertinya ada yang membicarakan ku." Bela Yaya untuk tindakannya. Ia tidak ingin dirinya dicap perempuan tidak punya etika di hadapan Wu Yang.
"Aku."
"Kau membicarakan ku?"
Wu Yang mengangguk.
"Kau dari tadi diam seperti jelly."
Wu Yang kebingungan dengan arti jelly sebenarnya.
"Kapan kau membicarakan ku?"